Para konglomerat Indonesia  tentu masih ingat, bagaimana Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) yang didirikan pemerintah harus terpontal-pontal menangani restrukturisasi dan rehabilitasi anak-anak perusahaan konglomerat beserta bank-banknya, untuk mengembalikan dana Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang telah dipinjamkan kepada mereka.
Walaupun pada akhirnya diketahui banyak diantara para konglomerat itu menyalahgunakan dana BLBI (Bantuan Likuiditas Bank Indonesia). Dan asset yang mereka serahkan ke BPPN (Badan Penyehatan Perbankan Nasional), banyak diantaranya adalah aset bodong, yang nilainya tidak sama dengan nilai pasar. Akibatnya, nilai aset yang pada awalnya diperkirakan Rp 660 triliun, kenyataannya telah menyusut menjadi sekitar Rp 160 triliun.
Ironis memang. Tetapi itu masa lalu, walaupun sulit untuk dilupakan. Sekarang yang kita butuhkan adalah social capital. Kita membutuhkan empati dari para konglomerat dan orang kaya Indonesia untuk membantu saudara sebangsa yang mengalami kesulitan akibat pandemic Covid 19.
Seperti empati yang ditunjukkan oleh pengusaha dermawan almarhum Akidi Tio dan keluarganya. Yang rela mendonasikan Rp 2 triliun uangnya untuk membantu masyarakat Palembang, Sumatera Selatan. Kota yang membuatnya menjadi salah satu orang kaya di Sumatera. Meski pun tidak tercatat sebagai 20 orang terkaya Indonesia versi Majalah Forbes.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H