Mohon tunggu...
kusoma rafiki
kusoma rafiki Mohon Tunggu... -

bermainlah, jangan p[ikirkan apapun. nikmati setiap tetes hujan yang menerpa wajahmu. smile and never give up

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Tentangnya

16 April 2015   10:07 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:02 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_378601" align="aligncenter" width="434" caption="www.imagesbuddy.com"][/caption]

dia terlihat menawan

bagaimana mungkin aku lupa

lukisan tentang keagungan

cerita tentang keanggunan

gambaran rupa bidadari

pernah ku khayalkan untuknya

suara-suara diam

membisukan waktu dan ruang

dirinya dan aku

mengisi salah satu kisah-kisah

tentang cinta,

tentang luka,

tentang rasa yang tak teraih

rembulan tertutup kelabu malam ini

hujan menyirami kegelapan

airnya menetes di atap-atap

melaju jatuh tanpa hambatan

menelisik hati dan keragu-raguan syairu yang seakan kebingungan mengungkapkan makna

puisiku terlihat penuh kedustaan

cerminpun tak mengingkari

perasaan itu belum mati

benihnya masih tertanam

terbangun dan terjaga

dibangunkan oleh hujan musim kemarau

layakkah ku jaga hujan ini tetap menyirami

sementara aku telah berjanji pada matahari untuk menjaga awan tetap menjauh

agar benih itu mati tanpa perlu ku cabut

burung-burung melalang buana

meniupkan syair cinta di telingaku

perjuangkanlah benih itu!”

tidak...!”

akalku menutup telingaku, mencegahku mendengar burung-burung penghasut lebih jauh

buat apa menjaga benih yang membawa kehancuran, buat apa merawat benih yang hanya akan membuahkan airmata”

hati mengelak

rasa ini terlalu indah meski menyakitkan”

akal meradang,

keindahan yang menghancurkan, lihat dirimu!!!”
hatiku terdiam, menatap retak-retak tubuhnya pilu

lihat...?!”

hati menangis, diam ta menjawab

aku memalingkan wajah, menatapku tajam

aku mengerti” mengangguk

aku menatap langit, sendu

tapi beri aku waktu...”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun