Bukankah masing-masing dari kita memiliki waktu yang sama? 24 jam sehari, 7 hari dalam seminggu, 30 hari dalam sebulan, dan 365 hari dalam setahun.Â
Tapi mengapa pencapaian setiap dari kita berbeda? Iya, karena setiap dari kita menyikapi waktu secara tak sama. Lalu apabila nanti saat masanya tiba, jangan sampai ada rasa sesal yang tiada guna. Naudzubillah.
Kehidupan kita sebenarnya selalu dikelilingi oleh waktu. Saling kejar-mengejar untuk mewujudkan target-target yang baru. Waktu berlalu begitu cepat tanpa kita sadari. Bahkan seringkali mengungguli diri dalam mencapai misi. Ia juga tak mau menunggu saat kita sedang berhenti.Â
Iya, sebagian dari kita pasti menyadari bahwa waktu begitu berharga karena tak akan pernah ada pengulangan olehnya. Membuat orang berlomba-lomba untuk mendapatkan kesuksesan dan kesenangan sebelum waktu terampas dari dirinya.Â
Lalu, apakah kita termasuk di dalamnya? Apakah kita adalah salah satu manusia yang bijak saat membagi waktu dalam keseharian yang entah sampai kapan adanya?
Sebab memikirkan tentang kehidupan tak akan pernah ada habisnya. Jasad yang sehat membuat kita terlena. Menikmati ilusi waktu yang sesungguhnya fana.Â
Mengejar mimpi-mimpi indah hingga peluh membasahi tubuh. Meski seringkali bertemu dengan keinginan-keinginan indah yang tak sesuai harapnya. Membuat diri menangisi nasib yang tak tentu arah, atau merutuki waktu yang tak bersabahat dengan kita.
Suatu waktu ada kalanya kita merenung. Memikirkan hakikat kehidupan yang sedang kita jalani detik ini. Ketika impian-impian datang silih berganti disertai usaha yang tak henti-henti. Ah, mimpi memang selalu indah. Ia dapat menyebarkan energi positif pada tiap-tiap bagian langkah.Â
Namun penahkah kita berpikir sejenak, mengapa kita hidup? Sebenarnya apa tujuan kita diciptakan? Bukankah kehadiran kita di dunia hanyalah sementara?
Lalu kita bertanya-tanya, mengapa dunia diciptakan dengan begitu banyak pesona? Dunia begitu gemerlap, kerlap-kerlip laksana permata. Sebagian dari kita mungkin pernah berpikir bahwa dunia diciptakan untuk dinikmati manusia.Â
Manusia sengaja diciptakan sebagai penguasa alam semesta. Banyak dari kita yang akhirnya terperosok jauh mengikuti arusnya, mengejar gemerlap dunia yang sesungguhnya hanya permainan belaka.