Mohon tunggu...
KUNTJOJO
KUNTJOJO Mohon Tunggu... Lainnya - Saya menikmati menulis karena saya senang bisa mengekspresikan diri dan ide-ide saya.

"Menulis sesuatu yang layak dibaca atau melakukan sesuatu yang layak ditulis."

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lupa: Dampak Positif dan Negatif, Faktor Penyebab, dan Strategi Memori

27 Februari 2023   08:00 Diperbarui: 27 Februari 2023   08:16 776
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Proses Memori (Sumber: Weiten, 2017: 223)

Ada beberapa alasan mengapa orang lupa akan sesuatu. Salah satu yang paling sederhana adalah bahwa beberapa hal tidak pernah dikodekan sejak awal. Seseorang,  misalnya, mungkin telah mengatakan sesuatu kepada temannya saat dia berjalan keluar pintu, dan temannya mungkin telah mendengarnya, tetapi jika temannya tidak memperhatikannya maka apa yang dikatakan tidak akan melewati ingatan sensorik. 

Kegagalan pengkodean bisa berarti bahwa informasi yang dimaksud mungkin tidak pernah dimasukkan ke dalam memori sejak awal. Fenomena semacam ini kadang-kadang disebut pseudoforgetting, dan biasanya disebabkan oleh kurangnya perhatian (Weiten, 2017:  240). 

Disebut pseudoforgetting atau lupa semu karena kejadian tersebut pada dasarnya bukan lupa  karena memang tidak ada informasi yang tersimpan meskipun informasi tersebut ada dalam jangkauan seseorang namun tidak direspons dan tentu saja tidak mungkin tersimpan.  

Berkenaan dengan peristiwa lupa, Gross (2019: 247) menyatakan bahwa untuk memahami mengapa terjadi lupa, harus dipahami perbedaan antara ketersediaan (apakah materi telah disimpan atau tidak) dan aksesibilitas (mampu mengambil apa yang telah disimpan).

C. Dampak yang Timbul karena Lupa

Lupa sering dinyatakan  sebagai kegagalan, kelemahan, atau kekurangan dalam proses kognitif. Meskipun melupakan informasi penting bisa membuat frustasi, beberapa ahli teori memori berpendapat bahwa melupakan sesuatu sebenarnya adaptif (Weiten, 2017:  238). Bisa dibayangkan betapa beratnya beban kognitif seseorang  jika dia tidak pernah melupakan apapun. Menurut beberapa ahli, misalnya Schacter dan Storm, orang perlu melupakan informasi yang tidak lagi relevan, seperti nomor telepon yang sudah usang, kata sandi yang dibuang, dan baris yang dihafal untuk drama kelas sepuluh (Weiten, 2017:  238).

Sesuatu yang tidak penting atau sesuatu yang tidak menyenangkan apalagi menyakitkan kalau  dilupakan  saja karena sangat bermanfaat untuk beban kognitif dan kesehatan psikologis. Namun faktanya itu tidak mudah untuk dilakukan. Sebaliknya sesuatu atau informasi-informasi sangat penting justru terlupakan. Lupa materi ujian yang telah dipelajari, lupa membawa SIM dan STNK ketika sedang berkendaraan, dan lupa mematikan kompor gas ketika di rumah tidak ada orang, adalah lupa yang merugikan bahkan membahayakan.

D. Faktor Penyebab Lupa

Melupakan dapat mengurangi persaingan antar materi memori yang dapat menyebabkan kebingungan. Meskipun melupakan mungkin adaptif dalam jangka panjang, pertanyaan mendasar dari penelitian memori tetap: Mengapa materi memori yang sangat diperlukan pada saat atau situasi tertentu ternyata tidak bisa diambil dari penyimpanan?  Tidak ada satu jawaban sederhana untuk pertanyaan ini. Penelitian telah menunjukkan bahwa lupa dapat disebabkan oleh cacat dalam pengkodean, penyimpanan, pengambilan, atau beberapa kombinasi dari proses ini (Weiten, 2017:  238).

1. Penyebab Lupa Menurut Teori Peluruhan

Teori peluruhan atau peluruhan jejak (decay theory) mencoba menjelaskan mengapa lupa meningkat seiring waktu. Bahwa materi memori harus disimpan di suatu tempat di otak. Teori peluruhan menyatakan bahwa lupa terjadi karena jejak-jejak memori memudar seiring berjalannya waktu. Asumsi implisitnya adalah bahwa peluruhan terjadi dalam mekanisme fisiologis yang bertanggung jawab atas memori (Weiten, 2017:  240). Teori peluruhan berpandangan bahwa berlalunya waktu  menghasilkan lupa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun