Mohon tunggu...
Kris Ibu
Kris Ibu Mohon Tunggu... Penulis - Sementara bergulat

Mulailah dengan kata. Sebab, pada mulanya adalah kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aroma Tubuh Ibu

31 Januari 2020   08:30 Diperbarui: 31 Januari 2020   08:40 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: cookchildrens.org

Tak ada lagi ayah, ibu dan Delima, tinggal sunyi paling sengit dengan penuh rahasia. Raut wajah, aroma tubuh dan darah membekas di suatu tempat yakni kenangan. Tak ada lagi mereka tinggal doa serupa puisi yang terus nyaring dalam sunyi. 

Sajaknya kubagi dalam tiga waktu. Biarlah ada yang mekar pada basah subuh dengan dingin yang teramat membekukan. Pada siang  panas terik matahari, serta pada sepi malam hari yang tak pernah henti manghadirkan mimpi dan rindu yang tentunya selalu utuh.

"kapan lagi aku harus menyeguk  aroma tubuh ibu?" aku membatin.

2014

Pagi ini berita menyangkut kehilangan   Dalima kecilku tersebar hingga ke kampung tetangga.Gadis yang sebulan lalu menginjak usia 8 thn ini lenyap sewaktu diajak pergi oleh temannya  mencari kayu bakar di hutan.Menurut dugan  warga ia diculik oleh penunggu hutan atau mungkin penghuni makam tua yang ada di gunung  .Dan kemungkinan Dalima  tak akan kembali lagi.

"penghuni makam di gunung menculiknya "celetuk ata molan menghampiriku

"untuk apa? Dan mengapa harus Dalima ?" bantahku seraya mendilak.

"Entah."

"lalu di mana keberadan makam tersebut ?'

"Di gunung tepatnya di kebunmu "

"makam siapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun