Tarian uap secangkir coklat panas di atas meja menari syahdu ke atas. Dari balik jendela dia memperhatikan bayangan sinar matahari memasuki ruangan. Garis bayangan Sang Mentari lurus tegak terlihat di lantai marmer putih.Â
Korden bergerak lembut seiring udara bagaikan ombak laut surut pada bibir pantai. Ya, lama tak merasakan lagi. Ceria kembali menyelimuti wajahnya. Bibir mungil Deara tersenyum sendiri. Kedua kakinya berayun-ayun kebiasaannya saat bahagia menjemput.
Dada kembali berdebar-debar seperti dahulu. Deara bertemu dengan Kak Thomas, Alumni kakak kelas SMA Antar Bangsa. Padahal pertemuan itu bukan pertemuan yang menyenangkan.Â
Kalut tersimpan erat dalam benak karena urusan pekerjaan. Tak sangka ada seuntai senyuman tipis menyapa dirinya. Kembali teringat bagaimana dahulu saat remaja Deara terpukau oleh dirinya. Sekarang dia bertemu lagi dengan Thomas pada waktu yang berbeda. Siang kemarin mereka berjumpa di lift dalam satu gedung tempat mereka bekerja.Â
Kini lelaki itu berumur 40 tahun, tubuhnya tinggi tegap, kenakan Blazer warna cokelat. Kedua bola mata menatap ramah Deara. Ya, perempuan itu tidak bisa melupakan saat bersama Thomas di bangku sekolah SMA. Nada-nada asmara bernyanyi riang seperti saat itu.
"Apa kabar? Kamu Deara, bukan?" tanya Kak Thomas penasaran. Tangan kanan pria tersebut menepuk pelan bahu sang Visualizer. Kedua bola mata menatap kaget. Aduh, dia tidak siap lagi saat bertemu Kak Thomas.Â
Hatinya masih campur aduk. Pertemuan dengan klien belum membuahkan hasil yang baik. Tentang iklan minuman soda tayang di televisi. Dahinya mengkerut naik ke atas. Ia memperhatikan seksama. Antara percaya dan tidak percaya. Bertemu dengannya lagi!
"Ya, benar. Kak Thomas bekerja di sini juga?" Pakaiannya rapi. Samar-samar tercium aroma wangi parfum yang dikenakan. Harumnya wangi yang tercium. Lavender kah? Kak Thomas membalas dengan ramah. Dahinya mengkerut. Jari telunjuk tangannya membentuk sesuatu. Seakan mengingat sesuatu tentang Deara.
"Kalau kamu sepertinya berhasil meraih cita-citamu. Bukankah kamu dulu ikut klub seni melukis?" Tanyanya lagi. Deara tersenyum ceria lalu membalas.
"Benar, saya bekerja sebagai Visualizer di bagian periklanan. Tempat kerjaku di lantai 12. Media Karya, nama perusahaanku." Balas Deara menatap wajah Kak Thomas tampak berubah.
Ada senyum tipis terlihat beberapa uban putih di rambutnya. Tingg! Bunyi bel lift berbunyi kencang. Membuyarkan lamunannya beberapa saat. "Kalau saya kerja di PT. Wista Utama di lantai 5. Maaf, saya duluan. Semoga nanti kita bertemu lagi." Ucapnya sambil berlalu. Deara memperhatikan lekat punggung Kak Thomas tampak gagah dari belakang. Langkah kaki tegap terdengar keras. Berlari kencang meninggalkan dirinya dalam kegelisahan. "Aduh, sayang sekali!" Bisiknya pelan.