Mohon tunggu...
Kresna Triadi
Kresna Triadi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Money

Menelusuri Kekuatan Pemuda Melalui Media sebagai Sarana Pengembangan Ekonomi Indonesia

10 Maret 2019   10:56 Diperbarui: 10 Maret 2019   11:05 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Namun, tidak semua orang menyadari bahwa ketika pemuda memiliki potensi sejak awal, mereka tidak perlu menunggu selesainya jenjang akademi untuk berkontribusi. Pemuda adalah bagian dari bangsa Indonesia, bukan hanya alat angkatan kerja saat ini untuk membangun Indonesia. 

Seluruh pemuda di Indonesia berhak untuk memberikan kontribusi dalam perkembangan Indonesia. Selain kemampuan pemuda yang bisa membantu impian bersama ini, pemuda dapat menambah kecintaannya terhadap bangsanya dengan melakukan suatu kontribusi semampunya. 

Bahkan, dapat dilihat dari banyaknya acara yang bertujuan meningkatkan nasionalisme siswa yang banyak diikuti pelajar masa kini. Ini menunjukkan kesiapan mereka untuk menjadi relawan dalam membangun negaranya sendiri.

Berbeda dengan generasi angkatan kerja saat ini, pemuda memiliki banyak paham yang berbeda dalam menghadapi dunia. Paham ini muncul karena banyak dari pemuda yang terlahir dalam era globalisasi yang serba modern dan canggih dan hal itu bisa terlihat dari jumlah pengguna internet Indonesia pada tahun 2016 sebanyak 82 juta jiwa dan 80% dari pengguna tersebut adalah pemuda. 

Banyak pemuda yang cenderung menerima dan menggunakan keuntungan dari globalisasi yang terjadi di dunia daripada hanya menyalahkannya sebagai perusak moral bangsa. 

Informasi yang mudah diakses membuat sebagian besar pemuda lebih cepat mengetahui perkembangan dunia dan untuk mengikuti tren yang ada pada masanya. Kelebihan dalam menguasai teknologi ini dapat menjadi pendorong utama alasan mengapa pemuda harus ikut berkontribusi dalam Indonesia Emas 2045.

Pada akhir pidatonya, Joko Widodo menyebutkan adanya pembangunan industri jasa pariwisata yang dinilai sangat menguntungkan. Namun, dibandingkan kedua program yang telah disebutkan sebelumnya, perkembangan sektor pariwisata belum terlihat jelas di mata masyarakat. 

Padahal, penulis menyetujui usulan beliau dalam meningkatkan sektor pariwisata karena Indonesia memiliki banyak lokasi yang eksotis untuk dapat menarik keuntungan dari turis lokal maupun mancanegara. Bila sektor ini digunakan dengan baik, Indonesia dapat mengikuti negara-negara maju lain yang berpindah haluan ke industri jasa. 

Permasalahan utama yang dihadapi oleh Indonesia adalah bentuk muka buminya yang terdiri atas kepulauan. Sulit untuk mengakses antar daerah, terutama untuk beberapa daerah kepulauan terpencil yang jauh dari pulau-pulau utama. Padahal, kita tidak pernah tahu potensi macam apa yang ada pada pulau-pulau tersebut. 

Misalnya, pada kepulauan Natuna di antara Pulau Sumatra dan Pulau Kalimantan, terdapat lokasi pariwisata bahari yang tidak kalah dengan Raja Ampat dan Bunaken. Sayangnya, Kepulauan Natuna tidak pernah dilirik karena aksesnya yang susah setelah runtuhnya Riau Airlines karena bangkrut.

Selain sulitnya akses, sedikit pula adanya publikasi dari tempat tersebut sehingga tidak banyak orang yang cukup tertarik untuk mengunjunginya. Saat ini, hanya Pulau Bali yang menjadi primadona Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun