Masa anak-anak adalah masa dimana perkembangan otak berjalan sangat efektif. Pada masa ini anak akan dikenalkan pada banyak hal yang akhirnya menimbulkan rasa ingin tahu yang kadang berlebihan. Di masa ini pula bakat serta potensi akademis dan non akademis dari anak bermunculan dan sangat potensial untuk disalurkan ke berbagai bidang pendidikan, salah satunya pendidikan seni usia dini.
Rasa percaya diri pada anak usia dini, akan berdampak langsung pada pertumbuhannya. Hal tersebut merupakan bentuk dasar dari bagaimana seorang anak mengenal akan dirinya dan nilai atau hal penting akan dirinya. Karena pada usia remaja, seorang anak mulai mendapatkan rasa sebagai individu, maka periode anak usia dini adalah masa yang mendukung pengembangan percaya diri yang sehat. Anak-anak kecil biasanya menikmati kegiatan seni dan mendapatkan kepuasan dari partisipasinya dalam berbagai hal. Membuat sesuatu atas diri mereka sendiri dan merasa bangga akan penciptaannya, dapat mendukung pembentukan rasa percaya diri yang baik. Anak-anak juga belajar mengenai pujian atau kritik oleh guru, orang tua dan anak-anak lain mengenai karya yang telah dibuatnya.
Pendidikan seni bisa beragam bentuknya, seperti seni musik, seni rupa, seni tari, drama, dsb. Masing-masing dari seni tersebut mengajarkan ketrampilan yang berbeda sesuai bakat anak. Namun tujuannya tetaplah sama yaitu merangsang saraf motorik anak untuk berkreasi tanpa batas, membentuk pola pikir kreatif, serta memberikan keterampilan seni yang sangat berperan dalam kehidupannya.
Dalam pemberian materi seni, anak harus dibuat sebisa mungkin merasa nyaman dan membentuk pola pikir anak bahwa seni itu indah, menyenangkan dan bermanfaat bagi dirinya kelak. Pandangan anak usia dini terhadap seni masih semu dan sangat sederhana. Oleh karena itu, pengajar seni harus mampu mengkomplekskan pola pikirnya tentang seni yang beragam. Seni bukan lagi menjadi pengembangan diri sampingan tetapi sudah menjadi pendidikan fundamental pendukung kesuksesan seseorang, karena dalam kehidupan bermasyarakat keterampilan selalu diperhatikan.
Drama berasal dari bahasa Yunani yaitu “Dromai” yang bermakna bertindak, bereaksi, berbuat, atau berlaku. Berdasarkan makna tersebut, drama memiliki arti suatu perbuatan, tindakan, bereaksi. Saat ini, drama memiliki makna yang luas. Drama dapat dikategorikan ke dalam genre sastra dan genre kesenian yang berdiri sendiri. Teks drama memiliki kedudukan yang sama dengan puisi dan prosa sehingga dikategorikan sebagai salah satu genre sastra. Selanjutnya, pementasan drama merupakan gabungan dari bermacam jenis kesenian, misalnya seni musik, seni lukis, seni rias, tata lampu, dan sebagainya sehingga dapat dikategorikan sebagai salah satu kesenian yang mandiri.
Drama memiliki keterkaitan dengan penanaman pendidikan karakter. Keterkaitan tersebut terwujud melalui manfaat drama yang dapat digunakan sebagai media untuk mengembangkan pendidikan watak atau karakter peserta didik. Drama juga mampu memperkenalkan berbagai fenomena kehidupan, misalnya keberhasilan, kebahagiaan, cinta, bahkan kehancuran. Dalam pengembangan karakter, drama mampu mengembangkan kepribadian yang kompleks, di antaranya imajinasi, ketegaran, dan kreativitas.
Pembelajaran tentang drama merupakan salah satu wujud apresiasi drama. Apresiasi drama merupakan aktivitas membaca, menonton, memahami, atau menghargai suatu drama. Melalui kegiatan apresiasi drama, seseorang diharapkan dapat memahami karakter tokoh di dalam drama tersebut. Dengan pemahaman yang mendalam, seseorang dapat mengambil berbagai hal positif, misalnya tentang karakter tokoh, motivasi, dan nilai postif yang ada di dalam drama tersebut.
Kearifan lokal yang terdapat di setiap daerah harus terus dikembangkan. Kearifan lokal merupakan suatu gagasan yang tumbuh dan berkembang di masyarakat yang berkaitan dengan berbagai hal yang bersifat sakral maupun kehidupan yang bersifat biasa saja. Wujud kearifan lokal yang ada di masyarakat bisa berupa budaya, yakni berupa nilai, norma, hukum adat, etika, kepercayaan, dan adat istiadat. Nilai-nilai luhur yang berhubungan dengan kearifan lokal yaitu: (1) cinta kepada Tuhan, (2) tanggung jawab, mandiri, dan disiplin, (3) jujur, (4) santun dan hormat, (5) kasih sayang, (6) kerja keras, percaya diri, dan pantang menyerah, (7) kepemimpinan dan keadilan, (8) rendah hati, (9) toleransi, persatuan, dan cinta damai.
Upaya pengembangan kearifan lokal dapat dilakukan melalui pendidikan. Pendidikan berbasis kearifan lokal merupakan upaya yang dilakukan secara terencana melalui penggalian potensi suatu daerah tertentu sebagai usaha dalam menciptakan proses pembelajaran supaya peserta didik mampu mengembangkan potensinya dalam membangun bangsa dan negara. Proses pengembangan kearifan lokal dalam pendidikan tersebut dapat diimplementasikan melalui pembelajaran drama di sekolah.
Pendidikan seni drama di SD mempunyai fungsi yaitu untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak, memberi perkembangan estetik, dan membantu penyempurnaan kehidupan.
Ada pun Fungsi Seni Drama pada anak SD adalah sebagai berikut :
1. Membantu Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan adalah proses berkelanjutan yang meliputi perkembangan dari semua kecakapan dan potensi anak. Pengalaman seni drama memberikan kesempatan bagi kelangsungan proses tersebut. Peranan seni drama dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak dapat dilihat antara lain untuk meningkatkan pertumbuhan fisik, mental dan estetik, memberi sumbangan ke arah sadar diri, membina imajinasi kreatif dan memberi sumbangan ke arah pemecahan masalah.
2. Seni Drama Membina Perkembangan Estetik
Perkembangan estetik dapat dibina melalui kegiatan seni seni drama yang berupa penghayatan, apresiasi, ekspresi dan kreasi. Melalui seni drama anak akan terlatih, penghayatan menjadi kuat dan keputusan visual akan berkembang menjadi peka kritis. Cara melatih pancaindra dan seluruh anggota tubuh harus melalui proses kegiatan tanpa paksaan, dengan memperhitungkan tiga faktor berikut ini:
* Harus mengembangkan konsep-konsep baru.
* Harus menciptakan situasi yang dapat memberikan dorongan untuk memacu kegiatan dengan penuh ketelitian.
* Harus menjadi kesempatan belajar menilai terhadap apa yang dilakukan.
Seni drama adalah proses mewujudkan perasaan dengan melibatkan kesadaran estetik dan keputusan kritis. Orang yang telah berkembang perasaan estetisnya akan sanggup mengapresiasi kualitas seni dan pengalaman sehari-hari.
Desain pembelajaran seni drama di SD
Langkah-langkah dalam pembelajaran seni drama di SD
1. Guru menjelaskan tentang materi yang berkaitan dengan seni drama. Yaitu pengertian drama, unsur-unsur yang ada di drama baik secara teori maupun praktik.
2. Menjelaskan dan mempraktikkan tentang teknik dasar olah vokal sebagai bagian dari drama.
3. Menjelaskan dan mempraktikkan tentang teknik dasar gerak anggota tubuh sebagai bagian dari drama.
4. Menjelaskan dan melatih tentang berbagai macam karakter yang ada dalam seni drama.
5. Melatih dan mempraktikkan gabungan dari teknik olah vokal dan teknik gerak anggota tubuh dalam sebuah dialog yang diberikan.
6. Mementaskan naskah drama sederhana dengan memasukan unsur budaya seperti permainan tradisional, bahasa daerah, dan lain sebagainya.
Tahap-tahap pembelajaran seni drama di SD
1. Latihan vokal
Latihan vokal menjadi dasar penguasaan bagi pemeran drama, huruf vokal atau huruf hidup terdiri dari huruf A, I, U, E, O. Penguasaan vokal menjadi salah satu aspek penilaian dalam pementasan drama. Pemeran drama harus melafalkan setiap huruf, kata, kalimatnya dengan benar supaya lawan pemerannya dapat merespon dengan cepat. Selain itu pemeran drama juga harus melafalkan kalimat dengan jelas dan lugas agar penonton dapat menangkap setiap kalimatnya sehingga kekuatan pementasan drama tercapai.
Latihan vokal dapat membantu perkembangan bahasa peserta didik. Disamping membantu perkembangan bahasa juga mengembangkan keterampilan bermain peran. Latihan vokal dilakukan dengan sikap tubuh tegap dan apabila diperlukan dilakukan dengan berdiri. Dengan sikap tegap pernafasan akan lancar sehingga dapat membantu pelafalan huruf vokal dengan stabil. Misalkan peserta didik bersama-sama berdiri atau duduk dengan sikap tegap kemudian melatih pengucapan huruf vokal A, I, U, E, o dengan volume keras dan jelas.
2. Latihan gerak anggota tubuh
Latihan gerak anggota tubuh merupakan latihan penyesuaian antara lafal kalimat dengan gerak anggota tubuh. Pada latihan ini berfungsi agar pementasan drama terlihat hidup dan sesuai dengan karakteristik lakon. Latihan gerak anggota tubuh akan membantu peserta didik lebih semangat belajar drama. Gerak anggota tubuh pada pementasan drama sangat membantu artikulasi bagi penonton yang kurang bisa mendengar. Sehingga setiap kalimat atau perkataan dapat dilihat melalui simbol gerak anggota tubuh.
Gerak tubuh dilatih menyesuaikan setiap simbol kata. Dengan simbol perkata akan memudahkan untuk melanjutkan ke simbol per kalimat. Misalkan peserta didik melatih kata “disini” dengan gerakan tangan menunjuk kebawah. Misalkan juga saat pengucapan kata dengan intonasi gagah, tubuh pun mengikuti dengan posisi membusungkan dada. Otomatis latihan ini membantu pementasan drama lebih menunjukan life presented dan memberikan action.
3. Latihan Pementasan
Pada dasarnya pementasan adalah puncak pada penerapan hasil latihan. Pada latihan pementasan peserta didik dilatih beberapa langkah agar luwes untuk menampilkannya. Ada syarat pada latihan pementasan drama yaitu dengan suasana gembira, penuh semangat, kerja sama sesama teman, intensif, kreatif dan efektif.
Langkah-langkah latihan pementasan:
1. Latihan membaca dialog, peserta didik dilatih kemampuannya melatih berdialog dngan lawan dialognya. Peserta didik sudah diajarkan latihan vokal sehingga pada waktu latihan harus membaca dialog dengan suara nyaring dan sesuai karakter lakonnya.
2. Latihan gerak setiap perilaku (blocking),peserta didik melatih sikapnya pada pementasan dengan menampilkan gerak tubuh, mimik wajah, isyarat sesuai makna dalam lakon masing-masing. Peserta didik dilatih menginterpretasikan gerak setiap perilaku peserta didik agar sesuai lakon.
Dalam melakukan penerapan kegiatan diatas guru bisa memasukan dalam kegiatan pembelajaran tematik seperti contoh pada pembelajaran di tema 8 kelas 5 dalam pembelajaran 2. Disini guru bisa memodifikasi pembelajaran yang sudah ada dengan memasukan pembelajaran dasar-dasar drama pada pembelajaran tersebut. Selain dalam kegiatan belajar mengajar guru juga bisa melakukan pendalaman dalam pembelajaran seni drama berbasis budaya ini dalam kegiatan ekstrakurikuler.
Merujuk pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 62 tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, ekstrakurikuler adalah kegiatan pengembangan karakter dalam rangka perluasan potensi, bakat, minat, kemampuan, kepribadian, kerja sama, dan kemandirian peserta didik secara optimal yang dilakukan di luar jam belajar kegiatan intrakurikuler dan kegiatan kokurikuler di bawah bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan.
Kegiatan pembelajaran drama bisa di dilakukan didalam ekstrakurikuler. Kegiatan ini bertujuan sebagai pemantapan siswa yang memiliki minat dan bakat dalam seni peran. Siswa bisa mengasah kemampuanya dengan lebih dalam lagi dengan kegiatan ekstrakurikuler ini, dalam kegiatan ini sudah pastinya pembelajaran dilakukan sebagai kelanjutan dari apa yang sudah siswa dapat sebelumnya dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H