Ada beberapa pertimbangan mengapa bukit tebing sepanjang Sungai Dang ini dijadikan lokasi ideal pembuatan gua oleh para biksu dan mampu bertahan hingga sekarang. Secara komposisi geologis, tebing ini terdiri dari batu pasir (Sandstone) yang relatif lunak. Membuat para biksu mudah untuk memahat dan mengukirnya. Semua menciptakan kesimbangan yang baik antara kekuatan dan kemudahan dalam penggalian.
Berada di lokasi semi-gurun dengan iklim yang kering membuat gua-gua dengan karya seni di dalamnya relatif terjaga. Kelembaban yang rendah mengurangi risiko kerusakan akibat air dan pertumbuhan jamur.
Para biksu dan pengrajin menggunakan teknik kontruksi yang cerdas. Untuk menstabilitaskan posisi gua, mereka menggunakan balok kayu atau penopang tambahan lain. Pada patung-patung yang dibuat, untuk memperkokoh bagian-bagian tertentu, mereka menggunakan ranting bambu atau pohon sebagai tulang buatan.
Pembangunannya didukung oleh berbagai penguasa dan orang-orang kaya yang menyumbang untuk dekorasi dan pemeliharaannya. Pembuatan gua ini sudah dimulai sejak abad ke-4 dan berlangsung selama seribu tahun berikutnya. Para bikshu memahat tebing pasir dan dihiasi dengan lukisan serta patung yang menggambarkan dan cerita Buddha.Gua-gua tersebut berfungsi sebagai tempat meditasi, pemujaan, dan pusat perdagangan serta persinggahan di jalur sutra kuno.
Teknik pewarnaan mural dan patung di Mogao Grottoes sangat kaya dan kompleks. Mencerminkan keterampilan seniman yang tinggi serta pengaruh budaya yang beragam dari sepanjang jalur sutra. Para seniman menggunakan berbagai pigmen alami yang dihasilkan dari tanah, daun, dan bebatuan. Bahan-bahan tersebut dihaluskan dan mencampurnya dengan bahan pengikat seperti lemak atau air.
Teknik pelukisan dinding biasanya menggunakan pigmen yang dicampur minyak atau air yang kemudian dicampur dengan bahan pengikat lainnya untuk menghasilkan warna yang tahan lama. Sama halnya dengan teknik pelukisan patung, hanya ada penekanan pada detil dan tekstur yang kaya saja.
Teknis pewarnaan dinding dan patung tersebut juga ada yang dikenal dengan Teknik Plakat, yang memberikan sapuan kuas yang kuat dan warna yang tebal. Berbeda dengan Teknik akuarel yang lebih halus dan lembut.
Ada beberapa bagian mural atau patung yang diberi warna emas. Beberapa orang bertanya apakah itu emas asli atau hanya sekedar pigmen warna emas? Sebenarnya pigmen yang menyerupai emas sangat umum dalam seni pewarnaan kuno. Meski beberapa Teknik pewarnaan mungkin saja menggunakan emas asli dalam detil tertentu. Namun kebanyakan karya seni di Mogao Grottoes lebih mungkin menggunakan pigmen warna emas untuk menghasilkan efek berkilau. Karena sejatinya teknologi dan metode kuno sangat canggih dalam menciptakan warna-warna yang tahan lama dan mencolok.
Akademi Dunhuang yang bertanggung jawab atas pemeliharaan Mogao Grottoes, telah banyak melakuan penelitian untuk memahami Teknik dan bahan yang digunakan dalam pewarnaan mural dan patung. Mereka telah berhasil mengidentifikasi pigmen utama dan bahan pengikaat yang digunakan, serta mengembangkan pendekatan analtis untuk memeihara karya seni tersebut.
Semua Teknik-teknik ini sejatinya bukan hanya semata hasil sebuah karya pada masanya, tetapi mencerminkan kekayaan budaya dan seni dari masa lalu yang juga menunjukan komitment terhadap pelestarian dan pemeliharaan budaya untuk generasi mendatang.