Pertimbangan lainnya yang juga memerlukan perhatian adalah terkait kondisi rawa. Â Lahan sawah yang berupa rawa banyak yang perangai produksinya berlawanan dengan sawah lazimnya. Â
Lahan lebak misalnya, justru memberikan kontribusi hasil produksi yang signifikan tinggi ketika musim kemarau, yaitu di musim yang lahan sawah non irigasi justru tidak dapat difungsikan untuk berproduksi.Â
Perangai produksi yang khusus ini, apakah juga telah terprogram dengan baik dalam Metode KSA, sehingga perhitungan luas lahan baku sawah dan IP, sudah merepresentasikan kemampuan produksi lahan rawa ini dengan baik.
Harapan pada Kontribusi Metode KSA untuk Penyelesaian Masalah
Masing-masing metode yang digunakan, sehingga menghasilkan dua kelompok data yang berbeda di atas, yakni  yang disebut "eye estimate" digunakan oleh Kementan dan Metode KSA yang digunakan oleh BPS, sebenarnya memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing. Â
Metode eye estimate mungkin bisa dianggap subjektif dan rentan terhadap rekayasa, namun metode ini unggul dalam hal jangkauan petugasnya yang mencapai pelosok terpencil dari unit observasi terkecil. Â
Sementara itu Metode KSA boleh jadi unggul karena lebih objektif dengan berdasarkan dukungan alat canggih untuk observasinya, namun pengaturan dan instalasi peralatan tersebut secara benar, untuk merespon variasi dalam tipe dan karakteristik lahan yang diamati, bisa jadi merupakan drawback yang harus diluruskan.
Berdasarkan hal itu alangkah indahnya apabila kedua metode ini "dikawinkan" untuk memperoleh "silangan" yang memiliki sifat-sifat keunggulan dan membuang karakteristik yang merupakan kelemahan dari kedua metode. Â
Saya berfikir apabila BPS kembali bersinergi dengan Kementan, Metode KSA dari BPS diimplementasikan, dengan dukungan verifikasi dari Kementan dengan petugasnya yang mampu menjangkau jauh sampai sudut-sudut terpencil, maka hasil yang lebih rigorus (teliti dan tepat) dapat diperoleh. Â
Harmoni dalam proses generasi data yang berjalan baik sebelum ini antara dua lembaga ini, kiranya perlu dilanjutkan kembali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H