Mohon tunggu...
Kanjeng Senopati
Kanjeng Senopati Mohon Tunggu... Ilustrator - K.R.M.H. Tommy Agung Hamidjoyo. SE

Spiritual Analysis

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Sejarah Ajaran Kapitayan Bukan Agama Asli Orang Jawa Kuno

22 Januari 2022   21:26 Diperbarui: 22 Januari 2022   22:04 30474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

SEJARAH LAHIRNYA AJARAN KAPITAYAN BUKAN AGAMA ASLI ORANG JAWA KUNO

Sebelum Masuknya Hindu Budha ke Nusantara Orang Jawa Sudah Memiliki Keyakinan Bernama Kapitayat, Apakah Benar? 

Jejak Rekam Sejarah Perjalanan Peradaban Nabi Sulaiman Dan Ratu Bilqis Di Nusantara

Oleh Kanjeng Senopati

BERDASARKAN catatan-catatan manuskrip jejak sejarah yang tertulis dan dipelajari dari Kitab Suci dan kitab-kitab sejarah peradaban manusia kisah para Nabi dan dari manuskrip kuno Israiliyat bahwa kerajaan Nabi Allaah Sulaiman alaihi salam dan istrinya Ratu Bilqis memiliki kerajaan yang sangat besar dan luas.

Nabi Sulaiman mewarisi kerajaan besar, sebagai founding father dari Imperium Achaemenid Persia yaitu kerajaan Sulaiman, yang menguasai wilayah yang tidak tertandingi pada era zaman Sebelum Masehi.

Dari Balkan hingga ujung Persia (Iran) pada hari ini, Cyrus telah mendahului Alexander The "Great" beberapa abad dalam penaklukkan epik di zaman kuno.

Menurut sejarah bahwa Achaemenid Kerajaan Nabi Sulaiman adalah di antara kerajaan di dunia dengan wilayah kekuasaannya terluas dan terbesar dalam sejarah manusia.

Hingga saat Nabi Sulaiman bersama Ratu Bilqis mengelilingi dunia ke wilayah bumi selatan kemudian masuk ke wilayah asia tenggara mendekati wilayah khatulistiwa dan hingga akhirnya singgah ke tanah nusantara dalam beberapa tahun, dalam rangka menyebarkan agama samawi (agama langit) risalah tauhid (Islam), ini telah disepakati dan ditulis oleh ahli sejarawan Islam kontemporer.

Nabi Sulaiman hidup pada abad ke-9 Sebelum Masehi (989-931 SM), atau sekitar 3.000 tahun yang lalu. Beliau mewarisi kerajaan besar dari ayahnya Nabi Daud atau raja Daud. Dan Nabi Sulaiman memerintah kerajaannya dibumi selama 40 tahun lamanya.

Nabi Sulaiman pernah menginjakkan kakinya di tanah nusantara. Membawa sebagian kaumnya yang didominasi ras  Austronesia yang telah beriman yang terdiri dari ras turki, ras india dan ras cina untuk menetap di nusantara, kaum inilah yang diijelaskan para arkeolog cikal bakal nenek moyangnya melayu kuno mereka cikal bakal para leluhur nusantara yang menurunkan kita.

Yang menjadi pimpinan armada laut besar Nabi Sulaiman dalam perjalanan besar saat itu dipimpin oleh Musa bin Ezekil beliau adalah seorang Pangeran Syarkil (anak Raja Syarkil). Adalah seorang pemuda bangsawan yang berasal dari salah satu negeri Hindu di Hindustan bertahun berguru ajaran tauhid Islam kepada Raja Sulaiman. Hingga akhirnya dia beriman dan mengikuti agama Tauhid yang dibawa oleh Nabi Sulaiman.

Perjalanan besar armada Angkatan laut Nabi Sulaiman bersama Ratu Bilqis dengan membawa perbekalan perniagaan harta berupa ribuan peti-peti emas dan permata tujuannya dalam antisipasi untuk menebus dan membebaskan budak yang masih tertindas di berbagai wilayah negeri di setiap bumi yang disinggahinya.

Dalam perjalanan Angkatan laut Kerajaan Sulaiman Raya Tersebut dikawal langsung oleh Menteri Pertahanan Kerajaan yaitu Waliullah Malik Abdul Khadi dan dikawal ribuan pasukan jin beliau mengikuti armada besar Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis.

Nabi Sulaiman alaihisalam dan Ratu Bilqis bersama tentara dan armadanya tiba didaratan wilayah nusantara.

Yang sebelumnya di tanah nusantara ini masih daratan kosong hanya ada segelintir manusia yang tersisa tinggal disana dan sangat primitif, animis bahkan atheis tidak mengenal kepercayaan kepada Tuhan.

Dan selebihnya belahan bumi nusantara masih sangat rapat dan hutannya sangat lebat. Kondisi alam geografisnya tropis dipenuhi oleh gunung-gunung yang semuanya gunung berapi.

Wilayah nusantara saat itu sebagian besar masih banyak didominasi makhluk non manusia yaitu dihuni oleh para gaib dari golongan bangsa jin.

Lalu beliau membangun peradaban dengan ajaran tauhid mengenalkan risalah tauhid (Islam) kepada kaum pengikutnya yang kemudian disebut bangsa melayu kuno di bumi nusantara jauh ribuan tahun lalu sebelum munculnya ajaran kapitayan atau Kapitayat.

Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis tidak begitu lama tinggal di nusantara. Itu sekitar 3000 tahun yang lalu dan wilayah sumatra sampai indonesia timur masih nyambung dengan benua asia.

Beliau mengadakan perjalanan dari wilayah daratan sumatra, jawa sampai ke wilayah daratan ujung NTB dan sebagai pusat kerajaannya adalah diwilayah selatan daratan tengah dan timur jawa sepanjang pantai selatan jawa.

Kemudian meninggalkan tanah nusantara dengan meninggalkan peradaban tinggi di nusantara yaitu ajaran luhur ajaran tauhid kepada para leluhur kita generasi pertama sebagai "warisan adiluhung kamulyaning jagat wasesa" asli para leluhur orang jawa dan orang sumatra.

Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis meninggalkan peradaban dan juga meninggalkan perniagaan kekayaan harta emas kerajaan dimana beliau memerintahkan bangsa jin dari kerajaan besar laut di samudera selatan untuk menyimpan secara gaib di sebagian wilayah nusantara terutama dititik wilayah jawa, sumatra dan sulawesi.

HUBUNGAN NABI SULAIMAN DENGAN JIN PENGUASA LAUT SAMUDERA

Saat Nabi Sulaiman berada beberapa masa di nusantara pernah terjalin hubungan "diplomatik" antar pemerintahan kerajaan manusia yang dipimpin oleh Nabi Sulaiman dengan penguasa kerajaan besar lautan samudera Kanjeng Ibu Ratu Kidul Hajjah Syarifah Dewi Nawangwulan (pemimpin dari kerajaan golongan gaib jin muslim).

Sosok Bunda Ratu Kidul dan Nyai Roro Kidul adalah dua sosok makhluk gaib dari golongan jin muslim, mereka adalah muslimah yang sangat menjaga ketaatan kepada Allaah menjaga akhlak adab dan selalu berhijab menjaga aurat sebagai makhluk yang memiliki peradaban tinggi. Tidak seperti yang dibayangkan pada film fiksi yang menyesatkan dan ilustrasi lukisan yang bodoh terhadap sosok Ibunda Ratu.

Mereka para ratu dari golongan gaib (bangsa jin) diperintah oleh Nabi Sulaiman untuk ikut menjaga keseimbangan alam dan menjaga wilayah nusantara serta diperintahkan menyimpan secara gaib harta kerajaan di nusantara yang sebagian dari perniagaan Ratu Bilqis isterinya Nabi Sulaiman.

Bangsa jin ribuan tahun sudah lebih dahulu menempati tanah dan lautan di nusantara sebelum datangnya peradaban manusia dari india dan cina ke tanah nusantara.

Bangsa jawa kuno dari generasi pertama adalah dari ras Proto Melayu dan Deutro Melayu ribuan tahun lalu ternyata telah lebih dahulu mengenal dan memeluk peradaban keyakinan agama samawi agama tauhid (Islam) yang dibawa oleh Nabi Sulaiman alaihisalam sebelum turunnya dan sempurnya risalah Islam yang dibawa oleh Rasululloh Shalallahu alaihi wasalam.

Penduduk di nusantara sebenarnya sudah mengenal ajaran tauhid agama samawi (agama langit) jauh lebih dahulu sebelum masuknya Syekh Subakir dan para Walisongo.

Dan para wali baru menyebarkan ajaran luhur tauhid setelah Allaah SWT menyempurnakan ajaran tauhid menjadi risalah Al Islam melalui Rasululloh Muhammad dengan turunnya pusaka terbesar yaitu Kitab Suci Al Qur'an.

CANDI BOROBUDUR TIDAK ADA HUBUNGANNYA DENGAN NABI SULAIMAN DAN RATU BILQIS

Sebenarnya peradaban Islam atau ajaran luhur ketauhidan sudah ada di bumi nusantara sejak ribuan tahun lalu sebelum para leluhur kita  mengenal ajaran agama paganisme (agama / keyakinan kultur masyarakat setempat) seperti kapitayan, hindu dan budha.

Memang benar Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis pernah singgah di bumi nusantara untuk beberapa waktu. Tapi keberadaan Nabi Sulaiman di nusantara TIDAK PERNAH ADA hubungannya dengan Candi Borobudur peninggalan Dinasti Syailendra.

Nabi Allaah Sulaiman sama sekali tidak pernah membangun sebuah candi apalagi membangunkan Candi Borobudur.

Karena Candi Borobudur adalah peninggalan Dinasti Syailendra dari Kerajaan Mataram Kuno pada abad ke-8. Dan BUKAN peninggalan Nabi Sulaiman, karena kenapa?

Pertama, masa Nabi Sulaiman adalah kurun waktu tahun (989-931 SM), jadi sekitar 3.000 tahun yang lalu. Sedangkan, Candi Borobudur, seperti yang tertulis dalam berbagai buku sejarah nasional, didirikan baru di akhir abad ke-8 Masehi atau sekitar 1.200 tahun yang lalu sehingga tidak nyambung dan bertemu kurun waktunya.

Kedua, Borobudur adalah sebuah candi tempat pemujaan keyakinan "orang budha" sehingga banyak terdapat patung Budha dan para resi Budha. Sedangkan ajaran luhur Nabi Sulaiman membawa ajaran tauhid tidak pernah memerintahkan membangun sebuah candi keyakinan agama lain yaitu Budha. Nabi Sulaiman tentunya jelas ajarannya melarang keras membuat patung-patung berbentuk makhluk hidup.

Sangat naif dan mustahil sekali jika candi Borobudur yang banyak patung manusia adalah peninggalan Yang Mulia Nabi Allaah Sulaiman alaihisalam.

Jadi tidak ada benang merahnya sama sekali dan tidak menyambung baik secara filosofi apalagi secara kultur religius antara Nabi Sulaiman dengan Borobudur.

Yang ada hanya prasangka yang dipaksakan dengan teori "gotak gatuk"atau "dihubung-hubungkan" ini dasar yang tidak ilmiah sama sekali dan Tidak real dan tidak unsustainable tidak ilmiah dan tidak bisa dipertanggung jawabkan analisa sejarahnya.

LAHIRNYA AJARAN KAPITAYAN

Saat itu wilayah yang sekarang disebut pulau jawa, sumatra, Sulawesi dan kalimatan masih menyatu dan menyambung dengan benua asia.

Lalu sepeninggal Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis meninggalkan wilayah tanah nusantara dan kembali ke Baitul Maqdis atau Yerusalam (wilayah arab timur tengah).

Maka Generasi yang masih kokoh keyakinannya dan lurus tauhidnya dari para leluhur kita adalah generasi pertama.

Para leluhur kita generasi pertama  Nabiulloh Sulaiman mengajarkan kepada mereka ajaran tauhid sehingga mereka orang jawa kuno telah percaya keberadaan suatu entitas yang tunggal yang tidak kasat mata namun memiliki kekuatan adikodrati yang menyebabkan kebaikan dan keburukan dalam kehidupan manusia. Mereka tidak pernah menyembah selain Tuhan.  Mereka ini disebut para "Kapitayan".

Merekalah para leluhur kita generasi pertama yang masih kokoh memegang teguh ajaran luhur agama samawi ajaran tauhid (Islam) yaitu syariatnya Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis sebagai warisan "adiluhung kamulyaning sejagat wasesa" para leluhur nusantara.

Setelah seribu tahun kemudian dari generasi ke generasi berikutnya. Maka generasi terakhir dari para leluhur mulai luntur keyakinannya dan mulai pelan menyimpang dari ajaran para leluhur masa generasi pertama yang lurus yang diajarkan oleh Nabi Allaah Sulaiman alaihisalam

Karena mulai hilangnya bimbingan tauhid dari leluhur sebelumnya.
Mulailah para leluhur dari generasi tengah muncul benih mencampurkan ajaran tauhid (Islam) Nabi Sulaiman dengan praktek spritual pribadi manusia masing-masing. Bukan mengikuti tuntunan kitab Zabur sesuai yang dibawa dan dituntunkan oleh Nabi Sulaiman dan apa yang pernah di imani dan diamalkankan oleh para leluhur kita generasi pertama.

Di masa era generasi kedua atau generasi tengah para leluhur kita mulai ada dari sebagian yang mulai menggunakan akal, dan perasaannya sebagai ukuran pijakan dalam mencari sendiri hakikat siapa itu "Tuhan".

Generasi kedua dari para leluhur kita awalnya berkata ini dalam rangka bertaqarub kepada Sang Hyang Allaah Subhanahu wa ta'ala mencucikan diri kepada Yang Maha Esa yaitu "Sing Kuwoso" yang tidak tampak, tapi Ada bisa dirasakan keberadaannya, kata mereka.

Mereka masih menjalankan sembahyang (sholatnya syariat Nabi Sulaiman) dan beriman kepada kitab suci Zabur firman Allaah tentang tauhid yang dibawa oleh Nabi Sulaiman. Dimasa generasi tengah ini sebenarnya masih lumayan baik dan fine saja.

Tapi generasi berikutnya setelahnya itu dari para leluhur yang semakin jauh dari ilmu dan jauh dari bimbingan amalan leluhur syariat Islamnya Nabi Allaah Sulaiman alaihi saalam.

Para leluhur kita dari generasi terakhir mulai "merenovasi" dan merekayasa ajaran  leluhur sebelumnya dalam melakukan ritual dengan cara pengalaman sendiri dan cara masing tanpa bimbingan ilmu dari contoh para leluhurnya yang berilmu generasi pertama.

Mereka mulai berani menciptakan keyakinan sendiri menyebutnya bahwa Yang Maha Kuasa sebagai Sang Hyang atau Tuhan itu suka berada ditempat yang suwung (ditempat yang kosong).

Akhirnya generasi terakhir dari para leluhur yang paling radikal dan  underdog pemikirannya tapi miskin ilmu melakukan ritual ibadah ditempat yang mereka anggap suwung.

Keyakinan mereka bahwa tempat suwung itulah tempat kosong dimana ditempat itu ada Tuhan dan Tuhan akan hadir dan bersemayam ditempat yang suwung, seperti pada pohon besar, batu besar atau alam.

Maka kadang keyakinan ini seolah-olah keyakinan pemujaan kepada alam tapi sebenarnya tidak. Karena menurut mereka di alam diyakini terdapat energi besar karena Tuhan menitis ke alam tersebut, menurut keyakinan mereka.

Keyakinan-keyakinan ini tidak dikenal sama sekali oleh para leluhur kita para Kapitayan yang lurus baik dari generasi pertama maupun leluhur generasi kedua.
 
Generasi terakhir dari para leluhur kita ini mencari tempat spiritual seperti di gua-gua, gunung-gunung, di lembah, dipohon besar, di sungai, danau dan lautan. Keyakinan mereka ciptakan sendiri. Ini semua tidak lepas dari campur tangan dari golongan ghaib (bangsa jin) waktu itu yaitu yang dipanggil sebagai Dahnyang Semar.

Ajaran Kapitayan atau Kapitayat adalah suatu keyakinan baru yang memuja sembahan utama yang disebut Sanghyang Taya, yang artinya Maha Kuasa yang Maha Tunggal yang bermakna hampa, kosong, suwung, atau awang-uwung.

Ajaran Kapitayan terus berkembang sebelum masuknya ajaran Hindu Budha ke jawa dan keseluruh nusantara.

Pada masa itu diseluruh kerajaan nusantara tidak ada lagi yang mengenal ajaran generasi pertama yaitu ajaran agama samawi Nabi Sulaiman sebagai ajaran luhur adiluhung syariat Nabi Allaah Sulaiman yang mengutamakan tauhid, menjunjung adab, budi pekerti, norma susila cara bergaul antara laki dan wanita dan berpakaian yang penuh dengan adab tinggi, penuh dengan kedamaian dan ketenteraman seperti pada masa leluhur generasi pertama.

SALAH BESAR bahwa Kapitayat adalah agama asli atau keyakinan asli orang jawa kuno para leluhur kita. Sebab sebelum munculnya Kapitayat di nusantara para leluhur kita telah memiliki ajaran luhur yang jauh umurnya lebih tua yaitu ajaran luhur tauhid syariatnya Nabi Allaah Sulaiman sebagai keyakinan spiritual asli kepercayaan manusia melayu kuno yaitu Proto Melayu dan Deutro Melayu.

Maka tidak heran dalam ajaran Kapitayat dasar keyakinannya seperti ajaran Islam yaitu berkeyakinan  menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa atau Maha Tunggal dan Tuhan tidak diserupakan atau digambarkan oleh makhluk apapun, kenapa demikian?

Karena memang dasar fundamen ajaran Kapitayan adopsi dari ajaran tauhid Islam itu sendiri sebagai agama samawi (agama langit) dari sisa-sisa ajaran para leluhurnya sebelumnya yaitu ajaran tauhid yang lebih dahulu hadir di bumi nusantara. Tapi kemudian telah luntur dan hilang begitu saja setelah ribuan tahun kemudian sebagai ajaran asli para leluhur orang jawa dan sumatra sebagai ras melayu kuno.

Ajaran asli para leluhur yaitu ajaran tauhid agama samawi sebagai warisan Adiluhung sejati kamulyaning sejagat wasesa yang dibawa oleh Nabi Allaah Sulaiman telah hilang dan punah pada Generasi terakhir dari para leluhur.

Karena generasi terakhir dari para leluhur ini telah berpedoman kepada pikiran perasannya masing manusia, berdasarkan halu mereka sendiri mereka hanya gunakan dzon-dzon (prasangka) dewe dalam menilai yang dianggap "kebenaran sejati".

Akhirnya memunculkan pemikiran ekstrim radikal paganis dengan berkeyakinan yang penting kita cukup eling saja atau cukup "ingat" saja kepada Tuhan Yang Maha Kuasa tidak perlu mengamalkan syariat "sembahyang" sebagai bentuk penyembahan seorang hamba kepada pencipta.

Selama ratusan tahun agama Kapitayat terus mengalami perubahan dan pembelokan "aqidah" dari keyakinan menyembah kepada Yang Maha Tunggal berubah maknanya  menjadi hakekatnya menyembah kepada yang "suwung" yang semakin jauh dari ajaran adiluhung sejati para leluhurnya generasi yang pertama. Akhirnya lahirlah landasan fundamental keyakinan "Kapitayan" yang jauh dari aslinya yaitu sbb :

LANDASAN DASAR KEYAKINAN KAPITAYAN ADALAH :

* Agamaku : Universal
* Imanku : Kemanusiaan
* Kiblatku : Nuswantara
* Kitabku : Seluruh Kehidupan Ini. Tidak Perlu Kitab Tertulis, Yang Ada Adalah Hati Nurani.
* Nabiku : Badan / Raga ini (Diri Sendiri).
* Sembahyangku : DIAM (meneng / suwung / hening) mengheningkan diri, mengheningkan cipta, menyelaraskan diri antara hati pikiran dan seluruh piranti hidup  dengan seluruh alam semesta.

Ajaran Kapitayat atau Kapitayan pun terpecah belah menjadi beberapa sekte aliran-aliran diantaranya ajaran Kejawen di jawa, Sunda Wiwitan di banten jawa barat, Kaharingan di kalimantan dll.. yang semua leluhur mereka adalah SATU berasal dari generasi pertama Semua aliran ini oleh pemerintah masuk kedalam aliran kepercayaan kepada Tuhan TME.

Penganut Kapitayat yang sekarang sangat ekstrim mereka penganut Kapitayan ortodoks mereka membanggakan Kapitayat karena mengira sebagai  warisan budaya adiluhung, Padahal hakikatnya BUKAN dan bukan warisan adiluhung sejati.

Karena telah mengalami pembelolan dan perubahan dalam cara keyakinan dari generasi ke generasi dari ajaran asli ketauhidan Kapitayan yang dibawa dari para leluhur generasi pertama.

Mereka mengira bahwa ajaran Kapitayat yang saat ini adalah ajaran asli warisan adiluhung para leluhur orang jawa di nusantara. Ini semua salah kaprah dan bodoh terhadap peradaban sejarah !

Mereka lupa dan tidak paham sejarah, kalau awalnya munculnya keyakinan Kapitayat itu justeru bersumber dan berasal dari ajaran tauhid dan dasar keyakinan Kapitayat merupakan adopsi dari ajaran tauhid (Islam) yang dibawa oleh Nabi Allaah Sulaiman alaihisalam, disana diajarkan ada tuntunan sujud dan sembahyang kepada Tuhan Pencipta.

Maka telah diutus manusia pilihan Allaah yang diturunkan di bumi. Membawa ajaran tauhid sebagai warisan luhur Adiluhung Kamulyaning Sejagat Wasesa . Di tanah jawa ajaran risalah Nabi Allaah Sulaiman oleh orang jawa kuno purba (melayu kuno) dulu disebut Kapitayat dan pengikutnya KKepercayaan Kapiyatan.

Seperti keyakinan menyembah kepada Yang Maha Tunggal dan ajaran norma adab, akhlak, budi pekerti dan pola hidup dasarnya ini semua dari ajaran tauhid Islam.

Walau bagaimanapun ajaran tauhid sebagai agama langit adalah sumber dari segala sumber keyakinan, norma dan pola hidup orang jawa kuno dan nusantara.

Tidak akan ada ajaran Kapitayat di jawa dan ajaran Kejawen, ajaran kepercayaan lainnya kepada Tuhan YME, kalau para leluhur sebelumnya tidak mengenal ajaran luhur TAUHID wasesa yang SATU !

Kita tidak boleh menafikan mengingkari peradaban ajaran luhur  para Nabi. Karena para Nabi adalah sebagai Founding Fathers seluruh leluhur para manusia dimuka bumi mereka Foundation of civilization dasar peradaban para manusia yang pertama yang paling tertua yang ada dimuka bumi ini.

Merekalah "Generasi Pertama" yang hakikatnya disebut LELUHUR kita yang  mewarisankan ajaran luhur adiluhung manusia jawa di nusantara. Bukan para "nenek moyang" kita generasi terakhir yang jauh dari ilmu dan cahaya petunjuk.

Disebabkan mereka telah menyimpang dari ajaran yang lurus dari para leluhur generasi pertama akhirnya para "nenek moyang" generasi terakhir ini menjadi dungu dan underdog karena telah mengingkari kitab suci agama dari langit para leluhurnya sendiri.

Karena sudah rusaknya peradaban ajaran tauhid para manusia di jawa dan nusantara maka Allaah munculkan seorang ulama Ahlus Sunnah waliulloh Syech Subakir menyempurnakan risalah tauhid di nusantara membawa ajaran luhur Kanjeng Nabi Rasulullah Shalallahu alaihi wasalam sebelum hadirnya Walisongo. Yang akhirnya ajaran luhur tauhid Islam sebagai agama resmi para raja dan sultan seluruh kerajaan nusantara.

Anehnya ada sekelompok yang mengaku "pecinta budaya" nusantara tapi menyerang dan melecehkan ajaran luhur tauhid Islam sebagai perusak budaya dan perusak keyakinan asli orang jawa. Sebemarnya mereka adalah kelompok para bolot yang underdog pikirannya.

Mereka tidak paham sejarah peradaban di nusantara yang sebenarnya. Padahal peradaban Islam sebagai ajaran pola hidup bermasyarakat di jawa dan nusantara jauh lebih duluan ada sejak nenek moyang awal pertama kali menginjakkan kakinya di bumi nusantara.

Bisa dibayangkan apa jadinya bila orang nusantara tidak mengenal ajaran luhur ajaran tauhid Nabiulloh Sulaiman.Orang nusantara akan menjadi buta dan jahiliah seperti keyakinan nenek moyang orang Arab kuno, India atau Cina yang beragama paganis atau bahkan menjadi atheis

Dan orang jawa kuno selamanya tidak akan mengenal ajaran Kapitayat jika  Nabiullah Sulaiman tidak pernah masuk ke tanah nusantara membawa ajaran tauhid sebagai ajaran adiluhung kamulyaning jagat wasesa sayekti (warisan ajaran luhur yang membawa kemuliaan seluruh alam yang berisi ajaran tauhid kepada Allaah Yang Maha Tunggal yang Maha Sakti).

Harus diingat para leluhur orang jawa kuno dan penduduk nusantara telah beriman dan menjadi beradab setelah mengenal dan mengamalkan ajaran tauhid Nabi Sulaiman alaihisalam jauh ribuan tahun sebelum munculnya "Kapitayat" yang diyakini seperti sekarang ini.

Penulis adalah :
Pemerhati Spiritual Peradaban Kerajaan Nusantara dan Pemerhati Sejarah Peradaban Agama & Keyakinan Kepercayaan

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun