Mohon tunggu...
Krista Angela Lianajaya
Krista Angela Lianajaya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Prodi Akuntansi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Tertarik dengan macroeconomics dan finance

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Manajemen dalam Lanskap Global: Peran Lingkungan Eksternal dan Budaya Organisasi dalam Pengambilan Keputusan Seorang Manajer

28 Maret 2024   20:18 Diperbarui: 28 Maret 2024   20:31 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar III, Sumber : Management, Global Edition (15th edition) 

A. PENGAMBILAN KEPUTUSAN OLEH MANAGER 

Manajer di seluruh tingkatan dan semua bidang organisasi tentunya selalu membuat keputusan, dimana mereka membuat pilihan di antara alternatif-alternatif yang tersedia. Pengambilan keputusan ini harus dipahami sebagai suatu proses, bukanlah suatu pilihan semata. Sebelum mengambil suatu keputusan, terutama keputusan yang penting bagi perusahaan, para manajer biasanya, pertama, akan memulai dengan mengidentifikasi masalah yang ada. Disini manajer harus mampu membedakan mana yang merupakan masalah dan mana yang merupakan gejala terjadinya masalah. Kedua, manajer akan melakukan identifikasi kriteria keputusan yang penting atau relevan untuk menyelesaikan masalah, baik dinyatakan secara eskplisit atau implisit. Ketiga, manajer akan mengalokasikan bobot pada kriteria , jadi manajer akan memberikan bobot/nilai agar dapat memberikan prioritas yang tepat dalam pengambilan keputusan. Keempat, manajer akan mengembangkan alternatif yang mengharuskan untuk membuat daftar alternatif yang layak yang dapat menyelesaikan masalah. Kelima, ketika alternatif selesai diidentifikasi, manajer harus mengevaluasi masing-masing alternatif. Keenam, manajer akan memilih alternatif terbaik dan menerapkan alternatif tersebut. Terakhir, manajer akan mengevaluasi apakah keputusan yang diambil sudah efektif atau belum dalam membereskan masalah yang ada. 

Tiap-tiap manajer memiliki ciri khas cara pengambilan keputusannya sendiri-sendiri. Hal ini dipengaruhi oleh kepribadian dan pola pikir tiap-tiap individu. Penting bagi seorang manajer untuk mengetahui gaya pengambilan keputusan dirinya, supaya bisa mengidentifikasi dan mengetahui tipe dirinya secara lebih mendalam agar bisa menjelaskan dasar dari keputusan yang ia ambil. Berdasarkan studi dan penelitian, ada 4 pendekatan individu yang berbeda dalam pengambilan keputusan yang biasa disebut dengan 4 types of decision making styles

1. Directive Style

Orang yang menggunakan Directive Style memiliki toleransi yang rendah terhadap ambiguitas dan cenderung bersifat rasional. Akan tetapi, keputusan dibuat dengan informasi yang minim dan dengan sedikit alternatif yang dapat dinilai. Tipe ini membuat keputusan dengan cepat dan fokus pada jangka pendek.  

2. Analytic Style

 Analytic Style memiliki toleransi tinggi terhadap ambiguitas dibandingkan directive style. Hal ini berarti lebih adaptif terhadap ketidakpastian terlibat dalam suatu keputusan. Manajer dengan tipe ini dicirkan sebagai pengambil keputusan yang hati-hati dengan kemampuan beradaptasiatau mengatasi situasi baru yang baik.

3. Conceptual Style 

Conceptual Style cenderung memiliki pandangan yang sangat luas dan mempertimbangkan banyak alternatif. Fokus mereka adalah jangka panjang dan mereka sangat pandai menemukan solusi kreatif terhadap masalah.

4. Behavioral Style 

Behavioral Style mencirikan pengambil keputusan yang bekerja dengan baik dengan orang lain. Mereka peduli dengan pencapaian rekan-rekannya dan orang-orang yang bekerja untuk mereka dan menerima saran dari orang lain, dan sangat bergantung pada pertemuan untuk berkomunikasi. Manajer tipe ini berusaha menghindari konflik dan mencari penerimaan oleh orang lain.

Pengambilan keputusan merupakan suatu tindakan yang penting. Mungkin Anda akan bertanya-tanya mengapa dan apa yang menyebabkan pentingnya suatu proses pengambilan keputusan. Jawabannya adalah karena keputusan yang diambil ini akan menentukan kinerja dan masa depan perusahaan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa keputusan yang diambil ini biasanya dipengaruhi oleh lingkungan eksternal dan budaya organisasi perusahaan. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui pengaruh lingkungan eksternal dan budaya organisasi terhadap proses pengambilan keputusan seorang manajer dalam perusahaan. Inilah alasan mengapa dalam artikel ini menyajikan proses pengambilan keputusan dan gaya pengambilan keputusan sebagai pengantar sebelum masuk ke dalam pembahasan selanjutnya. Dengan begitu, diharapkan pembaca mampu memahami konteks pengambilan keputusan itu sendiri terlebih dahulu, agar tidak bingung sebelum terjun ke konteks pembahasan yang lebih luas. 

B. LINGKUNGAN EKSTERNAL : KENDALA DAN TANTANGANNYA 

Pada bagian ini , penulis ingin menunjukkan bagaimana kekuatan di lingkungan memainkan peran utama dalam membentuk dan membatasi tindakan para manajer.

Istilah lingkungan mengacu pada institusi atau kekuatan yang berada di luar organisasi dan berpotensi mempengaruhi kinerja organisasi. Alasan pentingnya lingkungan adalah karena tidak semua lingkungan itu sama. Mereka berbeda berdasarkan tingkat ketidakpastian lingkungan (environmental uncertainty). Ketidakpastian lingkungan mengacu pada tingkat perubahan dan kompleksitas lingkungan organisasi. Dari sini, ketidakpastian lingkungan dapat dibagi menjadi 2 aspek, yakni degree of change dan degree of environmental complexity, seperti yang bisa dilihat pada gambar ke-2 berupa matriks. 

Gambar II, Sumber : Management, Global Edition (15th edition) 
Gambar II, Sumber : Management, Global Edition (15th edition) 

Degree of change mengacu jika komponen dalam lingkungan suatu organisasi sering berubah, maka itu adalah lingkungan yang dinamis. Jika perubahannya minimal, maka perubahannya stabil. Lingkungan yang stabil ditandakan dengan lingkungan yang tidak memiliki pesaing baru, sedikit terobosan teknologi dari pesaing yang ada, sedikit aktivitas kelompok penekan untuk mempengaruhi organisasi, dan seterusnya. Sementara degree of environmental complexity melihat jumlah komponen dalam lingkungan organisasi dan sejauh mana pengetahuan yang dimiliki organisasi tentang komponen tersebut. Sebuah organisasi dengan lebih sedikit pesaing, pelanggan, pemasok, lembaga pemerintah, dan sebagainya menghadapi lingkungan yang tidak terlalu kompleks dan tidak menentu. Kompleksitas juga diukur berdasarkan pengetahuan yang dibutuhkan organisasi tentang lingkungannya. 

Bagaimana konsep ketidakpastian lingkungan mempengaruhi manajer?

Berdasarkan matrix tersebut, pasti pertanyaan yang muncul di benak beberapa pembaca adalah bagaimana konsep ketidakpastian lingkungan mempengaruhi manajer? Jawabannya bisa kita lihat pada gambar II di atas. Masing-masing dari empat sel mewakili kombinasi tingkat kompleksitas dan tingkat perubahan yang berbeda. Sel 1 (lingkungan stabil dan sederhana) mewakili tingkat ketidakpastian lingkungan terendah dan Sel 4 (lingkungan dinamis dan kompleks), tertinggi. Tidak mengherankan, manajer mempunyai pengaruh paling besar terhadap hasil organisasi di Sel 1 dan pengaruh paling kecil di Sel 4. Karena ketidakpastian menimbulkan ancaman terhadap efektivitas organisasi, manajer berusaha meminimalkannya. Jika diberi pilihan, manajer akan memilih lingkungan yang pasti-pasti saja, supaya hasil akhirnya lebih bisa diprediksi. 

Manajemen Mengelola Lingkungan

Seperti yang telah kita lihat, organisasi tidak berdiri sendiri atau mandiri. Mereka berinteraksi dan dipengaruhi oleh lingkungannya. Organisasi bergantung pada lingkungannya sebagai sumber input dan penerima output. Organisasi juga harus mematuhi undang-undang dan peraturan serta menanggapi kelompok yang menentang tindakan organisasi. Meskipun lingkungan membatasi para manajer, hal ini tidak sepenuhnya mengikat mereka. Untuk mengurangi kendala-kendala ini dan mendapatkan kendali atas lingkungan mereka, manajer dapat mengidentifikasi konstituen eksternal utama dan membangun hubungan dengan mereka.

C. BUDAYA ORGANISASI : KENDALA DAN TANTANGAN

Budaya organisasi digambarkan sebagai nilai-nilai bersama, prinsip-prinsip, tradisi, dan cara melakukan sesuatu yang mempengaruhi cara anggota organisasi bertindak dan yang membedakan suatu organisasi dari organisasi lain. Di sebagian besar organisasi, nilai-nilai dan praktik bersama ini telah berkembang seiring berjalannya waktu dan sebagian besar menentukan bagaimana “segala sesuatunya dilakukan di sini.” Definisi tentang budaya menyiratkan 3 hal. Petama, budaya adalah persepsi, dimana ia bukan sesuatu yang dapat disentuh atau dilihat secara fisik, tetapi karyawan merasakannya berdasarkan apa yang mereka alami dalam organisasi. Kedua, budaya organisasi bersifat deskriptif. Hal ini berkaitan dengan bagaimana anggota memandang budaya dan mendeskripsikannya, bukan pada apakah mereka menyukainya. Ketiga, walaupun ada perbedaan latar belakang individu, mereka cenderung menggambarkan budaya organisasi dengan istilah yang sama. 

Penelitian menunjukkan enam dimensi yang muncul untuk menangkap esensi budaya organisasi:

1. Adaptabilitas : Sejauh mana karyawan didorong untuk inovatif dan fleksibel serta berani mengambil risiko dan bereksperimen.

2. Perhatian terhadap detail : Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan ketelitian, analisis, dan fokus pada detail.

3. Orientasi hasil : Sejauh mana manajemen menekankan hasil daripada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapainya.

4. Orientasi orang : Sejauh mana keputusan manajemen mempertimbangkan dampak hasil terhadap orang-orang di dalam dan di luar organisasi.

5. Orientasi Tim : Sejauh mana kolaborasi didorong dan aktivitas kerja diorganisasikan dalam tim, bukan individu.

6. Integritas : Sejauh mana orang menunjukkan kejujuran dan prinsip etika yang tinggi dalam pekerjaan mereka.

Semua organisasi mempunyai budaya, tetapi tidak semua budaya mempengaruhi perilaku dan tindakan karyawan secara setara. Budaya yang kuat, yaitu budaya yang nilai-nilai utamanya dipegang teguh dan dianut secara luas, memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap karyawan dibandingkan budaya yang lemah. Semakin kuat suatu budaya, semakin besar pengaruhnya terhadap cara manajer melaksanakan pekerjaannya. Penelitian menunjukkan bahwa budaya yang kuat dikaitkan dengan kinerja organisasi yang tinggi. Ketika nilai-nilai jelas dan diterima secara luas, karyawan tahu apa yang seharusnya mereka lakukan dan apa yang diharapkan dari mereka, sehingga mereka dapat bertindak cepat untuk mengatasi masalah. Berikut merupakan tabel yang dapat membantu kita membedakan mana budaya organisasi yang tergolong kuat dan mana yang tergolong lemah. 

Gambar III, Sumber : Management, Global Edition (15th edition) 
Gambar III, Sumber : Management, Global Edition (15th edition) 

Bagaimana Budaya Mempengaruhi Manajer?

Semua karyawan organisasi, termasuk manajer tentunya dipengaruhi oleh budaya organisasi. Salah satunya adalah cara yang benar dalam mengambil keputusan: apakah pengambilan risiko itu bermanfaat, apakah menjadi pahlawan individu atau pemain tim, atau pilihan gaya pengambilan keputusan yang mana. Manajer bisa dikatakan sukses apabila ia dapat dengan cepat mempelajari apa yang harus dilakukan dan tidak dilakukan dalam organisasinya. Secara keseluruhan, jawaban ini bisa dilihat pada matriks di bawah ini:

Gambar IV, Sumber : Management, Global Edition (15th edition) 
Gambar IV, Sumber : Management, Global Edition (15th edition) 

D. MANAJEMEN DI ERA GLOBALISASI

Globalisasi mengacu pada proses di mana organisasi mengembangkan pengaruh atau operasi lintas batas internasional. Ciri khasnya adalah asumsi perbatasan terbuka antar negara dan perdagangan bebas. Misalnya, pemerintah menerapkan tarif perdagangan minimal terhadap barang-barang yang masuk ke suatu negara dari negara lain. Ketika globalisasi berjalan sepenuhnya, globalisasi akan memungkinkan pergerakan bebas orang, barang, investasi, dan teknologi informasi melintasi batas negara. Dunia ini terus menerus mengalami globalisasi yang sudah dimulai lebih dari 1 abad yang lalu. 

Globalisasi di Era Saat Ini 

Bertentangan dengan reaksi keras terhadap perdagangan bebas dan pasar terbuka dalam beberapa tahun terakhir, globalisasi akan tetap ada. Inilah alasannya:

1. Dibutuhkan waktu puluhan tahun untuk membangun infrastruktur dan rantai pasokan yang mendukung perusahaan global saat ini. Ini tidak mudah dibongkar. Perusahaan global seperti Apple, IKEA, Royal Dutch Shell, dan KPMG memiliki kantor, toko, fasilitas manufaktur, atau pemasok utama di banyak negara berbeda. Dan perusahaan-perusahaan global ini mempekerjakan puluhan juta pekerja di seluruh dunia. Hanya ada sedikit kemauan politik untuk membatalkan pembangunan yang telah memakan waktu puluhan tahun.

2. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa perdagangan bebas bukanlah penyebab pengangguran. Pelaku sebenarnya adalah teknologi. Penelitian telah menunjukkan, misalnya, bahwa hanya 13 persen hilangnya lapangan pekerjaan di bidang manufaktur di AS dari tahun 2000 hingga 2010 disebabkan oleh perdagangan; sisanya adalah peningkatan produktivitas yang disebabkan oleh otomatisasi.

3. Kebanyakan orang masih percaya bahwa manfaat globalisasi melebihi kerugiannya. Konsumen menyukai harga yang lebih rendah. Investor menyukai keuntungan yang lebih besar. Dan pekerja di negara berkembang menyukai upah yang lebih tinggi, begitu pula pekerja berketerampilan tinggi di negara maju.

Bagaimana Dampaknya terhadap Manajer ?

Dengan globalisasi yang tampaknya akan terus berlanjut, para manajer dan calon manajer perlu memastikan bahwa mereka memiliki sikap dan keterampilan yang dibutuhkan oleh manajemen global. Manajer perlu terus mengembangkan sikap geosentris dan membangun kepekaan lintas budaya. Mereka harus merasa nyaman bekerja dengan orang-orang dari budaya lain. Dan mereka harus fleksibel dan terbuka untuk menerima perbedaan dalam bahasa, kepribadian, motivasi, kebiasaan kerja, dan gaya manajemen. Manajer yang ambisius perlu mendapatkan pengalaman internasional dengan bekerja di perusahaan global dan mencari penugasan di luar negeri. Bagi mereka yang ingin pindah ke perusahaan global, menghabiskan waktu di beberapa negara asing adalah suatu keharusan.

Terlepas dari mana Anda berasal, mereka yang hanya berbicara satu bahasa dapat meningkatkan kemungkinan sukses dengan mengembangkan bahasa kedua atau ketiga. Kemampuan berbicara bahasa Rusia, Mandarin, Spanyol, atau Jerman, misalnya, kemungkinan besar akan terbuka pada beberapa dekade mendatang. Terakhir, bagi para manajer usaha kecil dan mereka yang memiliki minat berwirausaha, penting untuk memperoleh pemahaman tentang pasar global dan mempelajari cara menjadikan bisnis mereka internasional.

Ketika organisasi menjadikan bisnis mereka internasional, mereka sering menggunakan pendekatan yang berbeda. Pendekatan ini ada beberapa macam, antara lain : 

1. Global Sourcing : membeli bahan atau tenaga kerja dari seluruh dunia yang harganya paling murah. Tujuannya adalah memanfaatkan biaya yang lebih rendah agar lebih kompetitif. Metode ini biasa digunakan oleh manajer yang ingin memasuki pasar global dengan investasi minimal.

2. Exporting dan Importing : Exporting merupakan kegiatan mengekspor produk organisasi ke negara lain, dengan cara membuat produk di dalam negeri dan menjualnya ke luar negeri. Selain itu, suatu organisasi mungkin melakukan importing, yang melibatkan perolehan produk yang dibuat di luar negeri dan menjualnya di dalam negeri. Keduanya biasanya memerlukan investasi dan risiko minimal, itulah sebabnya banyak usaha kecil sering menggunakan pendekatan ini dalam menjalankan bisnis secara global.

3. Licensing : Suatu organisasi memberikan hak kepada organisasi lain untuk membuat atau menjual produknya menggunakan teknologi atau spesifikasi produknya.

4. Franchising : Suatu organisasi memberikan hak kepada organisasi lain untuk menggunakan nama dan metode operasinya

5. Strategic Alliance : Kemitraan antara suatu organisasi dengan mitra atau rekanan perusahaan asing yang keduanya saling berbagi sumber daya dan pengetahuan dalam mengembangkan produk baru atau membangun fasilitas produksi.

6. Joint Venture : Jenis aliansi strategis tertentu di mana mitra membentuk organisasi independen dan terpisah untuk tujuan bisnis tertentu.

Manajemen dalam Lanskap Global 

Ada 3 hal utama yang harus diperhatikan sebagai manajer atau calon manajer yang akan terjun ke dalam perusahaan global. Hal-hal tersebut adalah Lingkungan politik/legal, lingkungan ekonomi, dan lingkungan budaya.

1. Lingkungan Politik/Legal 

Lanskap politik dan hukum di lingkungan internasional merupakan sumber utama ketidakpastian. Manajer perlu mengetahui undang-undang di berbagai negara tempat organisasi mereka beroperasi dan selalu mengikuti perubahan hukum. Jelas ada risiko politik dalam menjalankan bisnis secara global. Dari sebuah laporan baru-baru ini menunjukkan bahwa risiko politik saat ini sedang meningkat.

2. Lingkungan Ekonomi 

Seorang manajer global harus menyadari masalah ekonomi ketika melakukan bisnis di negara lain. Pertama, penting untuk memahami jenis sistem ekonomi suatu negara. Dua tipe utama adalah ekonomi pasar bebas dan ekonomi terencana. Perekonomian pasar bebas adalah perekonomian yang sumber daya utamanya dimiliki dan dikendalikan oleh sektor swasta. Perekonomian terencana adalah perekonomian yang keputusan ekonominya direncanakan oleh pemerintah pusat. 

Mengapa manajer global perlu mengetahui sistem perekonomian suatu negara? Karena hal itu juga berpotensi menghambat pengambilan keputusan. Masalah ekonomi lainnya yang perlu dipahami oleh para manajer mencakup nilai tukar mata uang, tingkat inflasi, dan kebijakan pajak. Manajer perlu memantau tren inflasi sehingga mereka dapat mengantisipasi kemungkinan perubahan kebijakan moneter suatu negara dan membuat keputusan bisnis yang baik terkait pembelian dan penetapan harga.

3. Lingkungan Budaya 

Organisasi mempunyai budaya yang berbeda. Namun demikian pula halnya dengan negara-negara. Kebudayaan nasional mencakup nilai-nilai dan sikap yang dianut oleh individu-individu dari suatu negara tertentu yang membentuk perilaku dan keyakinan mereka tentang apa yang penting.16 Kebudayaan nasional tertanam dalam sejarah suatu negara, dan didasarkan pada tradisi sosial masyarakat, filosofi politik dan ekonomi, dan sistem hukum. 

Mana yang lebih penting bagi seorang manajer—budaya nasional atau budaya organisasi? Penelitian menunjukkan bahwa budaya nasional memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap karyawan dibandingkan budaya organisasi. Perbedaan hukum, politik, dan ekonomi antar negara cukup jelas. Mendapatkan informasi tentang perbedaan budaya tidaklah mudah karena sulit bagi penduduk asli untuk menjelaskan karakteristik budaya unik negaranya kepada orang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun