Tak ada lagi ayah, ibu dan Delima, tinggal sunyi paling sengit dengan penuh rahasia. Raut wajah, aroma tubuh dan darah membekas di suatu tempat yakni kenangan. Tak ada lagi mereka tinggal doa serupa puisi yang terus nyaring dalam sunyi.Â
Sajaknya kubagi dalam tiga waktu. Biarlah ada yang mekar pada basah subuh dengan dingin yang teramat membekukan. Pada siang  panas terik matahari, serta pada sepi malam hari yang tak pernah henti manghadirkan mimpi dan rindu yang tentunya selalu utuh.
"kapan lagi aku harus menyeguk  aroma tubuh ibu?" aku membatin.
2014
Pagi ini berita menyangkut kehilangan  Dalima kecilku tersebar hingga ke kampung tetangga.Gadis yang sebulan lalu menginjak usia 8 thn ini lenyap sewaktu diajak pergi oleh temannya  mencari kayu bakar di hutan.Menurut dugan  warga ia diculik oleh penunggu hutan atau mungkin penghuni makam tua yang ada di gunung  .Dan kemungkinan Dalima  tak akan kembali lagi.
"penghuni makam di gunung menculiknya "celetuk ata molan menghampiriku
"untuk apa? Dan mengapa harus Dalima ?" bantahku seraya mendilak.
"Entah."
"lalu di mana keberadan makam tersebut ?'
"Di gunung tepatnya di kebunmu "
"makam siapa?