Awalnya…
Hanya goresan penamu
Yang menarik perhatian disudut mataku
Kemudian namamu
Yang membimbing mindsetku untuk tahu
Udara sejukpun menjalar dari taaruf itu
Menjungkirbalikan bulan maret yang pilu
Menghambarkan sesuatu yang kelu
Siapa=kah engkau
Sang adam yang ku temui di simpang hidupku
dengan sopan engkau berkenan menyambutku
Wahai sang adam…
Akan ku beri tahu…
Inilah aku…
Aku adalah aku…
Yang masih hanya bisa termangu…
Memikirkan zaman mustaqbal-mustaqbal itu…
Wahai sang adam…
Aku adalah sebongkah batu karang yang diuji
Tak memiliki arti…
Aku adalah sehelai kain tanpa bentuk dan rupa
Yang hanya tergeletak tanpa warna…
Tetapi Aku adalah sebatang pohon kecil
Yang berharap bisa bermetamorfosa menjadi insan kamil
Wahai sang adam…
Saat tanganmu mengatup kepadaku dengan santun
Kabut tipis semakin menurun
Simphony lembut mengiring mengalun
Laksana mata air di tengah gurun
Wahai sang adam…
Engkau datang dengan senyum
Menyerbakkan bunga mawar penuh harum
Meskipun hanya sekuntum
Seiring berjalannya hari…
Aku bertanya lagi…
Apa ini???...
Sepi tiada lagi…
Sunyi apalagi…
Hatiku riang bernyanyi…
Lalu, apa yang terjadi???...
Aku tak tau pasti…
Wahai sang adam…
Aku tahu sekarang…
Daun waru menghias gurun hati yang gersang…
Aku takut sekarang…
Bagaimana jika daun itu ikut menjadi gersang???
Tapi tawadlu’mu membuat ketakutan ini menjadi hilang
Aku kagum padamu duhai sang adam…
Bulan april menjelma merah jambu
Angin berlalu menerbangkan debu
Engkau banyak cerita tentang ini dan itu
Membuat rasa-rasa ini bercampur aduk menjadi satu
Wahai sang adam…
Saat kau berkata jujur kepadaku
Aku masih saja bertanya dalam dalam
Bagaimana mungkin ada tanpa temu pandang?
Tetapi engkau menyekanya dengan kasih sayang
Pesan-pesan itu berkelana jauh cepat melayang
Seakan ruh kita bertemu pagi, siang, senja dan malam
Bulan mei bunga mekar bersemi
Dua bagian saling memancar cahaya alami
Baik bintang maupun mentari
Aku dan kau tegak berdiri
Meski kau di sana aku di sini
Meskipun juga dengan segala keterbatan yang ada
Ketika kata kau dan aku mulai menjadi “KITA”
Aku ingin selalu merasa
Cerita kita seindah mereka
Cerita si majnun Qais dengan Laila
Cerita Yusuf dengan Zulaikha
Cerita Ali dengan Fatimah
Cerita Adam dengan Hawa
Wahai sang adam…
Cerita kita sangat berarti bagiku
Kau adalah laut biruku
Kau adalah awan putihku
Kau adalah salju kesegaranku
Kau adalah sinar rembulanku
Kau adalah sesuatu
Kau adalah…
Kau adalah…
Kau adalah…
Semuanya tak bisa ku lukis dalam kata-kata
Inilah cerita “KITA”…
*Created by Laily Punya (Dedicated to Him)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI