"Jadi, 2 hari lagi ya? Nikahnya?"
"Hmm."
"Lo, udah siap, Ra?"
"Gi, gue udah siapin ini dari lama. Harusnya gue siap sih. Well, liat aja ntar. Lo beneran gak bisa datang apa?"
"Ya gimana lagi pas banget harinya sama grand opening resto baru gue. Sorry ya Ra."
"Ck. Gak seru ah lo." Ara hanya berdecik. Kedunya kembali menghabiskan waktu dengan bertukar cerita.
xxx
Hari ini begitu cerah, seperti ikut menyambut salah satu hari yang indah. Semburat senyum terlukis dari setiap orang yang berada di pesta pernikahan dengan tema outdoor. Kedua insan yang menjadi raja ratu sehari terlihat sangat menawan berdiri di pelaminan yang terbuat dari akrilik bernuansa floral yang memiliki perpaduan warna pastel, terlihat mewah. Ara mengatur deru napasnya yang tidak teratur, serta jantungnya yang berdegup tak karuan. Setelah merapikan penampilannya, dengan sedikit tidak yakin, Ara berjalan menuju pelaminan.
"A-ara?" Pria itu, Nino, sedikit kaget menyadari kehadiran Ara di depannya.
"Hei. Selamat ya. Kamu tahu aku hancur tapi aku selalu berdoa yang terbaik buat kamu. Semoga pernikahan kalian selalu dipenuhi kebahagiaan ya, Nino. Jangan sakiti dia. Aku permisi dulu." Setelah itu Ara melempar senyum pada wanita di samping Nino dan melangkah cepat meninggalkan pasangan itu. Pasalnya Ara sudah tidak kuat lagi menahan air mata yang mati-matian ia tahan. Ia tidak mau siapapun melihat dirinya menangis. Ia sudah belajar mengikhlaskan Nino. Tapi kenapa dadanya masih terasa sesak? Tepat sebelum kakinya melangkah melewati pintu keluar, tangannya ditarik oleh seseorang.
"Ara please aku mau ngomong."