Mohon tunggu...
Kurnia Trisno Yudhonegoro
Kurnia Trisno Yudhonegoro Mohon Tunggu... Administrasi - Agricultural,Economic consultant and military enthusiast

Agricultural,Economic consultant and military enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Studi Pertahanan atas Calon Ibu Kota Baru

19 September 2019   11:49 Diperbarui: 19 September 2019   12:42 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

10:20 WITA KOARMABAR diberi kabar positive ID, melakukan telepon ke KASAL.

10:20 WITA Siaran langsung Sidang Tahunan MPR tiba-tiba terhenti, Layar TV yang sedang menyiarkan secara langsung menjadi statis.

10:20 WITA KASAL yang sedang menerima telepon dari KOARMABAR mendengar suara ledakan dari luar ruang kerja, melihat Gedung parlemen terbakar.

10:50 WITA Dikonfirmasi bahwa Presiden, Wakil Presiden, Panglima TNI beserta hampir seluruh Anggota MPR telah tiada, sesuai Undang-Undang Dasar maka pemerintahan dipegang oleh Triumvirate Menteri Luar Negeri, Menteri  Pertahanan dan Menteri Dalam Negeri (bila mereka tidak turut berada di dalam Gedung Parlemen).

11:00 WITA TRIUMVIRATE menyatakan negara dalam keadaan darurat perang, mengumpulkan pimpinan TNI dan Parlemen yang tersisa dan dievakuasi ke Jakarta (kota yang memiliki infrastruktur pertahanan terbaik berikutnya dan posisinya yang berada di bagian interior Indonesia).

11:00 WIB TRIUMVIRATE mengumumkan kejadian, sambil mencoba menganalisa siapa yang melakukan tindakan tersebut (tidak ada negara yang mengaku bertanggung jawab).

Skenario Invasi konvensional:
Dengan disposisi saat ini, yaitu 5 Batalyon Infantri + 3 Batalyon lainnya, dan total populasi sekitar 6,5 juta orang maka untuk melaksanakan invasi melalui laut membutuhkan sekurangnya 2 divisi marinir dan sekurangnya 4 divisi garnisun untuk okupasi, dengan asumsi tidak ada gerakan gerilya di wilayah yang diduduki.

Maka untuk serangan awal saja membutuhkan sekurangnya 300 kapal pendarat, belum kapal logistik dan pendukung lainnya. Pergerakan armada sebesar ini sudah pasti terlacak oleh satelit, sehingga deklarasi perang sebelum serangan sudah menjadi prasyarat dan dengan itu hilang juga faktor kejutan.

Analisis akhir:
Potensi serangan AL secara konvensional berupa surgical strike dalam rangka Decapitation Strike menjadi potensi terbesar. Sebuah serangan dengan bentuk invasi konvensional melalui laut juga berpotensi dilakukan.

Namun, sama dengan invasi darat, unsur kejutan menjadi hilang, sehingga mayoritas pimpinan Lembaga negara dapat dievakuasi terlebih dulu untuk memastikan keberlangsungan pemerintahan.

Matra Udara
Pertahanan Udara ibukota baru menjadi salah satu perhatian terbesar bagi penulis, mengingat jarak garis lurus dari perbatasan tetangga hanya 230 Nm. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun