Begitu kawanku menjelaskan tentang kematian padaku.
Perasaan ingin pulang ku tak pernah surut atau hilang. Rasa nya aku ingin mati dari kehidupan di dunia. Kalau pun dihidupkan kembali di alam lain, aku akan memilih kehidupanku yang lebih baik dari di dunia ini. Tentu saja ini sebuah keinginan yang tak berlebihankan?.
Memangnya kita punya hak untuk memilih sobat?. Tanya kawanku lagi.
Kenapa waktu di dalam rahim ibumu dulu kamu tidak memilih kehidupan yang baik?. Tanya kawanku mengejek.
Aku cuma diam. Tak bisa menjawab pertanyaan kawanku.
Jadi kita cuma harus menjalaninya saja, kawan?. Tanyaku penasaran. Menjalani saja apa yang t'lah digariskan untuk kita?.
Kini kawanku yang terdiam. Beberapa saat, dia hanya bisa menarik napas lalu membuangnya kesal.
Ah, terserah kau sajalah sobat!. Kau mau mati atau tidak, itu urusanmu!. Bukankah kalau kau mati pun tak akan ada orang yang merindui kamu?. Kata kawanku kesal.
Hahaha, mungkin cuma kamu saja yang tidak menginginkan aku mati. Bukankah begitu, kawan?. Tanyaku padanya.
Jangan Ge Er, sobat!. Lihatlah siapa yang akan menangisi kematian kita nanti!. Kata kawanku menantang.
Ok!, tentu saja harus ada yang mati lebih dulu diantara kita. Dan yang masih hidup akan menjadi saksi, siapa kelak yang akan menangisi kematian kita masing-masing.