Mohon tunggu...
Sekundus Septo Pigang Ton
Sekundus Septo Pigang Ton Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

SEORANG MUSIKAL

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kebahagiaan Sejati sebagai Tujuan Peziarahan Manusia

4 April 2022   10:12 Diperbarui: 4 April 2022   11:58 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bertolak dari pemahaman ini, bahwa manusia harus memiliki kebahagiaan, berjuang dengan keras untuk memperoleh dan merasakan kebahagiaan tersebut, maka kebahagiaan itu menjadi hal utama dalam hidup setiap orang.

Tetapi melihat kenyataan yang sedang terjadi, manusia pada saat ini kerapkali memaknai kebahagiaan itu secara sempit. Apa yang dimaksudkan dengan  memaknai kebahagiaan secara sempit? 

Kebahagiaan secara sempit ialah kebahagiaan yang hanya dimaknai pada materi dan harta kekayaan semata atau segala sesuatu yang mewah barulah bisa dikatakan merasa bahagia. Bertolak dari definisi kebahagiaan tersebut, maka yang menjadi pertanyaan ialah apa makna yang sebenarnya dari kebahagiaan itu? 

Tulisan ini bertitik tolak mengenai keprihatinan, di mana nilai kebahagiaan merosot dari kehidupan manusia. Berdasarkan keprihatinan di atas penulis ingin menggali apa makna dan di mana letak kebahagiaan itu? Seperti apa kebahagiaan itu akan diulas dalam tulisan ini.

Hakekat Kebahagiaan Manusia

Dalam hidup manusia tidak ada seorang pun yang terlepas dari rasa bahagia. Hal tersebut bukanlah sebagai ungkapan semata, tetapi sudah mendarah daging didalam masing-masing individu. 

Orang pasti ingin hidup bahagia, siapa pun itu. Segala aktivitas yang dilakukan selalu didasari dengan kebahagiaan dan itulah menjadi tujuan akhir. Bedasarkan pemahaman tersebut, Aristoteles berpendapat bahwa kebahagiaan menjadi tujuan akhir manusia. 

Untuk menggapainya perlu dilewati dengan berbagai aktivitas.[1] Tetapi dalam aktivitas tersebut Aristoteles menjelaskan lagi ada tiga pola hidup yang melekat dalam diri manusia sebagaimana membentuk perilaku manusia untuk memperoleh kebahagiaan.

Pertama, Mengejar kenikmatan.[2] Kenikmatan merupakan bagian dari kodrat hidup manusia. Di dalam diri manusia selalu ada keinginan untuk merasakan kenikmatan tersebut. 

Orang yang hidupnya hanya mencari kenikmatan, pasti membuatnya akan terus merasa bahagia, tetapi kebahagiaan yang dirasakan itu hanya sebatas kenikmatan yang diperoleh. Ketika kenikmatan itu tidak lagi dirasakan maka kebahagiaan tersebut pun lenyap.

Misalnya seorang ingin dipuaskan dengan makanan yang enak, ketika makanan tersebut sedang dinikmati ia merasa bahagia, tetapi setelah itu kebahagiaan pun hilang bersama habisnya makanan tersebut. Orang yang hanya mencari kebahagiaan dalam kenikmatan, tidak merasakan kebahagiaan yang sepenuhnya, ia terus mencari dan menjadikan dirinya yang tidak pernah puas dengan apa yang telah didapatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun