Karena jujur saja, kami tak bisa memahami bagaimana masyarakat menyukai hoax sama seperti mereka suka dengan nasi putih.Â
Dan karena kami tak bisa melihat kepala dan ekor dari fenomena hoax pada pemilu ini dan korelasinya dengan kredibilitas pemilu, maka kami memutuskan berkesperimen dan menghidupkan kembali eks-penulis yang sudah jadi tulang belulang.
(Iya, kami tahu, semua ini terlalu merepotkan)
Oke, kita mulai saja laporan wawancara dengan George Orwell edisi pemilu kali ini.
Pewawancara (P): Sebelumnya, selamat datang di abad 21, Pak. Tapi saya ingin tahu lebih dulu, bagaimana saya bisa tahu Anda George Orwell yang asli?
Orwell (O): Aku tidak akan bisa membuktikannya padamu, jujur saja. Karena semuanya tentang diri seseorang, bahkan hingga tulisan yang dibuatnya di selembar kertas, tak akan bisa bertahan.Â
Apalagi potongan DNA, atau ideologi yang tak kau sentuh selama 50 tahun. Tapi ada satu rahasia kecil yang bisa kuberikan padamu, anak muda. Aku pernah iseng jadi orang mabuk agar dipenjara (tertawa)
P: (ikut tertawa) Oke, jadi saya hanya bisa percaya pada kata-kata Anda. Mirip ide tentang Big Brother, eh?
O: Ya, sayalah Big Brother-nya, kalau begitu (tertawa). Saya selalu mengawasimu
P: Oke, kita serius sedikit. Buat Anda ketahui, pemilu di negara ini sebentar lagi akan berlangsung. 3 hari lagi. Nah, menjelang pemilu ini banyak sekali hoax, berita tak benar. Menurut Anda kenapa itu terjadi?