1. Tidak merespons pertanyaan atau permintaan. Atasan yang menerapkan silent treatment sering kali mengabaikan pertanyaan atau permintaan yang diajukan oleh tim mereka. Misalnya, seorang anggota tim yang membutuhkan klarifikasi tentang tugas atau arah proyek mungkin tidak mendapat jawaban, bahkan setelah mengajukan pertanyaan berulang kali.
2. Menolak untuk hadir dalam rapat atau pertemuan. Salah satu cara silent treatment diekspresikan adalah dengan menghindari rapat yang telah dijadwalkan, tanpa alasan yang jelas. Hal ini membuat tim terpaksa melanjutkan pekerjaan tanpa bimbingan atau umpan balik dari atasan.
3. Mengabaikan hasil kerja tim. Setelah tim menyelesaikan proyek atau tugas, atasan yang memberikan silent treatment akan memilih untuk tidak memberikan umpan balik atau bahkan tidak mengakui pencapaian tersebut. Keheningan ini menambah ketidakpastian tentang apakah hasil kerja tersebut sesuai harapan atau tidak.
Perilaku seperti ini menciptakan lingkungan kerja yang tidak transparan dan penuh ketegangan, di mana karyawan merasa diabaikan dan tidak dihargai, yang dapat menurunkan semangat kerja dan produktivitas.
Penyebab Silent Treatment Terjadi di Tempat Kerja
1. Kurangnya Keterampilan Komunikasi dari Atasan. Salah satu alasan utama mengapa silent treatment terjadi adalah kurangnya keterampilan komunikasi dari atasan.Â
Beberapa atasan mungkin tidak terampil dalam mengelola komunikasi yang efektif, terutama dalam situasi yang menantang atau penuh tekanan. Ketika mereka merasa tidak tahu bagaimana menyampaikan umpan balik yang konstruktif atau menyelesaikan konflik, mereka memilih untuk diam sebagai cara untuk menghindari interaksi yang sulit.Â
Keterampilan komunikasi yang lemah ini dapat menyebabkan mereka mengabaikan pentingnya keterbukaan dalam memberikan arahan atau umpan balik, sehingga menyebabkan ketidakpastian di kalangan tim.
2. Strategi untuk Menghindari Konflik Langsung. Di tempat kerja, beberapa atasan mungkin menganggap silent treatment sebagai cara untuk menghindari konfrontasi langsung. Mereka memilih untuk tidak berbicara dengan anggota tim karena merasa lebih mudah untuk tidak berinteraksi daripada harus menghadapi ketegangan atau diskusi yang mungkin timbul dari percakapan yang sulit.Â
Meskipun ini dapat memberikan kenyamanan jangka pendek bagi atasan, dalam jangka panjang, hal ini justru memperburuk masalah dan menciptakan ketegangan yang lebih besar di antara anggota tim.
3. Bentuk Manipulasi untuk Menunjukkan Kekuasaan. Silent treatment juga bisa digunakan sebagai strategi manipulatif oleh atasan untuk menunjukkan kekuasaan atau kontrol atas tim.Â
Dengan tidak merespons atau mengabaikan anggota tim, atasan mungkin berusaha menunjukkan dominasi mereka dan membuat karyawan merasa tidak berdaya atau bergantung pada mereka untuk informasi atau arahan.Â