Mohon tunggu...
Lela Lailatu
Lela Lailatu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kajian Struktur dan Nilai Islami Novel "Di Bawah Lindungan Kabah" Karya Hamka

20 Januari 2018   16:15 Diperbarui: 20 Januari 2018   16:31 8054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kutipan

Salinan surat Zainab

Abangku hamid!

Baru sekarang adinda beroleh berita dimana Abang sekarang. Telah hampir dua tahun hilang saja dari mata, laksana seekor burung yang terlepas dari sangkarnya sepeninggal yang empunya pergi. Kadang-kadang adinda sesali diri sendiri,agaknya adinda telah bersalah besar, sehingga kakanda pergi dengan tak memberi tahu lebih dahulu.

Sayang sekali. Pertanyaan Abang belum dapat adinda jawab dan Abang telah hilang sebelum mulutku sanggup menyusun perkataan penjawabnya. Kemudian itu Abang perintahkan adinda menurut perintah orang tua, tetapi adinda syak wasangsa melihat sikap Abang yang gugup ketika menjatuhkan perintah itu.

Wahai Abang ......... pertalian kita diikatkan oleh beberapa macam tanda tanya dan teka-teki, sebelum terjawab semuanya, kakanda pun pergi!

Adinda senantiasa tiada putus penghargaan, adinda tunggu kabar berita. Dibalik tiap-tiap kalimat dari suratmu, Abang! ... surat yang terkirim dari Medan, ketika Abang akan berlayar jauh, telah adinda periksa dan dinda selidiki, banyak sangat surat itu berisi bayangan, dibalik yang tersurat ada yang tersirat. Adinda hendak membalas, tetapi ke tanah manakah surat itu hendak dinda kirimkan, Abang hilang tak tentu rimbanya!

Hanya pada bulan purnama di malam hari dinda bisikkan dan pesankan kerinduan adinda hendak bertemu. Tetapi bulan itu tak tetap datang pada malam yang berikutnya dan seterusnya ia kian surut ........

Hanya kepada angin petang yang berhembus di ranting-ranting kayu didekat rumahku, hanya kepadanya aku bisikkan menyuruh supaya ditolongnya memeliharakan Abangku yang berjalan jauh, entah di darat entah di laut, entah sengsara kehausan ..........

Hanya kepada surat Abang itu, surat yang hanya sekali itu dinda terima selama hidup, adinda tumpahkan air mata, karena hanya menumpahkan air mata itulah kepandaian yang paling penghabisan bagi orang perempuan. Tetapi surat itu bisu, meskipun ia telah lapuk dalam lipatan dan telah layu karena kerap dibaca, rahasia itu tidak juga dapat dibukanya.

Sekarang Abang, badan adinda sakit-sakit, ajal entah berlaku pagi hari, entah besok sore, gerak Allah siapa tahu. Besarlah pengharapan bertemu ....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun