Gelap serasa malam tanpa bulan yang di rasa Johan, saat tahu hasil PCR dirinya positif serta sahabatnya, Jimmy berada di di ICU. Serasa sunyi sendiri berdiam di ruangan Rumah sakit namun berkat semangat, dukungan serta harapan positif seperti secercah matahari yang menyeruak masuk setiap pagi yang memberi harapan, masih ada esok hari.
Di sebuah kamar rumah sakit yang tertutup, dengan ditemani televisi, terbaringlah Johan memakai pakaian RS seorang diri dengan infus di tangan kanannya. Ayah dari Tya dan Tyo serta sang istri yang lemah lembut, Yulia. Awalnya keluhan seperti flu, setelah berobat di sarankan test PCR namun hasilnya positif. Akhirnya seluruh keluarga di test juga, syukurlah semua negatif sehingga Johan isolasi mandiri di lantai dua rumahnya.
Namun setelah mengetahui dirinya positif, pikirannya kacau serta gelisah akibat virus yang menjangkitinya. Apalagi saat memikirkan tugas, deadline kantor serta sahabatnya, Jimmy yang juga rekan kantor sedang di rawat di ICU karena positive covid serta komplikasinya. Pikiran yang terus berjalan dan melayang-layang, membuatnya bertambah pusing dan mual, yang akhirnya muntah bergiliran dengan diare sampai badannya lemas kekurangan cairan sehingga memerlukan pertolongan medis.
Johan harus sendirian berada di RS, harus mandiri serta sesekali membutuhkan bantuan suster, karena istrinya menemani anak mereka yang masih kecil.
Walaupun tubuhnya lemas namun pikirannya tetap berkeliaran mencari tau tentang virus yang ada di tubuhnya dengan search di google, serta bagaimana penanganan yang harus dilakukan. Namun pencariannya semakin meluas dengan membaca informasi-informasi yang menambah berat di kepalanya.
Lalu dialihkan dengan membuka notifikasi di group medsosnya, di sana banyak permintaan doa untuk mereka yang sedang sakit terpapar covid, meminta bantuan donor plasma serta berita duka.
Itu membuat Johan bertambah pusing serta lemas, "apakah itu akan terjadi padaku? tubuhku terasa lemas sekali."
Dia mual dan ingin muntah rasanya. Namun dia ingat pesan dari dokter untuk memejamkan mata, lalu menarik nafas panjang dan menghembuskan. Hal itu diulanginya beberapa kali, cukup membantu tak jadi muntah namun masih mual. Sesaat dering video call istrinya membuyarkan keadaan.
"Sayang, udah makan dan minum obat?" tanya istrinya mengingatkan.
"Mual dan pusing rasanya, honey. Barusan menenangkan diri agar tidak muntah," katanya mrnceritakan yang dialaminya.
"Iya sayang, coba latihan pernafasan lagi ya. Klo udah enakan, makan sedikit demi sedikit supaya obatnya bisa masuk. Apa selesai baca status group kahh, sayang?" tanya istrinya.
Johan hanya terdiam dan tau ke mana arah pembicaraan istrinya, "iya sayang aku ingin tahu kabar Jimmy, teman-teman dan keluarga kita, " jawabnya meyakinkan istrinya.
"Sayang, aku tahu kamu selalu up to date dengan segala berita. Tapi please, untuk sementara waktu tidak usah lihat, dengar apapun berita baik dari media sosial, media elektronik maupun virtual. Teman dan keluarga kita semua akan sehat, pulih dan baik-baik saja. Kamu perlu istirahat dan ketenangan untuk memulihkan energi. Dan dibutuhkan suasana yang positive, coba sayang nonton film yang lucu-lucu, memutar musik yang tenang dan instrument di kamar agar pikirannya tidak ke mana-mana, serta mengucapkan doa. Nanti kukirimi video serta baca pesan dariku saja ya, sayang. Ini semua untuk kebaikanmu dalam proses kesembuhan selama beberapa waktu ini," nasehat dan pinta istrinya.
"Iya honey, akan kucoba. Aku ingin sembuh," jawab Johan penuh harapan.
"Kami semua sayang dan merindukanmu. Tetap semangat untuk sehat ya. Tuhan pasti akan jagai dan melindungimu," kata istrinya dengan penuh keyakinan.
Mereka mengobrol dengan si kecil yang angkat bicara karena kangen ayahnya. Hal itu membuat hatinya di penuhi sukacita, kepala pusing dan rasa mualnya hilang perlahan. Akhirnya dia mencoba makan sedikit demi sedikit dan meminum obatnya. Lalu mengikuti apa yang di sarankan istrinya. Johan tertawa melihat video lucu, walaupun awalnya sedikit pusing namun berangsur badannya lebih enak. Lagi-lagi pikirannya mengembara pada tugas kantor dan bagaimana kondisi Jimmy di ICU. Dia merasa mual yang begitu hebat, akhirnya muntah sampai beberapa kali sehingga suster memberikan tambahan obat yang di suntikkan lewat infus.
Johan pun mengabarkan kondisinya pada istrinya, lalu sang istri menanyakan apa yang suaminya pikirkan. Diceritakan semuanya namun istrinya paham bahwa suaminya tipe pemikir akhirnya mengajaknya untuk berdoa. Perasaan tenang dan damai menyelimuti perasaannya malam itu sehingga mualnya perlahan hilang tinggal pusing sedikit sehingga makanannya bisa di habiskan dan meminum obat.
Malam dingin mulai menyelimuti dan waktunya beristirahat. Di pegang hanphonenya untuk mematikan ponsel, namun ada notifikasi untuk mendoakan Jimmy yang sedang fase kritis.
Lagi-lagi pikiran itu menyeruak masuk "aku tidak bisa mendampingi sahabatku saat dia kritis. Apakah aku masih bisa bertemu dengannya? Apakah aku akan seperti Jimmy?" pertanyaan demi pertanyaan muncul serta rasa bersalah tidak bisa melakukan apapun untuk sahabatnya.
Terang lampu serta cahaya bintang menjadi saksi kegelisahannya. Keringat dingin, pusing dan rasa mual kembali dirasakannya. Dia pun kemudian mencoba untuk menarik nafas panjang dan menghembuskan. Kekuatirannya bertambah ketika tahu tangannya semakin dingin serta rasa sulit untuk bernafas. Lalu dicoba lagi untuk menarik nafas panjang dan menghembuskan berulang kali serta memanjatkan doa, "Tolong aku Tuhan."
Di saat memasrahkan diri, pikiran dan hatinya tenang, nafas sulit itu pun mulai mereda, tarikan nafasnya sudah semakin panjang. Kemudian dia mencoba minum seteguk teh manis dan sekelumit biskuit, tangannya berangsur hangat kembali. Dan Johan pun mencoba melepas pikiran serta ketakutannya sambil mengucapkan doa. Jam 3 pagi, barulah dia bisa tidur nyenyak.
********
Pagi itu, Johan dibangunkan suster yang menyapanya untuk meminta ijin memberikan obat melalui suntikan. Dia membuka matanya, silau cahaya matahari terasa menyeruap masuk ke kamarnya serta bersyukur masih bisa melihat matahari.
"Selamat pagi pak. Bagaimana kabar hari ini? Saya akan memberikan obat melalui infus. Obatnya antibiotik, obat lambung, anti nyeri dan juga vitamin," sapanya sambil tersenyum minta ijin.
Johan pun mencoba mengumpulkan tenaga, sambil berucap, "pagi suster. Iya, silahkan. Sus, saya kemarin malam keringat dingin serta agak sulit bernafas. Apa itu normal ya?" tanya Johan penasaran.
"Itu berlangsung lama pak? Kemudian bagaimana bapak mengatasinya?" tanya suster sambil memasukkan obat.
"Saya buat latihan pernafasan yang diajarkan suster dan dokter, itu sangat membantu. Setelah agak baik, saya minum teh dan makan biskuit sedikit lalu badan saya agak terasa hangat. Saya lupa berapa lama, namun baru tertidur jam 3 pagi." ceritanya pada sang suster.
Sang suster melanjutkan suntikan terakhir yang di masukkan lewat cairan infus. Kemudian berkata, "bagus pak, apa yang sudah bapak lakukan, dan juga bapak bisa mengenali bila gejala itu muncul. Bila dengan relaksasi bisa membantu, di lanjutkan saja dulu. Namun bila relaksasi tidak membantu, jangan segan untuk menghubungi kami ya pak. Kami siap membantu. Bapak baru pertama kali ini tidak bisa tidur atau sudah beberapa hari?" jawab sang suster meneduhkan.
"Baru dua hari ini sus, semenjak tau saya positif," jawabnya lirih.
"Baik pak, nanti bila dokter datang dan memeriksa, bapak cerita yang menjadi keluhan, supaya tau nanti penanganannya seperti apa. Sekarang bapak sarapan dulu dan minum obat. Jangan lupa untuk berjemur di halaman depan kamar serta melakukan gerakan sederhana. Juga untuk tidak berfikir terlalu banyak dulu," nasihatnya kepada Johan. "Saya tinggal dulu .. .semoga cepat sembuh," pamitnya sambil tersenyum dan memegang pundak Johan.
"Trimakasih sus," jawab Johan sambil berusaha tersenyum mengangkat pipinya.
Kemudian Johan membersihkan muka dan badannya, setelah segar di seruputnya teh manis hangat, lalu keluar di depan halaman untuk berjemur dan menggerakkan badannya. Matahari terasa hangat di tubuhnya dan udara terasa segar ditemani dengan bunga serta daun nan cantik, menambah kebahagiaan di dalam dirinya. Setelah panas mulai menyengat, dia pun kembali ke kamar dan mulai makan sedikit demi sedikit serta minum obat.
Dia pun duduk di atas tempat tidurnya sambil menyalakan televisi. Pertama kali muncul di layar, berita tentang virus covid di tanah air, membuatnya penasaran. Karena terkesima dengan berita selanjutnya, dia terpaku pada channel itu hampir setengah jam.
Kemudian Johan merasa pusing, dimatikannya televisi itu. Dia mulai berbaring untuk menghilangkan rasa pusingnya.
Namun hati dan pikirannya semakin kacau dan berkecamuk tak menentu, rasa mual itu kembali muncul. Dia mencoba menenangkan dirinya dan berlatih nafas, perlahan-lahan tapi pasti, rasa mual itu mulai hilang tinggal pusing.
Sesaat sang dokter masuk ditemani suster dan menanyakan keadaannya. Diceritakan kejadian kemarin sampai siang ini, lalu saran sang dokter untuk rileks, tidak usah memikirkan macam-macam dulu, yang penting sehat dulu serta tidak mendengar atau melihat berita yang di rasa membuat pikiran tambah gelisah atau cemas. Sementara di ganti dengan aktivitas yang memberi pikiran tenang dan bahagia serta memberi energi positif seperti bercengkrama dengan keluarga lewat Videocall, berdoa, mendengarkan musik atau bila kuat melihat video pendek yang menghibur.
Apapun pikiran yang muncul, coba tuliskan di kertas, kemudian berdoa agar pikiran bisa tenang. Sementara ini dokter tidak memberikan obat tidur, karena di rasa masih bisa diatasi, sambil nanti melihat perkembangan.
Beliau juga memberikan apresiasi, bahwa Johan bisa mengenali apa yang menjadi penyebab rasa pusing dan mualnya, serta memberi semangat agar cepat sehat dan pulih. Johan pun berterimakasih dan berusaha untuk mengikuti anjuran dokter agar cepat sehat.
Kemudian Johan membaringkan tubuhnya, memanjatkan doa serta syukur berjumpa dengan orang-orang yang baik serta membantunya, lalu tanpa sadar tertidur. Selang beberapa lama panggilan istrinya mengingatkan untuk makan siang, sambil menanyakan kabar.
Dia pun menceritakan semua pada istrinya dan bagaimana saran doker, Yulia sangat setuju sekali. Dia berjanji akan mengingatkan, menemani bersama si kecil dalam obrolan di video serta akan mengirimkan cerita atau video lucu yang menyemangati.
Lalu si kecil, Tya dan Tyo pun ikut meramaikan suasana dengan tingkah lucunya dan menanyakan kapan ayah pulang. Hal itu membuat semangat Johan bertambah, ingin segera sembuh dari keadaan ini supaya dapat menemui sang buah hati dan juga istrinya. Setelah menutup videonya, dia bersemangat untuk menghabiskan makanannya dan minum obat agar cepat pulih. Lalu menyetel lagu yang di kirim istrinya.
Waktu cepat berganti, sampai malam ini, Johan tidak merasakan pusing namun hanya sedikit mual, dilawannya rasa itu dengan sedikit biskuit. Kemudian istrinya menelepon untuk mengajak doa bersama.
Hati dan pikirannya merasakan ketenangan, lalu beranjak untu berbaring, namun sesaat terselinap pikirannya tentang pekerjaan di kantor yang belum didelegasikan ke temannya.
Kepalanya mendadak sedikit pusing, lalu menelepon temannya dan menyerahkan tugasnya. Temannya spontan tertawa karena sedang sakit masih sempat memikirkan pekerjaan. Mulai awal Johan sakit, teman-temannya sudah berbagi tugas untuk mengerjakan semua pekerjaan itu. Kemudian temannya menyarankan untuk banyak istirahat dan tidak terlalu memikirkan pekerjaan karena semua sudah di handle teman-temannya.
Akhirnya Johan pun merasa lega dan mencoba mengikuti saran dokter untuk menuliskan apa yang dipikirkannya di atas kertas. Bulan sudah menampakkan sinarnya, akhirnya dia memanjatkan doa syukur atas hari yang di lalui nya. Kemudian membaringkan tubuhnya sambil mendengarkan audio rileksasi sebelum tidur yang dikirimkan istrinya, sampai tiga puluh menit baru tertidur.
********
Keesokan harinya, Johan dibangunkan oleh sinar matahari yang masuk lewat jendela kamarnya. Dia pun bersyukur masih di beri kesempatan untuk bernafas. Lalu ia pun menaikkan doa serta beribadah kemudian membasahi mulutnya dengan air putih. Hari ini badannya terasa segar, mual di perutnya tak menghampirinya walaupun kepalanya agak sedikit berat, mungkin keseimbangan tubuhnya belum terjaga setelah bangun dari tidurnya.
Di buka nya jendela kamar tempatnya di rawat agar udara segar masuk. Dia pun tak lupa menyapa istrinya di video call sambil menceritakan sudah lebih baik hari ini. Yulia pun senang, suaminya sudah melewati fase sakitnya dan kini menuju fase pemulihan.
Dia pun bertanya pada suaminya, "Sayang kapan kamu rencana lebih sehat lagi serta keluar dari Rumah sakit? kami semua sangat merindukanmu."
"Semoga besok sudah lebih baik dan lusa diperbolehkan pulang ya. Aku rindu kalian semua. Love you and my kids," ucapnya yakin pada sang istri.
Istinya pun senang mendengar jawaban Johan, "lalu hal apa yang akan dilakukan ketika sudah sehat dan pulih?" tanya sang istri penasaran.
Johan pun berpikir sejenak, lalu ucapnya, "aku ingin punya waktu banyak bersama keluarga. Lalu memberi semangat sahabatku yang berjuang di ICU, Jimmy beserta keluarganya. Kemudian bila hasil test PCR negatif, maka ingin membantu tetangga, rekan atau saudara kita yang isoman dengan memberikan bantuan sosial berupa makanan atau sembako. Selama ini kita sudah banyak di bantu oleh tetangga dan juga kerabat, sudah selayaknya kalau kita bergantian membantu mereka yang tertimpa musibah."
Mendengar jawaban dengan harapan baik dari suaminya, Yulia pun tertegun dan bersemangat, "Amin, segera sehat sayang, biar bisa mewujudkan harapanmu. Kamu pasti sembuh dan segera pulih. O,iya ... sekarang kan udah agak enakan, tetap banyak istirahat ya sayang" saran istrinya.
"Padahal aku ingin buat desain di laptop, mumpung udah lumayan enakan." jawab Johan kepada istrinya.
"Jangan yang berat -berat dulu, yang. Harus banyak istirahat, katanya ingin segera sehat," rayu istrinya.
"Siap komandan, " celetuknya sambil tertawa.
Tanpa terasa matahari mulai menyengat. Johan pun tanpa melewatkan waktu untuk bebersih diri dan berjemur sebentar sambil melakukan senam kecil. Para perawat yang akan memberikan obat suntikan bingung melihat kamarnya kosong. Akhirnya, mereka menemukan di halaman depan dan senang melihat pasiennya mulai sehat. Johan memberitahukan rencana bila sudah sehat, lusa minta pulang. Para perawat setuju, namun melihat perkembangan hari ini dan besok, bila baik maka ada test terakhir yang harus di lalui. Semuanya juga harus ada persetujuan dari dokter.
Hari ini Johan lebih bisa bergerak dan turun dari ranjangnya walaupun kadang kepalanya terasa sedikit pusing namun tak menghilangkan niatnya tetap semangat sembuh. Kebahagiaannya bertambah saat dokter memeriksa bahwa kondisinya semakin baik dan beliau menyetujui rencana Johan lusa untuk berkemas pulang.
Pikiran dan hatinya teringat sahabatnya, lalu Johan mengirimkan kata dukungan melalui chat pada sahabat dan keluarganya. Dia pun menuliskan rasa kangen dan harapan pada sahabatnya dalam secarik kertas serta diakhiri dengan mendoakan sahabatnya. Alunan lagu rohani serta instrument yang lembut terdengar dan membuat pikirannya tenang. Namun hatinya bertambah lega ketika keluarga sahabatnya mengabarkan kalau Jimmy sudah melewati fase kritisnya dan kondisinya mulai membaik.
Tak terasa malam pun hadir membawa sinar bulan dan Johan pun bersiap untuk beristirahat dengan berdoa lalu mendengarkan instrument relaksasi.
********
Pagi ini Johan bersyukur masih bisa menghirup udara segar serta bisa menikmati cahaya matahari yang bersinar lembut. Badannya terasa lebih segar daripada kemarin-kemarin. Dia mengucapkan syukur dalam doanya lalu melakukan aktivitasnya yaitu berjemur.
Dia bahagia karena besok sudah diijinkan pulang oleh dokter namun harus test PCR terlebih dahulu. Walaupun hasilnya negatif atau positif, Johan tetap isolasi mandiri di rumah dulu karena masa inkubasi virus ini sampai dua Minggu. Nanti satu minggu lagi kontrol sertatetap cek PCR sampai hasilnya negatif. Apapun yang nanti akan dijalani, Johan senang karena akan bertemu dengan Tya, Tyo dan istrinya.
Meskipun sesekali pikiran dan hatinya gelisah teringat sahabatnya Jimmy, ia menyingkirkan dengan doa dan mengubah pikiran negatifnya dan berharap Jimmy bisa segera pulih serta bersama-sama lagi bekerja di kantor, yang dituangkan dalam tulisannya.
Sang istri mendengar kabar esok kepulangan suaminya pun gembira dan tak sabar menyiapkan sesuatu di rumah. Waktu terasa cepat sampai akhirnya menjelang malam.
********
Hari yang di nanti pun telah tiba, Johan bangun lebih awal sebelum matahari membangunkannya. Lalu berdoa mensyukuri masih di beri kesempatan, nanti bisa melihat matahari dan bunga di taman. Setelahnya Johan pun bersiap mengemasi barang-barangnya. Pagi itu pergelangan tangannya terlukai oleh jarum suntik lagi untuk mengambil darah. Harap-harap cemas menanti hasilnya, akhirnya sambil menunggu dia menulis di jurnalnya. Tanpa sadar dia pun menuliskan doa dan harapan baru buat sahabatnya dalam sebuah larik puisi.
Kabar yang di tunggu pun datang, dokter beserta suster memberitahukan hasil test PCR Johan. Hasilnya tidak sesuai harapan, masih positif. Sesuai dengan pemberitahuan kemarin karena tidak ada lagi gejala pada Johan, dia diijinkan pulang. Namun tetap isolasi di rumah dan rutin minum obat sampai kontrol Minggu depan dan tetap cek PCR lagi. Walaupun hasilnya di luar harapan namun dia bahagia bisa bertemu dengan keluarganya.
*******
Ketika di rumah, sambutan hangat anak beserta istrinya dengan tetap saling menjaga jarak, memakai masker serta berbicara dari jauh pun cukup mengobati kerinduannya selama ini. Hanya sebentar, Johan langsung menuju kamarnya. Istrinya telah menyiapkan surprise dengan cheese cake kesukaannya dan ayam lada paprika kesayanganya. Johan pun kegirangan menyantap makanannya.
Dia pun di temani sang istri dari jarak jauh serta menceritakan akan terus memberikan semangat serta dukungan bagi Jimmy dan keluarganya.
Bila nanti hasil PCR sudah negatif dan tidak isoman maka akan memberikan banyak waktu bersama keluarga, serta memberikan bantuan berupa makanan atau sembako pada tetangga, teman atau kerabat yang sedang isoman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H