Mohon tunggu...
Krisna Wahyu Yanuariski
Krisna Wahyu Yanuariski Mohon Tunggu... Jurnalis - Pendongeng

Enthos Antropoi Daimon (Karakter seseorang ialah takdirnya)- Herakleitos Seorang cerpenis di kompasiana, ia juga penulis buku "Fly Away With My Faith", juga seorang Mahasiswa UIN SATU Tulungagung, ia juga jurnalis dan kolumnis di beberapa media. Instagram @krisnawahyuyanuar W.a 081913845095

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Santri dalam Selimut Kegelapan

10 Oktober 2024   22:56 Diperbarui: 10 Oktober 2024   23:01 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Hmm 3 tahun yang lalu, aku tidak punya keluarga, cinta, uang, semuanya merenggut dariku, aku sebatang kara disini."


"Keluargamu kemana?" Tanya Santri


"Keluargaku terpisah- pisah, ayahku menikah lagi, ibuku suda meninggal ia menderita sakit, adiku telah hilang beberapa tahun yang lalu."


"Hmm innalillahi, tapi kenapa kau harus memutuskan menjadi pelacur?, apakah kau tidak menyesal?, dan ibumu bagaimana jika melihat kau sekarang." Tanya Santri dengan nada penasaran mengapa marni memutuskan diri menjadi pelacur.


"Ibuku telah tenang di alam sana, ini jalanku, Barangkali membuat dosa akan membuat manusia berpikir dewasa.."


Santri itu terdiam, melihat jawaban marni, dan marni yang sedang menyisir rambutnya. Jam menunjukan waktu 2 pagi. Mereka berdua mengakhiri obrolan itu, dan tidur seksama.

Dalam mimpi santri, buah- buahan tersaji, taman- taman bunga berbunga, ia berjalan kesana kemari, melihat pemandangan alam yang indah. Dalam pandanganya ia melihat rumah yang bercahaya, ia meihat sosok marni dengan wajah yang berseri. 

Sontak ia membuka matanya dengan perlahan. Malam menunjukan hampir subuh, ia melihat kejauhan matanya, marni yang sembahyang untuk sholat tahajud. 

Dalam sholatnya ia menangis tersedu- sedu. Hal itu semakin membuat heran Santri, kemudian ia melanjutkan tidur, dan berharap esok pagi ia mendapat jawabanya.

Mentari yang menjulang, suara ayam berkokok memanggil manusia. Awan biru mulai menampakan. Gang tersebut ternyata masib ramai banyak penjual makanan di depan rumah. 

Santri tersebut bangun, jam tujuh. "Alamat.. aku lupa untuk sholat shubuh". Kemudian ia bergegas untuk ke kamar mandi dan mengambil air wudhu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun