Mohon tunggu...
Laela Nurhayati
Laela Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Praktisi PAUD

Ibu Rumah Tangga, Guru PAUD, Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rebo Nyunda di PAUD

9 Juli 2022   11:42 Diperbarui: 9 Juli 2022   11:44 1648
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PENDAHULUAN 

Mulai tahun 2012, Indonesia sudah merasakan betul bahwa budaya local sebagai jati diri bangsa mulai terkikis habis di bumi Nusantara ini. Dan ini juga terasa ditatar Sunda, sehingga digaungkanlah revitalisasi budaya yang terkenal dengan nama: "Rebo Nyunda" di Jawa Barat. Rebo Nyunda ini bermaksud bahwa setiap hari Rabu seluruh warga di Jawa Barat akan melestarikan budaya Sunda minimlanya dengan berpakaian Sunda dan berbahasa Sunda di instansi pemerintahan dan Lembaga Pendidikan. Masa keemasan adalah masa yang paling menentukaan bagaimana kelak anak bersikap, pengetahuan dan keterampilan. Saat ini sagala kesiapan otak, otot dan hatinya disiapkan sebagai bekal ia melanjutkan kehidupannya di masa selanjutnya. Tidak salah jika Rebo Nyunda masuk pada bagian dari kurikulum PAUD sebagai muatan local. Hal ini dilakukan dengan harapan kelak mereka menjadi  generasi penerus bangsa yang mengakar adat budayanya sebagai jati diri yang kuat.  Budaya asing diserap sebagai penguat bagaimana akar budayanya dapat menjadi teladan bagi bangsa lain. Sehebat apaun teknologi yang dimilikinya tetap memiliki kekhasan akar budaya yang kuat. Dasar pemikiran ini akan menjadi kekuatan pembahasan teori kritis yang akan dibahas di tulisan ini.

Dengan Rebo Nyunda diharapkan guru PAUD akan mencoba melihat bagaimana melalui permainan tradisional Jawa Barat segala  lingkup perkembangan anak yang terstimulasi dengan memasukkan beragam tema yang terintegrasi pada akar permasalahan budaya leluhur yang agung terus terpelihara dan dapat menjadi potensi besar bangsa. Bagaimana anak tahu dan bangga bahwa leluhurnya di tatar Sunda ini telah memiliki kemampuan-kemampuan luar biasa yang sekarang banyak digaungkan.  Bagaimana sejak dahulu nyantri, nyantika, nyunda, nyakola, dan nyatria telah menjadi budaya mendidik anak di tatar Sunda.  Kehebatan dan kecanggihan ilmu pengetahuan luar akan anak serap sebagai penyempurna kecepatan teknologi. Demikian juga dengan bagaimana model pembelajaran Ki Hadjar Dewantara, Dewi Sartika, Kartini dan pahlawan Pendidikan lainnya memiliki benang merah Pendidikan yang lebih sesuai dengan budaya Nusantara dapat digaungkan kembali. Jadikan model pembelajaran dari luar bumi Nusantara sebagai pembanding apakah memang belum terekspos atau belum ada. Sehingga bagaimana kelebihan setiap model Pendidikan dari pahlawan Pendidikan Indonesia di seluruh penjuru Nusantara yang membawa adat budaya setempat dapat  diramu dan disesuaikan sehingga  jadi kekuatan model Pendidikan Nusantara. (Yulindrasari & Djoehaeni, 2019)

Program Rebo Nyunda menjadi polemik di masayarakat Jawa Barat. Bukan hanya bagi suku pendatang tetapi juga bagi suku asli Sundanya sendiri. Hilangnya pembiasaan nilai budaya Sunda di suku Sundanya sendiri, menjadi beban saat digaungkannya kembali mencintai dan melestarikan budaya Sunda. Generasi masa kini keturunan Sunda sudah sangat banyak yang tidak mengenali nilai agung budaya Sunda. Yang banyak masih menempel adalah budaya Sunda yang tanpa tata krama dan nilai budaya agungnya.

Beragam upaya dilakukan pemerintahan di Provinsi Jawa Barat untuk melestarikan budaya leluhur tanah Sunda seperti pakaian dan bahasa. Melalui pakaian dan bahasa ini bukan hanya menjadi identitas Suku Sunda, tetapi juga merupakan nilai luhur terkait bagaimana adab berpakaian dan berbahasanya dapat di adopsi oleh siapapun di luar suku sunda.

Kebiasaan dalam berpakaian dan berbahasan yang menunjuk kan adab dan kesopanan penghormatan dalam bersosialisasi menjadi budaya yang dipegang masyarakat suku Sunda yang asli menetap di wilayah Provinsi Jawa Barat. Seiring dengan perkembangan jaman, budaya sunda ini semakin tergerus jaman. Hilangnya sopan santun saat berpakaian dan berbahasa serta bersikap menjadi kekhawatiran para tetua di tatar Sunda ini.  Generasi sekarang lebih bangga dengan identitas luar negeri, yang kadang tidak sesuai dengan budaya bangsanya. Sehingga bagaimana Rebo Nyunda diharapkan dapat mengembalikan bagaimana adat budaya Sunda positif dapat terus terlestarikan.

Untuk menanamkan kesadaran untuk mencintai budaya Sunda, maka Pemerintah Kota Bandung dilanjutkan kabupaten kota lainnya di Provinsi Jawa Barat telah membuat aturan dalam Program "Rebo Nyunda" dimana pada setiap hari Rabu masyarakat yang bekerja di pemerintahan dan peserta didik di provinsi Jawa Barat diwajibkan menggunakan pakaian tradisional serta berkomunikasi dalam Bahasa Sunda. Hal ini luar biasa menjadi percepatan bagaimana kembali nilai luhur berpakaian dan berbahasa sesuai dengan adab kesopanan yang membedakan tingkatan usia kembali jadi budaya yang memasyarakat. Bukan hanya khusus bagi masyarakat suku Sunda tetapi juga bagaimana berlaku bagi  seluruh warga masyarakat luar suku Sunda yang menetap di propinsi Jawa Barat. Hal ini dilakukan dengan harapan  seluruh masyarakat di luar suku Sundapun akan paham bagaimana budaya Sunda. Seperti kata pepatah "dimana bumi di pijak di situ langit dijunjung". Hal ini berarti saat kita memasuki suatu wilayah maka kita akan mencoba memahami bagaimana budaya saat  berinteraksi dengan masyarakat aslinya .

Rebo nyunda bukan berarti tidak menghargai budaya masyarakat yang ada di lingkungan Jawa Barat yang berasal dari luar suku Sunda. Dari satu minggu yang terdiri tujuh hari, jika satu hari digunakan untuk mengenal budaya Sunda bukanlah hal yang berlebihan. Bagaimana masyarakat dengan beragam budaya dapat saling belajar mengenai nilai-nilai budaya tiap daerah. Saat pendatang yang merupakan kaum minoritas paham akan budaya setempat, ini  akan mempermudah dirinya memahami interaksi  antara sesama warganya. Perbedaan nilai budaya akan menjadi suatu potensi bagaimana saling berempati dan menghargai satu sama (Wijayanti et al., 2017)

Dalam pengenalan budaya Sunda ini menjadi bagian dari upaya bagaimana seseorang dapat diterima lebih mudah karena paham harus bagaimana dirinya bersikap dan berperilaku sesuai dengan perilaku dan budaya kebanyakan orang disekitarnya. Apalagi saat daerah itu adalah daerah Provinsi Jawa Barat yang suku aslinya Sunda tetapi akar budaya dengan nilai keagungannya sudah terkikis tidaklah salah jika setiap orang berupaya melestarikannya. Tanpa harus melihat suku asalnya, tetapi bagaimana setiap suku yang berbeda ini dapat saling bahu membahu melestarikan budaya leluhurnya. Karena jika dilihat walau sedikit berbeda karena letak geografis tapi seluruh  suku budaya di Indonesia mengajarkan warganya bagaimana menghargai suku budaya lain dan tempat dimana mereka tinggal.

Keberadaan teori kritis akan menjadi bagian bagaimana setiap orang dapat memahami suatu kebiakan dari sudut pandang positif tanpa dipengaruhi dari keegoan diri memahami kebijakan Rebo Nyunda, tentu akan menjadi bagian bagaimana setiap orang yang ada di tatar Sunda ini dapat mengikuti kebijakan dengan menyenangkan tanpa tekanan.

REBO NYUNDA

Adat budaya leluhur yang diturunkan pada anak cucunya melalui pembiasaan di rumah dengan segala tata krama, pengetahuan dan keterampilan  di tatar Sunda ini seharusnya menjadi akar budaya yang melekat yang tidak tergerus oleh kemajuan teknologi. Banyak hal posistif yang sesuai dengan jaman dapat terus dipertahankan sebagai jati diri. Bagaimana mengungkapkan dan menerima Bahasa dalam tatar Sunda sangat kental penghormatan pada orang dewasa dan akrab dengan teman sebaya sangatlah baik tetap dipergunakan sebagai kekuatan bangsa. Bagaimana saat seseorang datang ke tatar Sunda seperti Kota Bandung segala tata krama keluhuran budi bahasanya dapat ditemukan dimanapun di sudut kota Bandung pada hari Rabu. Dengan maksud yang sama di setiap pelosok negeri adat budaya bagaimana bersosialisasi dan berpakaian adalah yang paling mudah dikenali orang sebagai ciri khas budaya suatu tempat ini dapat dilihat di Bandung. Bandung sabagai ibu kota provinsi Jawa barat tempat yang menjadi acuan bagaimana kebijakan pemerintahan bagi kabupaten kota lainnya , tentulah akan menjadi salah satu tumpuan utama arah kebijakan di daerah kabupaten kota lainnya. Sehingga bagaimana program Rebo Nyunda akan menjadi berimbas pada kabupaten kota lain dengan cepat yang tentu akan diolah dan disesuaikan dengan potensi unggulan masing-masing daerahnya. (Djuwita, 2019)

Bagaimana program Rebo Nyunda telah dirasakan menggaung di dunia anak muda atau remaja Bandung yang bangga dengan akar budaya Sunda menjadi salah satu upaya mempercepat penguatan kembali akar budaya Sunda. Bandung sebagai pusat Jawa Barat tentu juga menjadi acuan generasi muda di daerah apa yang sedang digaungkan di kota Bandung, terus berkembang marak juga di kabupataen kota lainnya. (Choerunisa & Dahliyana, 2017)

Salah satu upaya yang paling mudah adalah dengan membiasakan penggunaan Bahasa Sunda yang sarat dengan tata krama adab budaya Sunda. Diharapkan dengan bahasa sebagai alat komunikasi yang mudah ditiru dan dilakukan menjadi perubahan awal ciri budaya dapat dikembangakan. Karena bahasa ini tidak membutuhkan alat atau bahan yang harus disediakan saat akan diekspos, cukup memiliki kompetensi berbahasa yang dikuatkan terutama terkait dengan tata bahasanya selain dari sastra sunda yang dapat dikembangkan. Anak usia dini sebagai generasi emas yang ada pada masa peniru ulung memungkinkan mereka meniru bahasa dan mengungkapkan detail hingga intonasinya dapat dijadikan agen perubahan bagaimana komunikasi bahasa Sunda dapat kembali di budayakan di barbagai pelosok bumi Parahyangan ini. (Risnawati & Nuraeni, 2019)

Bagaimana suatu kebijakan akan menjadi lebih maksimal jika kita dapat memasukkan  konsep teori kritis. Yaitu saat suatu kebijkan dianggap kurang sesuai dengan nilai yang diyakini diri dapat disesuaikan dengan melihat kemaslahatan bagi orang banyak. Jika rebo nyunda hanya mengenalkan budaya berupa penggunaan bahasa dan pakaian tidaklah menjadi bertentangan dengan penyesuaian di beberapa hal. Misal terkait pakaian akan disesuaikan juga dengan ajaran agamanya, lalu terkait nilai atau adab makan hanya untuk pengenalan agar saat bersosialisasi dapat saling menjaga dan menghormati akar budaya tersebut. Bukan untuk mencari siapa yang lebih baik tetapi lebih pada bagaimana dapat saling menghormati perbedaan. Sehingga untuk memfasilitasi masyarakat suku Sunda juga mengenal budaya lain akan lebih baik juga diadakan hari bhineka tunggal Ika, yang bergantian setiap minggu mengenal beragam budaya masyarakat pendatang. Keanekaragaman pakaian dan bahasa dalam satu hari akan mewarnai keindahan dan potensi bangsa. Pengenalan dilakukan sesuai dengan keberadaan dari suku yang ada di lingkungan perkantoran dan Lembaga Pendidikan. (Meidiyana & Sunaria, n.d.)

Sehingga bagaimana Rebo Nyunda akan menjadi lebih maksimal dengan mengenalkan bagaimana beberapa nilai luhur budaya Sunda yang dapat diadopsi masyarakat budaya lain untuk saling membuat nyaman bagi sesamanya dan tidak bertentangan dengan keyakinan yang dipahaminya. Perasaan tetap merasa dihargai keberadaaanya yang merupakan bagian dari nilai budaya Sunda langsung di ejawantahkan dalam bagian  yang terintegrasi dalam kepahaman Manusia seutuhnya dengan Rebo Nyunda. (Kartini et al., 2020)

Sama halnya dengan saat kita  harus menggunakan bahasa Inggris agar dapat bergaul lebih luas di muka bumi ini, karena kita pahami saat banyak orang paham dengan bahasa Inggris ini akan memudahkan komunikasi. Maka bagaimana masyarakat pendatang juga berusaha memahami bahasa Sunda bukan sebagai keharusan yang menjadi beban tetapi menjadi kebutuhan dirinya, agar tidak terjadi kesalahpahaman berkomunikasi baik dalam bahasa verbal maupun non verbal saat bersosialisasi dilingkungan masyarakat Sunda. (Utami, 2015)

Bagaimana kemampuan berbahasa ini menjadi bagian dari kekayaan kemampuan berbahasa tiap anak. Saat kita dapat menggunakan bahasa orang setempat ada penghormatan yang mendalam akan bahasa  setempat. Bagaimana hal ini digunakan sebagai pendekatan di PAUD untuk menguatkan profil pelajar Pancasila dengan berkebhinekaan global menggunakan pola pikir kritis menguatkan gotong royong. (Fitriana, 2018)

Saat terjadi perbedaan budaya pendatang, sudah menjadi tatanan masyarakat bahwa pendatang dahulu yang akan menyesuaikan diri terlebih dahulu sebagai bagian dari tata krama memasuki suatu wilayah. Kemudian masyarakat luaslah yang akan mencoba memberikan pemahaman untuk membuat nyaman para pendatang. Penyesuaian diri ini adalah bagian dari kebutuhan diri para pendatang agar lebih mudah diterima dan bersosialisasi memahami adat dan budaya tanah yang kini jadi tempat tinggalnya. Saat memahami budaya kebanyakan di daerah tempat tinggalnya akan menghindarkan dirinya dari kesalah pahaman karena perbedaan adat budaya. (Yayu et al., 2019)

Budaya berkaitan dengan karakter yang tidak mudah di rubah dalam waktu pendek.  Akan lebih mudah merubah yang sedikit dari pada yang banyak. Hal inilah yang menyebabkan mengapa yang minoritas akan lebih di tuntut menyesuaikan pada yang mayoritas. Dengan Rebo Nyunda ini diharapkan penyesuaian para pendatang akan budaya tempat yang dikunjungi atau akan dijadikan tempat tinggalnya akan jauh lebih mudah. Disinilah peran mayoritas masyarakat dapat memberi dukungan kepahaman, proses penyesuaiannya bagi kaum minoritas. Dimana melalui program Rebo Nyunda diharapkan dapat dipandang sebagai bagian dukungan kepahaman memudahkan  masyarakat suku pendatang memahami bagaimana budaya someah suku Sunda yang terbuka dan menghargai para suku pendatang. (Hidayat & Hafiar, 2019)

Saat usia dini ini bagaimana Rebo Nyunda dijadikan bagian dari kurikulum tingkat satuan PAUD dilakukan, hal ini akan menjadi karakter yang kuat bagaimana kebhinekan global siap menjadi potensi mereka kelak dapat hidup dimanapun dan dengan siapapun, dengan saling menghargai. Konten menghargai dan menyesuaikan diri dengan beragam budaya menjadi kekuatan sikap sosial anak usia dini sebagai modal kesuksesan di masa depannya.

Pelaksanaan  kurikulum 2013 di PAUD dengan KTSP yang mengangkat budaya local juga telah menjadi landasan bagaimana Lembaga dapat mengembangkan kecintaan terhadap budaya menjadi bagian dari tujuan pembelajaran yang difasilitasi bagi anak. Melalui Rebo Nyunda ini bagaimana Lembaga mengenalkan sikap, pengetahuan dan keterampilan terkait nilai budaya Sunda yang agung menjadi bagian upaya meningkatkan potensi anak. Tapi tidak dapat dipungkiri pada beberapa bagian masyarakat mengalami kesulitan untuk menerapkannya. Terkikisnya bangga dan terbiasa menggunakan nilai budaya Sunda menjadi salah satu penyebabnya selain dari keberbedaaan latar belakang budaya dari masyarakatnya. Akan tetapi jika semua paham tujuan dan dampak besar yang terjadi saat anak diupayakan mengenal berbagai budaya diluar budaya keluarganya untuk  menyiapkan anak siap menyesuaikan hidup dimanapun sebagai  kebutuhan, tidak akan menjadi beban. Hal ini butuh proses dan penggunaan beragam tehnik sehingga menyenangkan bagi semua untuk mengupayakannya. (Pramswari, 2014)

Bagaimana Rebo Nyunda mencoba mengangkat nilai-nilai positif yang dapat membantu menguatkan kebhinekaan global yang dapat  di berikan dalam beragam bentuk kegiatan bermain di Lembaga PAUD melalui berbagai macam kegiatan pembelajaran di sekolah diantaranya kegiatan main peran, main balok, main keaksaraan, main cipta bentuk, main uji coba, dan main   hitungan yang di rencanakan, dilakukan dan dianalisa anak menjadi lebih maksimal. Bermain mengenal budaya Sunda melalui mengenal pakaian, bahasa, makanan, rumah adat, senjata tradisional dapat dilakukan dengan tehnik bercerita  yang kemudian akan anak ekspresikan dalam beragam kegiatan main sesuai minat anak. (Putri, 2017)

Upaya mempercepat penambahan kosa kata baru dalam bahasa Sunda dapat juga dilakukan dengan tehnik menyanyi melalui pengenalan kawih atau pupuh Sunda. Dengan menyanyi anak-anak usia dini tampa merasa sedang beban mempelajari kosa kata baru bahasa Sundanya. Mereka dengan senang hati tanpa disuruh mengulang-ngulang menyanyikannya, sehingga segala sesuatu yang dilakukan dengan menyenangkan dan diulang ulang ini akan menjadikan bagaimana percepatan penambahan kosa kata bahasa Sunda dapat dipercepat. (Oktapiani et al., 2018)

Dalam budaya Sunda sendiri dikenal dengan banyak peribahasa yang mengajarkan bagaimana kesiapan seseorang untuk menyesuaikan diri juga dapat dijadikan tehnik mempermudah anak mengenal bahasa Sunda. Bagaimana nilai agung budaya Sunda terkait   upaya konsisten, komitmen, dan tekun mempelajari suatu  budaya dapat dikenalkan dan diadopsi sebagai tehnik memotivasi pada anak untuk mau berupaya dengan senang mengenal nilai budaya Sunda. Selain itu anak juga akan mengenal keindahan susunan kata yang memiliki keindahan susunan kata menjadi lebih baik. Selain dari itu bagaimana anak bertambah literasinya terkait beragam makna dibalik suatu kata dan rangkaian kata menjadi kalimat. (Hasanah et al., 2016)

Selain itu bagaimana pengenalan sastra lisan menjadi bagian penguatan literasi anak menjadi upaya menyiapkan anak memiliki kompetensi abad 21 sudah menjadi keharusan setiap manusia siap menyesuaikan diri dengan lingkungan. Apalagi di dalamnya terdapat upaya penguatan pengembangan karakter (character building). Setiap manusia yang kuat harus dengan mudah dan senang menyesuaikan diri dengan lingkungannya, akan menjadi kunci kesuksesan hidup didalam lingkungannya yang mempermudah kesuksesan hidupnya juga. Karena bagaimana keterampilan hidup langsung diajarkan bagaimana cara efektif menyesuaikan diri. (Hasanah, 2015)

Saat beberapa budaya tidak sesuai dengan nilai yang diyakini seseorang dapat dibicarakan dan didiskusikan bersama antar anak, akan menjadi proses bagaimana berkomuniksi positif adalah bagian dari stimulasi maksimal bagi anak. Bagaimana kemudian Lembaga dapat memberikan juga penghargaan atas budaya suku lainnya sebagai bagian pengenalan multikultur dari teori kritis terkait budaya setempat Rebo Nyunda menjadi bagian dari kurikulum PAUD. (Amirin, 2012)

Program Rebo Nyunda dalam mengenalkan keagungan nilai Budaya Sunda, salah satunya   dapat dikembangkan dengan bagaimana suku Sunda  menghargai  multikultur dengan beragam bentuk kegiatan bermain. Pesan - pesan kaulinan urang Sunda untuk saling berempati membantu suku pendatang ikut nyaman berinteraksi dalam kehidupan sehari - hari terus terkuatkan. Setiap suku pendatang bukan hanya belajar budaya Sunda tetapi juga saling membelajarkan budaya asli pendatang merupakan bagian proses penyesuaian diri. Bagaiaman lingkup perkembangan sosial emosional anak dalam menyesuaikan diri terus tergali maksimal. Hal ini memperkuat kesipan anak beralih dari kompetensi era industry 4.0 ke era 5.0. (Pratika et al., 2021)

Kepahaman untuk mengubah sesuatu yang sempat hilang sudah pasti tidaklah mudah. Bagaimana semua butuh proses dan kerja keras dari setiap unsur untuk memahami dan menyesuaikan diri. Tetapi saat semua dilakukan dengan menyenangkan dengan rasa penuh Tangguh jawab dalam uapaya melestarikan budaya luhur dari suatu daerah akan berbuah manis. Bagaimana ini juga akan menjadi daya Tarik pariwisata saat setiap daerah dapat menunjukkan buadaya luhurnya disetiap sudut kota kabupatennya. Sehingga bukan hanya tempat wisata tetapi juga setiap lingkungan sosialnya dapat menunjukkan keindahan dan keunikan budaya leluhurnya. Saat ini bagaimana setiap orang berlomba mencari wisata yang unik dan membuat nyaman setiap orang untuk  mempelajarinya tanpa merasa terbebani dapat dimaksimalkan.

Bagaimana setiap tempat dapat menunjukkan keunikan budayanya salah satu yang dapat dilakukan di Jawa Barat adalah bagaimana menggaungkan Rebo Nyunda menjadi bagian upaya meningkatkan kunjungan wisata budaya ke Jawa Barat. Setiap lingkungan sosial dapat dengan mudah bagaimana kekhasan adat budaya Sunda dari bahasa, pakaian, makanan, perilaku, sopan santun dan penghargaan terhadap suku lain tercermin. Sehingga para wiasatawan dari beragam suku dan negara tertarik untuk berwisata dan mempelajarinya dengan menyenangkan. Bagaimana wisata saat ini orang memiliki kesempatan dimanapun dapat menunjukkan bahwa wiasatawan ini sedang ada di suatu suku dapat dengan mudah diabadikan. Bagaimana keindahan nilai budaya Sunda  tercerminkan dengan jelas tanpa orang harus menjelaskannya. Dengan melihat bagaimana pakaian, makanan, penataan lingkungan, barang atau bendanya sarat akan unsur budaya Sunda. (Mulyana, 2017)

Kebijakan pemerintah dalam upaya melestarikan budaya jika dikaji dengan teori kritis membuat orang lebih membuka mata secara logika dan persepsi positif tentu akan menjadikan kekuatan Bhineka Tunggal Ika semakin dalam. Semua orang akan mencoba mengkaji dari beragam sudut pandang seluas-luasnya. Bagaimana dapat menginventarisir setiap dampak positif dan negative yang ada yang kemudian dapat berupaya saling menyesuaikan diri.  Semua orang memiliki hak yang sama diakui keberadaannya, diberi kesempatan menyuarakan ide, gagasan dan pendapatnya akan menjadi suatu yang semakin menguat keindahan dalam keberbedaan. Hal ini harus sudah dikenalkan sedini mungkin. Kesiapan anak menerima perbedaan dengan kaca mata posistif adalah sebagai bagian upaya Pendidikan Anak Usia dini menyiapkan generasi penerus yang cinta dan bangga dengan sukunya tetapi juga data menghargai dan membantu suku asli tempatnya berpijak terus terlestarikan.

Anak usia dini akan ditumbuhkan kecintaannya terhadap beragam budaya tanpa menghilangkan budaya dirinya adalah bagian dari program Rebo Nyunda. Ada tujuan besar yang diangkat untuk memberikan peningkatan kesejahteraan menjadi tujuan besar bangsa ini. Bagaimana program Rebo Nyunda ini dikemas memfasilitasi  proses penyesuaian multikultur Orang dengan beragam asal suku berbahasa Sunda dengan logat yang berbeda menjadi keindahan yang dihargai menjadi bagian dari keindahan warna Pelangi. Keteladanan setiap suku dalam upaya membantu kelestarian budaya tempat tinggalnya bukan hanya menjadi ketertarikan wisata khas suku disuatu daerah tetapi bagaimana gaung besar Indonesia yang beragam budaya ini kuat dengan Bhineka Tunggal Ika dapat menjadi daya tarik wisata.

Segala keindahan budaya Sunda yang dibiasakan mulai dari anak usia dini juga menjadi suatu ketertarikan wisata pendidikan di Indonesia. Bagaimana anak-anak usia dini saling berproses menyesuaikan diri dengan berbagai dilema masalah dapat diselesaikan dengan mudah justru dapat dilihat dianak usia dini. Mereka adalah manusia dengan masa penyesuaian diri yang lebih cepat saat terjadi konflik. Bagaimana anak usia dini menjadi agen perubahan jangka panjang yang permanen menjadi salah satu focus program kebijakan Rebo Nyunda.

Pendidikan anak usia dini sekarang tidak terlepas dengan era industry 4.0 dimana program pembelajarannya dapat di upload di media sosial yang menjadi bagian promosi Rebo Nyunda. Bagaimana kekuatan program rebo nyunda yang memfasilitasi multikultur terekspos diberagam media sosial menjadi bagian dari promosi wisata pendidikan semakin gebyar. (Akmal, 2021)

 

PENUTUP 

Upaya pemerintah dalam menjaga kelestarian budaya dengan adanya teori kritis menjadikan lebih fleksibel digunakan ditiap masing-masing daerah di tatar Jawa Barat ini. Setiap orang akan mencoba memahami dan berempati akan keberadaan satu orang dengan orang lainnya. Rebo Nyunda akan tetap terjaga dengan diimbangi bagaimana tolerasi keberbedaan budaya asal dan lingkungan menjadikan dasar titik ukur standar yang digunakan dalam memfasilitasi upaya mencitai budaya sendiri. Dalam peribahsa Sunda juga sendiri dikenalkan bagaimana keuletan, ketekunan dan konsisten berupaya mengenalkan nilai luhur budaya menjadi bagian kesiapan seorang manusia.

Pendidikan multikultur dengan mengenalkan bagaimana peribahasa sunda ini menjadi bagian penguat rebo Nyunda bukan saja diharapkan sebagai bagian menghargai budaya lain tetapi juga menjadi bagian kesiapan masyarakat Sunda saat harus bermukim di luar wilayah Jawa Barat yang memiliki perbedaan budaya. Bagaimana kekuatan semboyan Bhineka Tunggal Ika akan terus terkuatkan dan memahami perbedaan budaya bukan jadi masalah tetapi jadi kekuatan bersama untuk dapat hidup rukun dan damai (Heryadi & Silvana, 2013)

Selain itu bagaimana Rebo Nyunda menjadi bagian meningkatkan kesejahtaeraan yang dapat dirasakan oleh setiap suku yang ada , karena menjadi bagian wisata budaya yang menunjukkan bagaiaman proses penyesuaian diri dalam kebhinekaan menjadi daya Tarik tersendiri bagi wiasatawan domestic dan manca negara. Orang-orang sekarang haus akan pemandangan keindahan bukan hanya lamanya tetapi juga tatanan sosial budaya yang dapat mengedapankan kebhinekaan global daalam setiap sendi kehidupan .

REFERENSI

Akmal, H. (2021). Prosiding Pekan Sejarah-Urgensi Kesadaran Sejarah dan Pelestarian Budaya Daerah di Era Revolusi Industri 4.0. Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP Universitas Lambung Mangkurat.

Amirin, T. M. (2012). Implementasi pendekatan pendidikan multikultural kontekstual berbasis kearifan lokal di Indonesia. Jurnal Pembangunan Pendidikan: Fondasi Dan Aplikasi, 1(1).

Choerunisa, K., & Dahliyana, A. (2017). Internalisasi Nilai Kebudayaan Sunda dalam Program Rebo Nyunda di Kota Bandung. SOSIETAS, 6(2).

Djuwita, A. (2019). PELESTARIAN BUDAYA SUNDA MELALUI PROGRAM REBO NYUNDA DI KOTA BANDUNG. Jurnal Inovasi, 13(2), 101--114.

Fitriana, A. D. (2018). Pengaruh Akulturasi dalam Proses Interaksi Antarbudaya terhadap Kesadaran Budaya Berbahasa Daerah Setempat Bagi Mahasiswa Rantau. KOMUNIDA: Media Komunikasi Dan Dakwah, 8(1), 40--50.

Hasanah, A. (2015). Penanaman nilai-nilai karakter berbasis kearifan lokal Budaya Sunda untuk mengembangkan Life Skill siswa madrasah: Penelitian Pada Madrasah Aliyah di Kota Bandung. Ilib. Uinsgd. Ac. Id, 3, 1--130.

Hasanah, A., Gustini, N., & Rohaniawati, D. (2016). Nilai-nilai Karakter Sunda. Deepublish.

Heryadi, H., & Silvana, H. (2013). Komunikasi antarbudaya dalam masyarakat multikultur. Jurnal Kajian Komunikasi, 1(1), 95--108.

Hidayat, D., & Hafiar, H. (2019). Nilai-nilai budaya somah pada perilaku komunikasi masyarakat Suku Sunda. Jurnal Kajian Komunikasi, 7(1), 84--96.

Kartini, N. E., Sauri, S., & Ruyadi, Y. (2020). Internalisasi Pendidikan Karakter Melalui Nilai-Nilai Kesundaan Jalmi Masagi di Sekolah Menengah Kejuruan. Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 9(01), 33--46.

Meidiyana, S., & Sunaria, N. H. (n.d.). The Application of Multiple Intelligences Based Learning to Improve Participatory Skills Students in Civic Learning at Elementary School. Indonesia University of Education.

Mulyana, D. (2017). Membongkar budaya komunikasi. Rosda. Bandung

Oktapiani, C. S., Rudiyanto, R., & Kurniawati, L. (2018). Kecepatan Menambah Kosakata Bahasa Sunda Anak Melalui Kegiatan Ngawih Pupuh Sunda. Edukids: Jurnal Pertumbuhan, Perkembangan, Dan Pendidikan Anak Usia Dini, 15(1), 58--73.

Pramswari, L. P. (2014). Pembelajaran bahasa sunda di wilayah perbatasan: dilema implementasi kurikulum 2013. Mimbar Sekolah Dasar, 1(2), 201--208.

Pratika, S., Megawati, A. S., & Maulana, I. R. (2021). KESIAPAN NILAI TRADISIONAL MASYARAKAT SUNDA DALAM REVOLUSI INDUSTRI 4.0 MENUJU SOCIETY 5.0. Jurnal Masyarakat Dan Budaya, 23(2).

Putri, N. A. (2017). Penerapan Metode Bercerita Tentang Pendidikan Sejarah Untuk Mengembangkan Sikap Nasionalisme Anak Usia Dini di TK Handayani Brebes. Universitas Negeri Semarang.

Risnawati, A., & Nuraeni, L. (2019). Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Sunda Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Rebo Nyunda Di Pendidikan Anak Usia Dini. CERIA (Cerdas Energik Responsif Inovatif Adaptif), 2(5), 243--250.

Utami, L. S. S. (2015). Teori-teori adaptasi antar budaya. Jurnal Komunikasi, 7(2), 180--197.

Wijayanti, C. I. A., Suardana, I. P. O., & Bangli, S. S. (2017). PENGEMBANGAN MODEL PEMBINAAN BAHASA INDONESIA PADA ANAK-ANAK USIA SEKOLAH DASAR MENGGUNAKAN PENDEKATAN BERMAIN BONEKA TANGAN. Buku Proceeding Konferensi Nasional Guru Dan Inovasi Pendidikan (KONASGI), 121.

Yayu, N., Anisti, A., Hidayat, D., & Suhadi, M. (2019). Pendekatan intercultural communication pada public relations PT Santos dalam membangun komunikasi empati. PRofesi Humas, 4(1), 1--22.

Yulindrasari, H., & Djoehaeni, H. (2019). Rebo nyunda: Is it decolonising early childhood education in Bandung, Indonesia? Journal of Pedagogy, 10(1), 57--75.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun