C. BUDAYA ORGANISASI : KENDALA DAN TANTANGAN
Budaya organisasi digambarkan sebagai nilai-nilai bersama, prinsip-prinsip, tradisi, dan cara melakukan sesuatu yang mempengaruhi cara anggota organisasi bertindak dan yang membedakan suatu organisasi dari organisasi lain. Di sebagian besar organisasi, nilai-nilai dan praktik bersama ini telah berkembang seiring berjalannya waktu dan sebagian besar menentukan bagaimana “segala sesuatunya dilakukan di sini.” Definisi tentang budaya menyiratkan 3 hal. Petama, budaya adalah persepsi, dimana ia bukan sesuatu yang dapat disentuh atau dilihat secara fisik, tetapi karyawan merasakannya berdasarkan apa yang mereka alami dalam organisasi. Kedua, budaya organisasi bersifat deskriptif. Hal ini berkaitan dengan bagaimana anggota memandang budaya dan mendeskripsikannya, bukan pada apakah mereka menyukainya. Ketiga, walaupun ada perbedaan latar belakang individu, mereka cenderung menggambarkan budaya organisasi dengan istilah yang sama.
Penelitian menunjukkan enam dimensi yang muncul untuk menangkap esensi budaya organisasi:
1. Adaptabilitas : Sejauh mana karyawan didorong untuk inovatif dan fleksibel serta berani mengambil risiko dan bereksperimen.
2. Perhatian terhadap detail : Sejauh mana karyawan diharapkan menunjukkan ketelitian, analisis, dan fokus pada detail.
3. Orientasi hasil : Sejauh mana manajemen menekankan hasil daripada teknik dan proses yang digunakan untuk mencapainya.
4. Orientasi orang : Sejauh mana keputusan manajemen mempertimbangkan dampak hasil terhadap orang-orang di dalam dan di luar organisasi.
5. Orientasi Tim : Sejauh mana kolaborasi didorong dan aktivitas kerja diorganisasikan dalam tim, bukan individu.
6. Integritas : Sejauh mana orang menunjukkan kejujuran dan prinsip etika yang tinggi dalam pekerjaan mereka.
Semua organisasi mempunyai budaya, tetapi tidak semua budaya mempengaruhi perilaku dan tindakan karyawan secara setara. Budaya yang kuat, yaitu budaya yang nilai-nilai utamanya dipegang teguh dan dianut secara luas, memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap karyawan dibandingkan budaya yang lemah. Semakin kuat suatu budaya, semakin besar pengaruhnya terhadap cara manajer melaksanakan pekerjaannya. Penelitian menunjukkan bahwa budaya yang kuat dikaitkan dengan kinerja organisasi yang tinggi. Ketika nilai-nilai jelas dan diterima secara luas, karyawan tahu apa yang seharusnya mereka lakukan dan apa yang diharapkan dari mereka, sehingga mereka dapat bertindak cepat untuk mengatasi masalah. Berikut merupakan tabel yang dapat membantu kita membedakan mana budaya organisasi yang tergolong kuat dan mana yang tergolong lemah.