Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen | Ketika Anak Meminta Ibunya Berhijab

10 Februari 2018   07:50 Diperbarui: 11 Februari 2018   02:58 1720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kamu tidak kenapa-kenapa kan Aida?" tanya Kamarudin sambil menikmati makanannya.

"Tidak kenapa-kenapa kok, Pah. Aku baik-baik saja. Sehat-sehat saja dan tidak sedang menganut aliran sesat ataupun teroris," Mereka makin terperanjat kaget mendengar tuturan Aida. 

"Pah, Mah, sekarang ini saya tengah belajar mendalami agama secara kafah. Tidak setengah-setengah lagi."

"Emang selama ini kita mendalami agama setengah-setengah? Kami mengajarkan Islam kepadamu juga setengah-setengah?" tanya Salmia.

"Sepertinya memang begitu. Buktinya Mamah tidak kepingin pakai hijab kan. Menutup aurat itu kewajiban Mah sebagai wanita muslimah. Ada dalilnya lho."

"Jadi selama ini kamu menganggap Mamah membuka aurat? Perasaan penampilan Mamah sopan-sopan saja," Salmia tidak enak hati mendengar perkataan Aida tadi.

"Saya yakin Mamah sudah tahu yang namanya aurat perempuan itu seperti apa dan bagaimana?"

"Jadi Aida ingin Mamah berpakaian sepertimu?"

"Kalau bisa kenapa tidak dicoba saja? Mamah sudah tidak muda lagi kan. Apa Mamah tidak mau masuk surga?"

"Apa Mamah tidak bisa masuk surga jika seperti ini? Apa perempuan yang bisa masuk surga hanya orang berhijab? Jadi bagaimana jika selama ini perempuan itu baik, ahli ibadah tapi tidak berhijab? Apa perempuan seperti itu juga tidak diperkenankan masuk Surga?" Salmia mencerca Aidah pertanyaan beruntun dengan nada penuh aksentuasi. Sedangkan Kamarudin hanya bisa menahan dirinya untuk tidak ikut campur dalam dialog antara ibu dan anak itu. Ia nyaman menyantap makanannya, tapi tetap mencerna dengan baik percakapan mereka.

"Mamah, urusan surga dan neraka adalah hak preogatifnya Allah. Kita yang hanya sebagai hamba tidak elok menjustifikasi orang lain atau diri sendiri masuk surga. Lagi pula aku tidak pernah bilang dengan berhijab perempuan itu akan dijamin masuk surga. Tapi berhijab adalah kewajiban. Ada dalilnya, Mah," jelas Aida.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun