Tidak.. aku tidak akan mengeluarkan kata acc untuknya sebelum aku mendapatkan acc skripsiku. Tidak, lebih tepatnya dia ngerasain aku seperti apa mendapatkan acc darinya.
"Salwa? Mas Jiyad menyadarkanku dari lamunanku, "Gimana? Dosen kamu ini Azzam, teman sekuliahan Mas dulu, jadi Mas yakin akan kepemimpinan beliau, gimana menurut kamu, Dek?" tanya Mas Jiyad lagi.
Sumpah ini seperti mimpi, aku mencoba mencubit tanganku sendiri, oh sakit.
"Kamu tidak bermimpi, Dek," sahut Mas Jiyad.
Lagi-lagi Abi angkat bicara, Ummi duduk di sebelahku memberikan solusi ini.
"Maaf Nak Azzam, sepertinya Salwa butuh waktu dulu."
Setelah Abi angkat bicara, suasana tak menegangkan lagi, Ummi menyuruh tamu mencicipi hidangan, tapi tidak denganku. Aku masih di luar kendali ragaku. Masih sama seperti mimpi untuk hal ini.
***
Hari ini aku ke kampus. Tidak, aku ke kampus tidak dengan skripsiku tapi aku ke kampus menyebarkan undangan pernikahan. Ya, aku Salwa Mufidatul Hikmah menerima dosen galak itu Muazzam Fatih Abdillah menjadi imam dalam memimpin keluarga kecilku.
"What?? Muazzam Fatih Abdillah?" Mereka saling melihat satu sama lainnya.
"Kenapa? Right, Muazzam Fatih Abdillah," jawabku lantang.