Mohon tunggu...
Sanad
Sanad Mohon Tunggu... Mahasiswa/Pelajar -

Penulis Cerita Pendek

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Retakan dan Keinginan-keinginan di Atas Meja Makan

21 Februari 2018   09:56 Diperbarui: 22 Februari 2018   00:04 1532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: atypyk.com

~

Jauh dari keriuhan itu, dihari ketika darah tumpah diatas meja makan, Sukarya, lelaki yang umurnya kira-kira empat satu, kalau enggak empat dua itu sedang menunggu istrinya membereskan sarapan paginya sambil menonton tivi. Tentu acara yang ia sukai sedang berlangsung, dan ia jadi cenderung berlama-lama jika dipanggil oleh istrinya untuk sarapan.

"Bapak kok jadi suka acara itu sih?" tanya istrinya sambil menyendokan sesendok nasi ke atas piring Sukarya.

"Inspiratif Ma!" rupanya, Sukarya punya sikap romantis yang tidak main-main. Ia tahu, istrinyapun tahu, kalau sudah sepuluh tahun pernikahan mereka tak ada satupun bocah yang diciptakan Tuhan untuk berkeliaran dirumah mereka, termasuk tanda-tanda memiliki seorang anak dari istrinya ini. Tapi ia tetap bersikap sebagaimana semua suami, manis berucap agar tak mengundang pahit diatas kasur, dan sebenarnya ia tak memperdulikan apakah yang ia ucapkan itu manis atau tidak, ia hanya peduli pada cara tivinya yang sedang berlangsung.

Istri Sukarya diam saja sambil terus menyendokan apa saja yang akan dilahap suaminya. Sayur tempe, ikan goreng, ikan asin, dan sambal terasi sudah ia hidangkan untuk suaminya, dan ia kembali duduk ditempatnya menunggi suaminya makan.

Dalam sepersekian menit, Sukarya masih juga belum melahap satu sendokpun makanan yang sudah ada diatas piring. Ia masih terus mengamati acara kesukaannya dari sebuah jarak antara ruang makan yang jadi satu dengan dapur dan ruang keluarga, dimana televisi berbunyi dan memancarkan cahaya informasinya yang menurut Sukarya 'inspiratif' itu.

Istrinya tetap menunggui Sukarya, entah seberapa lama lagi laki-laki itu tidak memakan makanannya, dan ia tetap akan menunggui suaminya, sikap setianya mengakar sebagaimana tugas semua istri dinegara itu. Kecuali jika perempuan itu tidak lagi berfikir tentang uang bulanan dari suaminya.

~

"Tunggu sebentar!" Wartawan cantik itu kembali menatap kamera disisi kirinya, seakan hendak menahan ketegangan atas waktu yang terus berjalan, seumpama mencegah haus yang sudah bersarang ditenggorokan seorang bocah. Sementara itu, disisi lain ada seorang ahli, ini menurut Wartawan itu, ia adalah ahli agama.

"Menurut bapak, eh maksudnya Ustad, apakah kasus ini dapat mempengaruhi moralitas istri-istri yang ada di negara ini?" Di tatapnya lagi kamera dengan manis dan sempurna, sambil terus mengarahkan corong mikropon pada tokoh atau ahli agama tadi.

"Ah bisa aja mbak, eh, maksudnya dik!, siapa nama adik tadi? Soraya? nama yang indah. Dik Soraya, dalam agama, suami itu adalah pemimpin, baik itu pimpinan sebagai pemimpin rumah tangga maupun pemimpin keluarga. Adik Soraya tahu beda antara keluarga dan rumah tangga? Oh itu nanti bisa kita diskusikan diluar forum ini. Lanjut ya, karena suami itu adalah pemimpin rumah tangga, maka kasus ini sangat, sangat, dan sangat berpengaruh buat moralitas istri-istri dinegara ini. Kenapa? Analoginya adalah sebuah negara, kalau pemimpinnya dibunuh oleh wakilnya, kira-kira bisa disebut sebagai apa kasus itu? Betul, betul sekali dik Soraya, itu bisa kita sebut Kudeta. Tapi ngomong-ngomong apa adik sudah punya pemimpin? Pemimpin rumah tangga maksud saya!" Sang ahli kemudian berlalu begitu saja, meninggalkan wartawan yang ia sebut dik Soraya itu sendiri mematung tanpa kata-kata lagi ditempatnya berdiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun