Mohon tunggu...
Lela Lailatu
Lela Lailatu Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kajian Struktur dan Nilai Islami Novel "Di Bawah Lindungan Kabah" Karya Hamka

20 Januari 2018   16:15 Diperbarui: 20 Januari 2018   16:31 8054
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah selesai sekolah, hamid melanjutkan sekolah ke Padang Panjang. Sementara itu, Zainab langsung di pingit oleh orang tuanya. Selama di Padang Panjang Hamid sangat merindukan Zainab, dia sadar bahwa dia mencintai Zainab. Namun cinta itu terhalang oleh jurang pemisah kaya dan miskin.

Hamid mengalami peristiwa bersamaan yang menyayat hatinya. Peristiwa yang pertama yaitu meninggalnya haji ja'far. Dan peristiwa yang kedua yaitu meninggalnya ibu nya Hamid. Dengan meninggalnya haji ja'far Hamid tidak leluasa lagi menemui Zainab.

Ibu Zainab akan menjodohkan Zainab dengan pemuda lain, bahkan ibu Zainab memaksa Zainab untuk menyetujui perjodohan itu. Betapa hancurnya hati Hamid, dia memutuskan untuk meninggalkan kampungnya pergi ke Medan. Di Medan dia menulis surat untuk Zainab. Kemudian Hamid melanjutkan perjalanannya ke Singapura lalu ke Mekkah. Selama di tinggal oleh Hamid, Zainab bekerja disebuah penginapan milik seorang Syekh dan lebih memperdalam ilmu agama.

Setelah menyelesaikan kuliah hamid pun kembali dan mulailah tumbuh perasaannya terhadap zainab yang dulu dianggap seperti adiknya sendiri namun desembunyikannya dengan sangat hati-hati, dan begitu juga dengan zainab merasakan hal yang sama tanpa mereka sadari.

Awal cerita dimulai dari keberangkatan "Aku" ke Mekkah guna memenuhi rukun Islam yang ke-5 yaitu menunaikan ibadah haji. Alangkah besar hati "Aku" ketika melihat Ka'bah dan Menara Mesjidil Haram yang tujuh itu, yang mana sudah menjadi kenang-kenanganku. "Aku" menginap dirumah seorang syekh yang pekerjaan dan pencariannya semata-mata memberi tumpangan bagi orang haji. Di sinilah "Aku" bertemu dan mendapat seorang sahabat yang mulia dan patut di contoh yng bernama Hamid. Hidupnya amat sederhana, tiada lalai dari beribadat, tiada suka membuang-buang waktu kepada yang tidak berfaedah, lagi amat suka memperhatikan kehidupan orang-orang yang suci, ahlii thasawuf yang tinggi. Bila "Aku" terlanjur membicarakan dunia dan hal ihwalnya, dengan amat halus dan tiada terasa pembicaraan itu telah dibelokannya kepada kehalusan budi pekerti dan ketinggian kesopanan agama.

Baru dua bulan saja, pergaulan kami yang baik itu tiba-tiba telah terusik dengan kedatangan seorang teman baru dari padang, yang rupanya mereka adalah teman lama. Ia bernama Saleh, menurut kabar ia hanya tinggal dua atau tiga hari di

Mekkah sebelum naik haji, ia akan pergi ke Madinah dulu dua tiga hari puula sebelum jemaah haji ke Arafah. Setelah itu ia akan meneruskan perjalanannya ke Mesir guna meneruskan studynya. Namun kedatangan sahabat baru itu, mengubah keadaan dan sifat-sifat Hamid.

Belakangan Hamid lebih banyak duduk termenung dan berdiam seorang diri, seakan-akan "Aku" dianggap tidak ada dan tidak diperdulikannya lagi. Karena merasa tidak nyaman, maka "Aku" memberanikan diri mendekati dan bertanya kepadanya, kabar apakah gerangan yang dibawa sahabat baru itu sehingga membuatnya murung. Ia termenung kira-kira dua tiga menit, setelah itu ia memandangku dan berkata behwa itu sebuah rahasia. Namun setelah dibujuk agak lama, barulah ia mau berbagi kedukaannya kepadaku. Dan ternyata rahasia yang ia katakan ialah tentang masa lalu dan kisah cintanya dimasa itu. Saleh mengabarkan kalau dia sudah menikah dengan Rosna yang kebetulan teman sekolahnya dan sahabat Zainab juga.

Suatu ketika Rosna bertandang ke rumah Zainab, yang mana Zainab itu adalah orang yang Hamid kasihi selama ini, namun ia tiada berani untuk memberitahukan perasaannya itu kepada Zainab, mengingat jasa-jasa orangtua Zainab kepada Hamid dan Ibunya selama ini. Apalagi saat itu ibunya Zainab pernah meminta Hamid untuk membujuk Zainab supaya mau dinikahkan dengan kemenakan ayahnya. Padahal waktu itu Hamid berniat untuk memberi tahukan tentang perasaannya yang selama itu dia simpan kepada Zainab, namun niatnya itu diurungkannya.

Betapa terkejutnya Hamid ketika ia dimintai tolong untuk membujuk Zainab supaya mau dinikahkan dengan orang yang sama sekali belum ia kenal. Hamid gagal membujuk Zainab, karena Zainab menolak untuk dinikahkan. Hamid pulang dengan perasaan yang kacau balau, sejak saat itu Hamid memutuskan untuk merantau, sebelum pergi ia menuliskan surat untuk Zainab. Setelah itu mereka tiada berhubungan lagi, dan sampai sekarang pun ia masih menyimpan perasaannya itu. Dan kedatangan Saleh kemarin memberitahukan bahwa ternyata Zainab pun menyimpan perasaan yang sama, perasaan yang selama ini disimpan oleh Hamid. Saleh memberitahukan bahwa kesehatan Zainab memburuk dan ia ingin sekali tahu bagaimana kabar Hamid.

Setelah Zainab mendengar keberadaan Hamid di Mekkah, ia pun mengirim surat kepada Hamid sebagai balasan surat Hamid yang dulu. Seminggu setelah itu, Zainab pun menghembuskan nafasnya. Hamid tidak mengetahui kematian Zainab karena pada saat itu iapun sedang sakit sehingga temannya tidak tega untuk memberitahukan kabar tersebut. Ketika Hamid sedang melaksanakan tawaf dan mencium hajar aswad ia berdoa dan menghembuskan nafas terakhirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun