Dalam melihat tantangan baru ini, saya percaya bahwa era Eiger saat ini akan menjadi periode kritis dalam sejarah Disney. Bagaimana ia menanggapi perubahan pasar dan kritik akan menentukan bukan hanya masa depan perusahaan tetapi juga warisan yang akan ia tinggalkan. Ini adalah cerita tentang adaptasi dan keberanian untuk menghadapi ketidakpastian, sebuah cerita yang masih terus berkembang dan akan dituliskan dalam sejarah Disney.
Perbandingan Eiger dengan Steve Jobs dan Howard Schultz
Dalam memahami kembalinya Bob Eiger ke Disney, saya terdorong untuk menarik paralel dengan dua tokoh bisnis ikonik lainnya: Steve Jobs di Apple dan Howard Schultz di Starbucks. Ketiganya, dalam pengamatan saya, menggambarkan narasi tentang kepemimpinan, inovasi, dan kekuatan transformasi yang luar biasa dalam menghadapi tantangan.
Eiger dan Steve Jobs: Visioner yang Mengubah Industri
Steve Jobs, yang kembali ke Apple pada tahun 1997 setelah dipecat sebelumnya, menghadirkan kebangkitan yang dramatis untuk perusahaan. Sama seperti Eiger, Jobs dihadapkan pada tantangan untuk menghidupkan kembali sebuah brand yang telah kehilangan arah.Â
Dalam pengamatan saya, kedua pemimpin ini memiliki kemampuan yang sama untuk melihat di luar konvensi dan menciptakan produk yang tidak hanya mengisi kebutuhan pasar tetapi juga menciptakan kebutuhan baru. Eiger, dengan akuisisi Pixar dan Marvel, dan Jobs, dengan peluncuran iPhone, masing-masing telah mengubah wajah industri mereka.
Eiger dan Howard Schultz: Menjaga Warisan Sambil Berinovasi
Kemudian ada Howard Schultz dari Starbucks, yang kembali sebagai CEO pada tahun 2008 setelah pensiun pada tahun 2000. Schultz, seperti Eiger, menghadapi tantangan untuk memulihkan inti dari brand yang tampaknya telah terkikis.
Melihat kepemimpinan Schultz, saya melihat refleksi dari tantangan yang dihadapi Eiger: bagaimana menjaga warisan dan nilai inti sambil terus berinovasi dan beradaptasi dengan perubahan pasar.
Introspeksi dan Pembelajaran dari Ketiga Pemimpin
Ketika saya membandingkan Eiger dengan Jobs dan Schultz, saya menemukan benang merah yang kuat: kebutuhan untuk introspeksi dan pembelajaran dalam menghadapi krisis. K
etiganya mengajarkan bahwa tidak ada kesuksesan yang abadi tanpa kemauan untuk terus belajar dan beradaptasi. Dalam kasus Eiger, ini berarti memahami dan merespons dinamika pasar yang berubah, sambil menjaga inti dari apa yang membuat Disney unik.
Kepemimpinan mereka juga menunjukkan pentingnya pemahaman mendalam tentang DNA perusahaan. Baik Jobs, Schultz, maupun Eiger tidak hanya mengelola bisnis; mereka membina sebuah warisan, menjaga semangat inovasi, dan terus mendorong batas-batas kemungkinan.
Dalam introspeksi dan pembelajaran ini, saya melihat sebuah pelajaran penting bagi para pemimpin di era modern: keberhasilan bukan hanya diukur dengan angka, tetapi juga dengan kemampuan untuk menghadirkan visi yang berkelanjutan dan relevan di tengah perubahan konstan.Â
Bagi Eiger, seperti halnya Jobs dan Schultz, kembali ke helm bukan hanya tentang memperbaiki kesalahan masa lalu, tetapi juga tentang menulis babak baru yang akan membawa perusahaan mereka ke era berikutnya.