Area publik atau ruang publik adalah salah satu ruangan yang penting bagi penduduk perkotaan. Ruang ini digunakan sebagai tempat untuk beraktivitas bagi masyarakat baik secara individu maupun kelompok. Salah satu tokoh terkemuka yang memberikan pemahaman mendalam tentang ruang publik adalah Pierre Bourdieu. Dalam berbagai karyanya, Bourdieu menganalisis bagaimana ruang publik dipengaruhi oleh struktur kekuasaan dan hierarki sosial. Ruang publik bagi Bourdieu bukan sekadar tempat fisik, melainkan medan simbolik di mana kekuasaan, modal, dan habitus bertemu dan bersaing. Dalam tulisan ini, kita akan mengeksplorasi apa yang dimaksud dengan ruang publik menurut Bourdieu (what), mengapa penting untuk memahaminya (why), serta bagaimana ruang publik diproduksi dan dipertahankan melalui relasi sosial dan simbolik (how).
Apa itu Ruang Publik Menurut Bourdieu? (What)
Menurut Bourdieu, ruang publik adalah arena sosial tempat berbagai kelompok dan individu bertemu untuk bersaing dalam memperebutkan pengakuan dan legitimasi. Ruang publik ini tidak netral, melainkan dipengaruhi oleh modal sosial, ekonomi, dan kultural yang dimiliki oleh aktor-aktor di dalamnya. Konsep ini menggabungkan aspek-aspek fisik (seperti tempat pertemuan atau institusi) dan simbolik (seperti wacana dan representasi).
Dalam pandangan Bourdieu, ruang publik dapat dianalogikan sebagai sebuah medan (field), yaitu arena yang penuh dengan dinamika kekuasaan, di mana individu dan kelompok dengan berbagai modal bersaing untuk memperoleh dominasi. Modal yang dimaksud adalah segala sumber daya yang bisa digunakan untuk mempengaruhi posisi seseorang dalam ruang publik tersebut, yang meliputi:
Modal Ekonomi (kekayaan finansial dan aset material)
Istilah "modal ekonomi" mengacu pada sumber daya yang merupakan sumber pendapatan dan kapital. Sumber daya material seperti mesin, bahan mentah, dan uang, semuanya termasuk di sini. Bourdieu melihat modal ekonomi ini penting karena dapat segera dialihkan dan diubah menjadi hak milik individu. Sebagai modal, modal ekonomi ini dapat digunakan dan disesuaikan dengan industri yang berbeda, dan juga cukup fleksibel untuk diserahkan kepada orang lain.
Modal Budaya (pengetahuan, pendidikan, dan keterampilan)
Modal ini berupa selera budaya dan pola-pola konsumsi. Modal budaya dapat mencakup properti skala luas seperti seni, pendidikan, dan bentuk-bentuk bahasa. Bagi Bourdieu, modal budaya berperan sebagai relasi sosial yang terdapat di dalam sistem pertukaran dan modal ini diperluas pada segala bentuk barang-baik materi maupun simbol, tanpa perbedaan-yang mempresentasikan dirinya sebagai suatu yang jarang dan layak untuk dicari dalam sebuah formasi sosial tertentu. Modal budaya mengacu pada keterampilan individu seperti sikap, penampilan, cara bergaul, pengetahuan, bahasa, dan sebagainya. Keseluruhan modal intelektual budaya yang dihasilkan secara formal atau warisan seperti tata krama, cara bertutur, dan budi pekerti.Â
Modal Sosial (jaringan sosial dan relasi)Â
Modal sosial merupakan sekumpulan sumber daya atau potensi sumber daya yang terkait dengan dunia sosial; sebuah jaringan yang terlembaga, saling mengenal, dan saling mengakui. Ikatan dan jaringan hubungan berfungsi sebagai sumber modal sosial untuk pembentukan dan pemeliharaan posisi sosial. Aktor memiliki modal sosial atau jaringan sosial ini sehubungan dengan pihak kuat lainnya. Dengan kata lain, modal sosial adalah jaringan koneksi yang menghubungkan orang-orang yang tidak secara fisik ditempatkan bersama. Orang dapat berinteraksi secara sosial dalam berbagai pengaturan, termasuk sekolah, klub, dan sejenisnya.Â
Modal Simbolik (penghargaan dan status yang diakui oleh masyarakat)
Modal ini mencakup segala bentuk prestise, status, otoritas, dan legitimasi. Ide Bourdieu tentang modal terlepas dari pemahaman dalam tradisi Marxisme dan juga dari konsep ekonomi formal. Konsep ini mencakup kemampuan melakukan kontrol terhadap masa depan diri sendiri dan orang lain. Ia merupakan pemusatan segala kekuatan dan hanya bisa ditemukan dalam sebuah arena. Melalui modal, individu dan masyarakat dapat dimediasi secara teoritik Posisi seseorang dalam masyarakat didasarkan pada seberapa baik mereka telah diterima oleh orang lain. Apa yang bisa diolah mampu ditransformasikan menjadi modal simbolik yang bisa membangkitkan kekuatan tanpa perlu kekerasan. Kapital simbolik dan kekuatan simbolis terkait erat; itu adalah kekuatan simbolis yang memungkinkan seseorang untuk mencapai kesetaraan dengan kekuatan fisik dan ekonomi melalui konsekuensi unik mobilisasi.Â
Dengan demikian, ruang publik menurut Bourdieu adalah medan kompetitif, di mana individu atau kelompok dengan modal yang berbeda-beda berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan dominasi simbolik.
Mengapa Memahami Ruang Publik Penting? (Why)Â Â
Pemahaman tentang ruang publik penting karena memungkinkan kita untuk melihat bagaimana kekuasaan bekerja dalam masyarakat, khususnya bagaimana pengaruh dan kontrol atas simbol dan wacana dapat mempengaruhi cara orang berpikir, bertindak, dan berinteraksi. Ada beberapa alasan utama mengapa penting untuk memahami konsep ruang publik ala Bourdieu:Â
Ruang publik memengaruhi siapa yang memiliki suara dalam masyarakat. Individu atau kelompok yang memiliki modal lebih banyak cenderung mendominasi ruang publik, yang sering kali memperkuat ketidaksetaraan sosial. Misalnya, kelompok yang memiliki modal ekonomi yang besar cenderung mendominasi wacana publik melalui media massa atau institusi pendidikan, sehingga suara kelompok marginal sulit terdengar.Â
Konsep ruang publik Bourdieu juga memberikan kritik terhadap gagasan ruang publik yang ideal dalam demokrasi liberal, di mana semua individu dianggap memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi. Menurut Bourdieu, kenyataannya tidak sesederhana itu. Dalam banyak kasus, partisipasi di ruang publik ditentukan oleh modal yang dimiliki, sehingga tidak semua individu memiliki kesempatan yang setara untuk menyuarakan pendapatnya.Â
Ruang publik juga penting dalam memahami bagaimana budaya dominan diproduksi dan direproduksi melalui media, institusi pendidikan, dan mekanisme sosial lainnya. Mereka yang memiliki modal kultural yang tinggi sering kali dapat menentukan apa yang dianggap "bernilai" atau "sah" dalam ruang publik. Misalnya, karya seni yang dianggap "tinggi" atau "berkelas" sering kali ditentukan oleh kelompok elit yang memiliki modal kultural, sehingga budaya populer atau subaltern sering kali diremehkan.Â
Pemahaman tentang ruang publik juga membantu kita memahami bagaimana kekuasaan simbolik bekerja. Kekuasaan simbolik adalah kekuasaan untuk mendefinisikan realitas sosial dan membuatnya terlihat sebagai hal yang wajar dan alami. Mereka yang memiliki modal simbolik yang tinggi dapat mendominasi ruang publik dengan mendefinisikan norma, nilai, dan pandangan dunia yang berlaku.
Bagaimana Ruang Publik Diproduksi dan Dipertahankan? (How)
Ruang publik diproduksi dan dipertahankan melalui interaksi antara modal, habitus, dan medan sosial. Bourdieu menjelaskan bahwa setiap individu atau kelompok memiliki habitus, yaitu disposisi sosial yang terbentuk melalui pengalaman hidup dan yang mempengaruhi cara berpikir, bertindak, dan merespons dunia. Habitus ini menentukan bagaimana seseorang berpartisipasi dalam ruang publik, termasuk bagaimana mereka menggunakan modal yang mereka miliki. Â
Habitus adalah nilai-nilai, cara pandang, norma moral, serta intelektual yang tertanam dalam diri seseorang melalui proses sosialisasi. Habitus membentuk pola berpikir dan bertindak yang menjadi otomatis, dan menjadi panduan tidak sadar dalam bertindak di masyarakat.Â
Sosiolog Pierre Bourdieu mengusulkan sebuah formula untuk menggambarkan teori praktik sosial yang memanfaatkan habitus, modal, arena, dan praktik dalam studi sosiologi. Atau dalam rumus seperti (Habitus X Modal) + Arena = Praktik. Â Melalui formula ini, Teori yang menekankan pada struktur dan objektivitas dipadukan dengan teori yang menekankan peran yang dimainkan aktor serta subjektivitasnya dalam karya Bourdieu. Ide-idenya memiliki potensi untuk memiliki dampak yang signifikan pada ilmu-ilmu sosial, khususnya antropologi budaya. Pierre Bourdieu menemukan ide ini, yang disebutnya sebagai teori praktik. Teori yang berpusat pada agen dan teori yang berpusat pada struktur digabungkan dalam teori praktik ini untuk menciptakan cara keberadaan yang sama sekali baru.
Proses produksi ruang publik dapat dilihat dalam beberapa cara:Â
Ruang publik sering kali diproduksi dan dikendalikan oleh institusi sosial, seperti media, sekolah, universitas, atau lembaga pemerintah. Institusi-institusi ini memainkan peran penting dalam menentukan siapa yang diizinkan untuk berbicara dan tema apa yang diakui sebagai sah untuk dibahas. Misalnya, media sering kali mendefinisikan wacana publik dengan memilih topik-topik tertentu yang mencerminkan kepentingan kelompok elit yang mendominasi.Â
Produksi ruang publik juga melibatkan kontrol atas simbol dan wacana. Mereka yang memiliki modal simbolik dapat mendominasi cara realitas sosial dipahami dan diartikulasikan. Misalnya, dalam konteks seni, komposer klasik seperti Beethoven atau Mozart sering kali dipandang sebagai puncak seni yang "tinggi" karena mereka didukung oleh kelompok elit, meskipun pada masanya mereka juga mendapat dukungan publik yang lebih luas.Â
Modal yang dimiliki oleh individu atau kelompok sering kali direproduksi melalui ruang publik. Mereka yang memiliki modal kultural, misalnya, dapat meningkatkan pengaruh mereka dengan menggunakan pendidikan atau karya-karya ilmiah untuk mendapatkan legitimasi lebih lanjut. Hal ini mengarah pada penguatan ketidaksetaraan sosial, di mana kelompok yang sudah memiliki modal besar terus memperluas kekuasaan mereka.Â
Bourdieu juga menjelaskan bahwa ruang publik adalah medan (field) di mana ada pertarungan untuk mendapatkan posisi dominan. Pertarungan ini melibatkan perebutan kekuasaan simbolik, di mana kelompok-kelompok yang berbeda berusaha mendefinisikan apa yang dianggap sah, benar, dan berharga dalam ruang publik. Contohnya, dalam dunia seni, terdapat perdebatan antara seni avant-garde dan seni tradisional tentang mana yang lebih pantas disebut "seni tinggi." Â
Kesimpulan
Pemikiran Pierre Bourdieu tentang ruang publik memberikan wawasan penting tentang bagaimana struktur sosial, modal, dan kekuasaan memengaruhi interaksi dan dinamika di ruang publik. Ruang publik bukanlah medan netral, tetapi arena simbolik di mana berbagai kelompok dengan modal berbeda berjuang untuk mendapatkan pengakuan dan legitimasi. Melalui konsep modal ekonomi, kultural, sosial, dan simbolik, Bourdieu menunjukkan bahwa ruang publik sangat dipengaruhi oleh ketidaksetaraan yang terstruktur.
Dengan memahami bagaimana ruang publik diproduksi dan dipertahankan, kita dapat mengkritisi struktur kekuasaan yang ada dan mencari cara untuk menciptakan ruang publik yang lebih inklusif dan adil, di mana semua individu, terlepas dari modal yang mereka miliki, dapat berpartisipasi secara setara.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H