Jadi ketika masih ada yang mengingatkan akan perjalanan hidup yang benar, kita patut bersyukur dan merupakan kesempatan bagi kita untuk memperbaiki diri. Membuang segala kesalahan dan mengenakan kebenaran dari Sang Pencipta apapun keyakinan kita.
Dianggap Ketinggalan
Kita jangan sampai menjadi orang yang dianggap ketinggalan, masih memiliki kesempatan untuk memperbaiki diri, namun hidupnya tidak dapat diubahkan karena kekerasan hati, bebal, dan menolak dikoreksi.
Sebenarnya Sang Pencipta tidak menginginkan satu orang pun di muka bumi ini yang mengalami kehinaan kekal, tetapi bukan berarti Dia memberikan target yang rendah dan dapat melakukan kompromi.
Tayangan-tayangan di media elektronik yang memamerkan kekayaan, kemewahan hidup, dan kemudahan untuk mencari uang ikut berperan dalam mengubah cara pandang manusia untuk berperilaku duniawi.
Manusia hanya di parkir pada kehidupan fana dan tidak mempersoalkan kehidupan setelah kematian. Mereka menggunakan filosofi binatang yang tidak menghadapi pertanggunganjawab, ketika mati maka semua akan berakhir.
Lalu langkah apa saja yang perlu dilakukan orang-orang yang menaruh kepercayaanya pada Sang Pencipta?
Pertama, Memaksimalkan potensi
Sang Pencipta telah memberikan banyak talenta kepada setiap orang, kiranya kita dapat memaksimalkan talenta yang ada. Bila talenta itu dapat dikembangkan maka kita akan menjadi pribadi yang mandiri.
Sang Pencipta tidak ingin manusia lamban dan tidak melakukan apa-apa. Kontra produktif dan tidak memiliki tanggung jawab, yang ada hanya menjadi beban bagi orang lain dan tidak dapat menghidupi dirinya sendiri.
Kedua, Mengumpulkan perkara rohani
Sudah waktunya kita mengumpulkan perkara-perkara rohani yang tidak kelihatan, karena itu yang akan dapat membawa kita masuk dalam kemuliaan abadi. Bukan berarti kita melepaskan tanggung jawab selama kita hidup.
Namun, kita tetap bekerja dan berkarya dengan menjaga kesucian hati dan perilaku. Mengarahkan kehidupan kekal dan tetap melakukan aktivitas yang efektif untuk mendukung sasaran keabadian.