Ingatan akan hari spesial sang kekasih, membuat Kevin bergerak menuju sebuah mall. Ketika pulang menuju parkiran, matanya melayang pada anak perempuan beserta sang adik. Dia belajar sesuatu dari mereka, inspirasi apa yang didapatkan Kevin?
Saat menyeduh kopi di pagi hari, Kelvin teringat, besok adalah hari kebahagiaan sang kekasih, Nancy. Otaknya mulai berpikir, kado apa yang disukai Nancy. Kevin ingin membuat sang kekasih bahagia dengan surprise.
Teringatlah dia, saat jalan di sebuah mall, Nancy sempat bertanya tentang pendapatnya terhadap sweater berwarna ungu. Saat itu, Kevin hanya cuek tak berkomentar. Mungkin sweater itu bisa membuat Nancy tersenyum sebab gaya fashion yang selalu dikenakan waktu kencan.
Kevin bersiap mengenakan kaos oblong dan celana pendek, dilajukan motor racing menuju mall itu. Tak sampai lima belas menit, dia sudah menekan tombol otomatis karcis parkir. Untunglah, sudah jam 10 lebih sehingga mall mulai ramai. Di parkir motor itu di bawah pohon rindang, biar tak tersengat sinar matahari.
Segera Kevin bergegas lewat pintu samping mall. Tanpa terdistraksi gerai yang menawarkan fashion cewek, Kevin langsung mencari gerai sweater ungu itu. Cukup lama muter-muter karena lupa letak lantai nya. Akhirnya, melalui eskalator menuju atas, ditemukan gerai itu, bersampingan dengan toko kosmetik di lantai 1.
Kevin berjalan mengamati setiap baju yang tergantung di hastock, ditemukan sweater itu yang terpampang diatas. Cukup manis dan imut bila dikenakan Nancy. Memang Nancy sangat pandai dalam hal fashion sehingga selalu terlihat cantik dan anggun dengan baju apapun. Kepintaran mengkombinasikan warna, salah satu keahliannya.
Kevin bingung dengan pilihan warna, ada ungu, pink dan cream, yang semuanya cantik. Ditambah dengan ukuran size S dan M. Kebingungan itu, terlihat serta ditangkap kakak pramuniaga.
"Bisa dibantu kak?" tanyanya pada Kevin.
"Mbak, ini 3 warna aja atau bagaimana?" tanya Kevin.
"Iya kak, hanya 3 warna aja dan ini limited stock, jadi hanya tinggal di sini aja." Baju itu tinggal lima sedangkan warna ungu tinggal satu.
"Mbak, warna ungu ukuran M ada?" tanya Kevin penasaran.
"Kebetulan kemarin udah laku, tinggal S aja. Tapi ukurannya cuma beda sedikit kok kak," jawab pramuniaga itu, sambil menunjukkan perbandingan ukuran S dan M. Kakak itu melanjutkan penjelasan, bahwa sweater ini otomatis melar mengikuti bentuk badan si pemakai.
Nancy berambut panjang, tinggi serta kurus, sepertinya ukuran S, pas untuknya. Diberikan sweater itu untuk dibungkus sang pramuniaga. Setelah melakukan transaksi, ditinggalkan gerai itu untuk mencari toko alat tulis.
Matanya sangat lihai menemukan kotak ungu, imut dan manis, cocok dengan isinya, lalu tak lupa dia mencari kartu ucapan. Setelah semua didapatkan, Kevin menuju kasir.
Tak membuang waktu lama lagi, Kevin menuju barbershop langganannya. Lumayan sepi sehingga bisa langsung ditangani. Setelah berkonsultasi dengan sang penata rambut, Kevin mencoba gaya short and spiky. Kevin terus menatap kaca di depan mata, rasa penasaran dengan model rambut baru ini apa cocok dengan dirinya.
Setelah selesai, ternyata Kevin cukup puas dengan model rambut bagian atas meruncing berdiri diikuti bagian samping tipis. Terlihat lebih cool dan cocok dengan kacamatanya. Setelah mengucapkan terimakasih dan melakukan pembayaran, Kevin melangkahkan kaki menuju parkiran. Baginya malas banget pergi ke mall apalagi sendirian.
Saat menuju parkiran luar, cahaya matahari sontak menyengat kulit. Kevin berjalan cepat, hingga di pintu masuk parkiran terlihat ada anak perempuan. Dia berambut pendek, bertubuh kurus dan berkulit cokelat mengenakan rok sampai mata kaki, bersama sang adik perempuan yang menggunakan rok bunga-bunga membawa toples kotak besar.
Mereka duduk di trotoar pintu masuk, sambil menawarkan kue kepada orang yang lalu lalang.
"Kue kak?" kata itu pada Kevin.
Kemudian, Kevin memberi kode dengan tangannya, bahwa "tidak membeli". Saat dalam perjalanan ke tempat parkir, hatinya gelisah.
"Kasian adik-adik itu, panas gini jualan. Seperti enak kuenya," suara Kevin dalam hati.
Ditaruhnya belanjaan itu pada jok motor, lalu kembali mencari anak perempuan itu. Ternyata anak itu berpindah tempat di bawah pohon rindang.
Kevin menghampiri, sambil jongkok menyesuaikan mereka sambil berkata, "ini kue apa dik?"
"Roti boy ... enak, manis, isinya cream kak," kata anak itu, sambil memberikan bungkusan roti pada Kevin. Tercium aroma caramel di bungkusan itu.
"Yang buat kue, siapa dik?" tanyanya penasaran.
"Ibu sendiri kak. Cobain kak, harganya 2000 an" jawab anak itu polos.
Saat anak itu membuka toples, terlihat hanya satu varian kue. Kevin mengambil dua bungkus dalam kotak itu, masih ada sedikit bungkusan tersisa.
Kevn memberikan uang lima ribu, seraya berkata "nggak usah kembalian, dik. Kamu kok nggak sekolah?"
"Masih libur kak, jadi bantu ibu. Biasanya jual kue di sekolah," jawabnya dengan tersenyum.
Kevin mengangguk seraya berkata, "wah hebat sekali kamu. Yang rajin belajar ya, biar bisa menggapai cita-citamu," kata Kevin pada anak perempuan itu sambil menatap iba melihat sang adik.
Setelah kue itu dibungkus kresek, diberikan pada Kevin sambil berucap, "siap kak. Makasih yach."
Suara antusias dan semangat itu, yang membuat Kevin menjadi terharu. Bagaimana tidak, dirinya yang berasal dari keluarga berkecukupan, kadang malas-malasan menyelesaikan tugas akhir skripsi.
Sejenak Kevin berpamitan dengan anak perempuan bersama sang adik dengan senyuman.
Di benaknya timbul semangat baru, untuk menyelesaikan skripsi yang sudah berada di bab 3. Bila anak perempuan itu, semangat dengan cita-citanya dan siap berjuang agar bisa belajar.
"Aku juga harus semangat, untuk menghadapi rintangan, seperti ditolak atau banyak revisi dari para dosen," kata Kevin dalam hati sambil berjalan menuju motornya. Diniatkan menyelesaikan tugas skripsi sepulang ini, agar cepat kelar dan wisuda.
Kemudian, di buka jok motor dan didapati botol air mineral. Udara panas membuatnya dehidrasi. Diteguk minuman itu, lalu dibuka bungkusan kue serta dilahap, cukup enak rasanya, seperti kue punya brand. Cukup murah dan lumayan besar kue itu, hingga mampu menambah energi untuk pulang.
Sekilas terlihat anak perempuan itu beserta adiknya, berjalan ke arah luar membawa toples kotak kue.
"Syukurlah, dagangan adik itu habis. Semoga sehat selalu dan bisa meraih cita-cita kalian," ucap Kevin.
Lantas, Kevin memasang helm dan menyiapkan kartu parkir berserta uangnya. Dihidupkan motor itu, melaju ke arah tempat pembayaran parkir. Selanjutnya, motor racing itu bergerak menuju jalan raya ke arah rumah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H