"Begitu dong, Mah! Kan lebih elok kalau seperti itu."
"Bagus tidak Mamah berpenampilan seperti ini?" Ibu tersenyum lebar menghadapkan seluruh tubuhnya pada Aida.Â
"Elok, Mah. Semoga konsisten."
"Tapi Mamah belum siap, Nak."
"Tuh sudah dipakai, berarti sudah siap dong."
"Ini kan untuk menghadiri peringatan maulid di rumah kepala desa."
Aida lemas mendengarnya.
"Kirain Mamah sudah mulai berhijab benaran hari ini. Padahal berhijabnya karena mau menghadiri undangan."
"Urusan kemantapan hati tidak boleh dipaksakan. Setiap orang berbeda-beda. Mungkin kamu begitu mudah menerima anjuran berhijab tapi ada juga yang sulit lantaran belum diberi kemudahan dan petunjuk. Sudah! Mamah pergi dulu, di luar papamu sudah menunggu."
"Mamah benaran mau menghadiri acara peringatan Maulid Nabi itu?" tanya Aida menatap lekat-lekat ke arah Salmia.
"Iya, emang kenapa kalau Mamah ikut memperingati maulid Nabi? Itu dilarang? Tidak ada dalilnya? Tidak pernah dicontohkan Nabi?"