Sebuah artikel berjudul "Optimalisasi Gelar Radar Hanud Guna Meningkatkan Pertahanan Udara dalam Rangka Menjaga Kedaulatan Negara di Udara" yang ditulis oleh Kolonel (Lek) Kotot Sutopo menyebutkan bahwa satuan radar pertahanan udara di Tarakan dan Balikpapan pabrik pembuatnya sudah tutup, sehingga mengalami kesulitan suku cadang dan radar salah satu satuan tersebut tidak beroperasi (akibat kekurangan suku cadang).Â
Terlebih lagi dalam artikel yang sama, disebutkan masih adanya gap (celah) pada cakupan radar yang memungkinkan untuk dilakukan penyusupan sebagaimana ditunjukkan pada gambar dibawah ini;
(Kotot Sutopo, 2019)
TNI AU saat ini memiliki 3 Pangkalan Udara yang berlokasi di dekat calon ibukota baru, yaitu Lanud Anang Busra di Tarakan, Lanud Syamsuddin Noor di Banjarbaru (dekat Banjarmasin) dan Lanud Dhomber di Balikpapan.
Permasalahannya adalah semua Lanud ini masih berbagi Runway dan fasilitas dengan bandar udara sipil, dimana Lanud Anang Busra menyatu dengan Bandara Internasional Juwata, Lanud Dhomber dengan Bandara  Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan dan Lanud Syamsuddin Noor dengan Bandara Internasional Syamsuddin Noor.
Kondisi bercampurnya operasi sipil dengan militer dapat berujung kepada menurunnya efisiensi operasional udara, terutama apabila dibutuhkan reaksi cepat (scramble) dari unit udara yang bertugas, sementara ruang udara dan landasan masih digunakan oleh pesawat sipil.
Skenario Simulasi:
Skenario Decapitation Strike:
16 Agustus 2025
10:00 WITA sebuah flight yang terdiri dari 4 buah Su-30 terbang pada ketinggian 4500 kaki memasuki wilayah RI melalui areal perbatasan Indonesia-Malaysia di atas kabupaten Mahakam Ulu, dibawah ketinggian deteksi SATRAD Tarakan maupun Balikpapan.
10:06 WITA setelah turun ke ketinggian 1500 kaki untuk terus berada dibawah ketinggian deteksi radar dan berjarak 125 Nm dari ibukota baru, 4 buah rudal Kh-59 ME dilepaskan.