Tetapi Mengapa Mereka Mau Menepi?
Penelusuranku selama dua pekan di Kabupaten Lingga yang merupakan pusat masyarakat Orang Suku Laut, telah membuka mataku pada sebuah dilema kultural yang kompleks.Â
Singkatnya, suku asli yang juga merupakan pewaris sah negeri ini, yang sesungguhnya memiliki kekayaan budaya khas dan kearifan lokal tersendiri -- perlahan namun pasti sedang kehilangan sejarahnya, kehilangan identitasnya, dan kehilangan jati dirinya.
"Dalam lima tahun ke depan, tak akan ada lagi yang namanya Orang Suku Laut. Mereka akan musnah," ujar seorang rekan relawan yang tinggal di Batam. Jleb.Â
Pernyataannya memang terlalu ekstrem, namun sempat menghujam hatiku. Ia tinggal di sekitar masyarakat Suku Laut dan ikut menjadi saksi bagaimana masyarakat asli yang tadinya memiliki bahasa tersendiri, kearifan lokal tersendiri, dan adat istiadat tersendiri itu mulai meninggalkan jati diri mereka, sirna perlahan-lahan.
Sejarah mereka kabur, atau bahkan malah tak ada. Sampai saat ini tak pernah ditemukan dokumen yang komprehensif mengenai eksistensi dan sejarah Orang Suku Laut. Mereka seperti ada tapi tiada, seperti tiada tapi ada.Â
Baru pada tahun 2009, Cynthia Chou, seorang peneliti antropologi, berhasil mengumpulkan data dan menyatakan bahwa Orang Suku Laut sudah hidup berpindah-pindah mengarungi lautan sejak abad ke-16. Mereka adalah masyarakat asli rumpun Melayu yang memiliki kebudayaan dan bahasa tersendiri.
Ariando dan Limjirakan dari Chulalongkorn University, Thailand, yang melakukan penelitian pada tahun 2019, menemukan bahwa di Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau, Orang Suku Laut terdiri dari 30 kelompok.Â
Kelompok-kelompok ini pun terdiri dari mereka yang masih hidup seperti leluhurnya dulu -- yakni yang masih hidup berpindah-pindah di laut, kemudian ada yang semi menetap, dan ada pula yang sudah menetap semenjak pemerintah mulai melakukan program relokasi di akhir 1990-an.Â
Ariando dan Limjirakan mencatat bahwa akibat program pembangunan yang kurang terintegrasi dan salah sasaran, menyebabkan Orang Suku Laut mulai tersingkir, dan tak hanya itu, kearifan lokal dan kebudayaan mereka yang unik pun mulai menghilang.