Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Pacarku Seorang Pelacur

28 Juli 2017   21:56 Diperbarui: 28 Juli 2017   22:29 4657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Apa selama ini mas belum pernah sama sekali mendengar kabar miring tentangku?"

Parman tidak langsung menjawab pertanyaan Pinasti. Baginya pertanyaan Pinasti barusan terkesan aneh dan ganjil. Apakah Pinasti memang menyembunyikan sesuatu dari Parman? Ataukah jangan-jangan hal tersebut ada kaitannya dengan ucapan Paman Dali pada Parman tempo hari yang lalu?

"Kabar miring tentangmu? Saya rasa belum pernah mendengar itu. Yang saya tahu kalau banyak orang yang menganggap saya sebagai laki-laki beruntung lantaran bisa menjadi kekasihmu. Kau orangnya baik dan cantik. Jikapun esok tiba-tiba ada orang yang memberitahuku kalau kamu tipikal perempuan bejat. Saya anggap itu semua hanya fitnah belaka"

Parman makin bertambah curiga pada Pinasti. Pasti ada sesuatu yang telah dia rahasiakan dari kekasihnya itu. Sayangnya malam minggu kali ini dia belum sanggup bertanya hal yang macam-macam padanya. Lantaran rasa cintanya selalu mengalahkan rasa curiga pada pacarnya.

***

"Jangan sampai kamu salah dalam memilih wanita. Sebelum engkau melangkah lebih jauh. Cobalah renungkan apakah wanita yang kau pilih itu sudah benar-benar cocok denganmu" Ucap salah seorang teman Parman.

"Saya rasa keputusanku sudah bulat, untuk menikahi Pinasti nantinya. Saya sudah merenungkan semuanya kawan, janganlah terlalu khawatir"

"Tampaknya engkau belum banyak tahu tentang pacarmu itu"

"Maksud kamu apaan sih? Jangan banyak ngaco diwaktu pagi begini"

"Hei Parman. Sesekalilah engkau cari tau sendiri kebusukan pacarmu itu?"

Parman merasa tak enak hati mendengar tururan kawannya itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun