Mohon tunggu...
Kris Ibu
Kris Ibu Mohon Tunggu... Penulis - Sementara bergulat

Mulailah dengan kata. Sebab, pada mulanya adalah kata.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aroma Tubuh Ibu

31 Januari 2020   08:30 Diperbarui: 31 Januari 2020   08:40 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: cookchildrens.org

Pagi kali ini sepi. Tak ada lagi gairah para pelaut yang beranjak pergi lalu pulang sehabis badai. Tak ada lagi suara dentuman teriakan anak-anak lalu terhenti setelah bentakan ayah. Tak ada lagi petani dengan beragam ilusi akan lading yang berlimpah lalu pulang setelah lelah terus terasa hingga guratansetengah  tubuh malam. Tak ada lagi kelompok kecil para wanita dengan gosip berbagai topik lalu pulang sehabis percakapan.  Hanya saja sunyi yang paling aneh.

Kali ini banyak masa yang mulai berarak ramai menuju tempat keramat itu lagi. Pohon besar-rindang dan sunyi-tempat itu sangat menyeramkan bukan karena letaknya yang persis menghadap ke arah pekuburan desa. Namun karena tempat tersebut selalu saja menjadi pusat pembunuhan yang akhir-akhir ini meningkat drastis.

Aku adalah salah satu orang yang dengan setia berada di sekitar kerumunan massa yang  memadati arena kejadian aneh tersebut. Kali ini ditemukan lagi korban yang berhasil dibunuh dengan menggunakan sebatang paku karat yang  sempat meninggalkan bekas luka pada tubuh si korban. Aku mengerti bahwa tak ada cara lain untuk menemukan si pelakunya. 

Terlalu banyak korban yang lenyap tanpa meninggalkan sedikit pun tanda-tanda mengenai sipelakunya. Hanya paku yang berhasil ditemukan pada tumpukan bebatuan yang tak jauh dari keberadaan si korban. Mungin karena inilah hal yang paling ditakuti oleh kebanyakan manusia. Mati tanpa meninggalkan sedikit pun jejak si pelakunya, kalau memang itu dengan cara yang keji yakni dibunuh.

Setelah lama kutatap tubuh si korban beberapa wanita mulai membentuk semacam kelompok kecil. Raut wajah mereka berubah total. Merah. Dengan penuh kayakinan mereka melangkah mendekati kerumunan masa seraya melontarkan kata-kata aneh seperti kerasukan roh jahat.

"mungkin wanita tua yang menempati salah satu gubuk tua di ujung kampung itu." Seorang janda menjelaskan.

"benar. Aku juga sependapat denganmu. Pernah aku melihatnya menyengir di makam tua milik seseorang. Entah makam milik siapa. Disela tangisnya sempat juga terlontar keinginan  akan seorang bayi. Sebab ia malu terus-terus dikatainmandul ."

"laluapakah si penghuni makam itu menjawab keinginanya  seolah-olah masih hidup?" seorang wanita di antara mereka berbisik heran.

" tidak usah banyak bicara kita singkirkan saja dia!"interupsi seorang janda seketika

"kalau bagitu kita cari cara untuk melenyapkan si wanita tua tersebut ." seorang menyarankan.

"kita hasut saja kepala desanya !" sesorang berdecak kagum akan tawarannya.Mungkin ia merasa itulah jalan terakhir nenyelesaikan suatu masalah .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun