Hahaha, apakah kau akan menangisi kematianku, sobat?. Hahaha, aku tak perlu sedu sedanmu itu!. Ejek kawanku.
Aku juga!. Tak perlu isak tangismu yang meraung-raung di batu nisanku, kawan!. Biar tak seorangpun yang akan menangisi!. Walau langit menurunkan rintik hujannya pun, aku tak akan rela!. Biarkan aku sendiri dalam kematianku!. Hahahaha!.
Ha!, begitu getir keinginanmu sobat!. Biar aku sajalah yang mati lebih dulu, agar kau sempat menangisi aku, hahaha. Dan aku akan merasa tersanjung ditangisimu, sobat!. Kata kawanku mulai merajuk.
Hei!, lancang sekali kau kawan!. Dari awal aku bicara, aku yang lebih dulu ingin pulang. Bukankah kau masih mencintai dunia ini sobat!. Kau masih betahkan di dunia ini?.
Biar aku saja yang lebih dulu mati. Dan aku tak minta setetes pun air mata darimu, kawan. Karena aku tak butuh itu!. Lepaskan kepergianku seperti kau melepaskan angin...
Kentut, maksudmu?. Hahaha, baiklah kalau memang itu sudah mau mu. Aku akan mengentuti kepergianmu kelak, Ok?.
Hahaha, bukan itu maksudku kawan. Tapi tak apalah!. Apakah ada bedanya tangisan dan kentut mu itu?. Hahaha, sama-sama tak berguna, kawan!. Cuma basa-basi pengantar upacara kematian saja, agar terlihat lebih tragis tentunya, bukan begitu kawan?.
Hahaha, apakah kita ini sudah gila, sobat?. Berrebut tentang kematian. Bukankah kematian itu rahasia Tuhan?.
*****
Tak perlu sedu sedan itu,
Aku ini binatang jalang,