Mohon tunggu...
Kresna Ryan Ardhiansyah
Kresna Ryan Ardhiansyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - universitas airlangga

halo perkenalkan saya kresna ryan ardhiansyah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pengaruh pemberian asap rokok terhadap profil hematologi mencit putih (mus musculus)

17 Desember 2024   20:30 Diperbarui: 17 Desember 2024   20:33 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto bersama kelompok penelitian

PENGARUH PEMBERIAN PAPARAN ASAP ROKOK KRETEK TERHADAP PROFIL HEMATOLOGI MENCIT PUTIH ( Mus musculus )

Disusun Oleh : 

Ervina Astri Lestari193221003

Fitri Khairunisa193221025

Kresna Ryan Ardhiansyah193221032

Shifa Salsabilla Praja193221039

Rizky Bedzy Herina                          193221040

Wayan Ari Wijaya                            193221049 

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh paparan asap rokok kretek terhadap profil hematologi mencit putih (Mus musculus). Sebanyak 10 ekor mencit putih jantan dengan berat badan 25--35 gram dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan, masing-masing mendapatkan paparan asap rokok kretek dalam jumlah yang bervariasi (1 hingga 4 batang per hari) selama 7 hari berturut-turut. Pengukuran profil hematologi meliputi kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, dan hematokrit menggunakan alat hematologi otomatis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa paparan asap rokok kretek secara signifikan memengaruhi parameter hematologi, termasuk peningkatan jumlah leukosit sebagai respons inflamasi dan penurunan kadar hemoglobin pada kelompok dengan paparan tertinggi. Temuan ini mengindikasikan bahwa paparan asap rokok kretek dapat memberikan dampak negatif pada komponen darah mencit putih, yang dapat menjadi dasar penelitian lebih lanjut dalam bidang toksikologi dan kesehatan masyarakat.

Kata Kunci:

Kata Kunci:
 Asap rokok kretek, profil hematologi, mencit putih (Mus musculus), hemoglobin, leukosit, toksikologi.

Pendahuluan

Merokok merupakan kegiatan yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Rokok yang dibakar melepaskan bahan aktif  seperti nikotin, tar, dan karbon monoksida, yang dihirup ke paru-paru dan dilarutkan ke dalam aliran darah. Banyak penelitian menunjukkan bahwa merokok menyebabkan  kelainan  pembuluh darah dan merupakan faktor risiko  penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular, dan  pembuluh darah tepi (Dasrul et al., 2023). Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2019, tembakau menyebabkan lebih dari 8 juta kematian setiap tahunnya. Lebih dari 8 juta kematian disebabkan oleh penggunaan tembakau secara langsung, dan sekitar 1,2 juta kematian disebabkan oleh perokok pasif (Almaidah et al., 2021).

Hematologi adalah pemeriksaan yang memeriksa kondisi darah dan komponennya. Darah terdiri dari komponen padat yang disebut sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit, serta bagian cair berwarna kekuningan yang disebut plasma (Marar et al., 2023). Pemeriksaan hematologi mencakup beberapa parameter utama untuk menganalisis kondisi darah dan mendeteksi gangguan tertentu. Salah satunya adalah Hitung Darah Lengkap (Complete Blood Count/CBC), yang mencakup pengukuran sel darah merah (eritrosit), hemoglobin (Hb), hematokrit (Hct), sel darah putih (leukosit), dan trombosit, yang digunakan untuk mendeteksi anemia, infeksi, dan gangguan pembekuan. Selain itu, Indeks Eritrosit seperti Mean Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH), dan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC) membantu dalam mengklasifikasikan jenis anemia.

Mekanisme pasti terjadinya kelainan pada perokok belum diketahui, namun dampaknya diperkirakan disebabkan oleh kelainan  reologi darah, infeksi dan peradangan, stres oksidatif, serta perubahan sistem antitrombotik dan fibrinolysis (Malenica et al., 2017) Asap  rokok mengandungberbagai oksidan dan radikal   bebas.   Karbon   monoksida   dapat menyebabkan  kurangnya supply oksigen  ke dalam tubuh. Ketika seseorang merokok, zat kimia   dan   asap   akan   masuk ke dalam sirkulasi darah kemudian akan mempengaruhi  komponen-komponen  darah dalam tubuh, merusak lipid dan deoxyribonucleic acid (DNA) (Silaen et al., 2022). 

Pembentukan komponen hematologi dimulai di sumsum tulang dan berlanjut menjadi matang di jaringan darah tepi. Oleh karena itu, mereka terkena banyak dampak buruk senyawa yang menyebabkan kerusakan pada tulang sumsum tulang dan jaringan darah tepi. Tembakau mengandung banyak senyawa berbahaya tersebut. Jumlah penelitian di bidang ini terbatas literatur yang menyelidiki efek merokok pada parameter hematologi. Beberapa di antaranya penelitian menyelidiki sejumlah 

terbatas parameter hematologi dan beberapa memilikinya hasil yang kontradiktif. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan secara komprehensif penyelidikan dampak merokok pada parameter hematologic (Ak et al., 2020).

Metode Penelitian

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2024 di Laboratorium terpadu 1 dan 5 Jurusan Kedokteran Hewan , Fakultas Ilmu Kesehatan, Kedokteran , dan Ilmu Alam , Universitas Airlangga.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang mencit berukuran 40 x 30 x 10 cm (bak hplastik dan penutup dari ram kawat besi), wadah pakan mencit, botol minum mencit, timbangan analitik, spuit 1 cc, kasa, papan bedah, OptiLab, mikroskop, micropipet, Hematology Analyzer, Hemositometer.

3.2.2 Bahan 

Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi hewan uji berupa mencit putih (Mus musculus) jantan berumur 6 sampai 8 minggu dengan berat badan berkisar 25-35 gram sebanyak 10 ekor , pakan pelet, aquadest, rokok kretek, object glass, cover glass.

3.3 Rancangan Penelitian 

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan menggunakan 10 ekor mencit putih (Mus musculus) jantan yang berumur 6 sampai 8 minggu dengan berat badan 25-35 gram. Hewan uji diberikan perlakuan dibagi menjadi 5 kelompok dengan 2 ekor mencit untuk masing-masing kelompok dosis sebagai berikut:

Kelompok 1 (kontrol) : Tanpa diberikan paparan asap rokok kretek

Kelompok 2: Pemberian paparan asap rokok kretek sebanyak 1 batang rokok kretek 

per hari selama 1 minggu

Kelompok 3: Pemberian paparan asap rokok kretek sebanyak 2 batang rokok kretek

per hari selama 1 minggu

Kelompok 4 : Pemberian paparan asap rokok kretek sebanyak 3 batang rokok kretek 

per hari selama 1 minggu

kelompok 5: Pemberian paparan asap rokok kretek sebanyak 4 batang rokok kretek

per hari selama 1 minggu

3.5 Tahap Penelitian

3.5.1 Perlakuan Hewan Uji

Mencit ditempatkan di dalam kandang mencit, diberikan pakan pelet dan diberikan minum dengan aquades secara ad libitum serta diaklimatisasi selama 1 minggu. Hewan coba mencit dibagi menjadi empat kelompok yaitu kelompok 1 sebagai kontrol , kelompok 2 diberikan paparan asap rokok kretek sebesar 1 batang rokok kretek per harinya, kelompok 3 diberikan paparan asap rokok kretek sebesar 2 batang rokok kretek per harinya, kelompok 4 diberikan paparan asap rokok kretek sebesar 3 batang rokok kretek per harinya, kelompok 5 diberikan paparan asap rokok kretek sebesar 4 batang rokok kretek perharinya.P emaparan asap rokok kretek dilakukan dengan cara inhalasi selama 1 minggu beturut-turut di dalam kandang mencit yang ditutup alat yang kami buat untuk menutup kandang dan memaparkan asap rokok kedalam kandang mencit secara merata.

Kelompok 1 merupakan kelompok kontrol tanpa perlakuan asap rokok kretek. Pada kelompok 2 perlakuan pemaparan asap rokok diberikan sebanyak 1 batang rokok per hari , dengan pemberian antar rokoknya diberikan jeda. Pada kelompok 3 perlakuan pemaparan asap rokok diberikan sebanyak 2 batang rokok per hari , dengan pemberikan antar rokoknya diberikan jeda. Pada kelompok 4 perlakuan pemaparan asap rokok diberikan sebanyak 3 batang rokok per hari, dengan pemberian antar rokoknya diberikan jeda. Pada kelompok 5 perlakuan pemaparan asap rokok diberikan sebanyak 4 batang rokok per hari, dengan pemberian antar rokoknya diberikan jeda

3.5.2 Pemeriksaan Hematologi Darah Mencit

Pengambilan darah dilakukan sebanyak satu kali yakni sesudah perlakuan pemaparan asap rokok. Seperti halnya pengambilan darah, Pemeriksaan hematologi darah dilakukan sebanyak satu kali dengan cara mengambil darah melalui pembuluh darah sebanyak 100-300 mikron yang dimasukkan dalam tabung yang mengandung K3EDTA. Darah yang diperoleh selanjutnya di uji menggunakan hematologi analyzer.

3.6 Parameter Penelitian

Pengamatan profil hematologi darah pada penelitian ini meliputi pengukuran kadar dari hemaglobin, jumlah sel darah merah, jumlah dan jenis sel darah putih.

3.7 Analisis Data

Data hasil penelitian akan diolah dengan menggunakan sampel acak  untuk mengetahui profil hematologi sebelum dan sesudah paparan asap rokok kretek  dan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel. 

 Hasil 

Hasil  pemeriksaan  kadar  profil hematologi  terhadap  5  sampel  darah  mencit putih (Mus musculus) dari kontrol, serta perlakuan pemaparan  asap  rokok satu batang  perhari,  dua batang perhari , tiga batang perhari dan empat batang perhari selama 7 hari didapatkan hasil sebagai berikut : 

Jumlah leukosit mencit menurut Smith dan Mangkoewijojo (1988) berkisar antara 6,0- 12,6 10^3/l, menurut Bijanti dkk. (1993) adalah sebesar 7-15 10^3/l. Menurut hasil penelitian pada tabel 1 didapatkan  bahwa nilai normal white blood cell yang normal ada pada perlakuan F1 sampai F4 . Dimana F1 merupakan kontrol dari perlakuan, dengan hasil nilai white blood cell sebesar 9.1 10^3/l . Pada perlakuan F2 dimana diberikan 1 batang rokok per hari didapatkan hasil 10.9 10^3/l. Pada perlakuan F3 dimana diberikan 2 batang rokok per hari didapatkan hasil 11.3 10^3/l. Pada perlakuan F4 dimana diberikan 3 batang rokok per hari didapatkan hasil 10.59 10^3/l. Pada perlakuan F5 dimana diberikan 4 batang rokok per hari didapatkan hasil 1.65 10^3/l , hasil tersebut bisa dikatakan bahwa nilai white blood cell F5 mengalami ketidaknormalan (mengalami penurunan nilai). Hasil nilai yang mengalami abnormalitas hanya ada pada F5 dimana hasil nilai white blood cellnya 1.65 10^3/l. Sampel darah mencit yang telah diperiksa mendapatkan nilai yang berbeda - beda , bisa disebabkan oleh perbedaan waktu  paparan  dan jumlah rokok yang diberikan.

Menurut (Agung Janika Sitasiwi, 2017), Nilai  normal  red blood cell  pada  mencit  berkisar  dari 8,77 (x10^6). Berdasarkan tabel 2 didapatkan  bahwa tidak ada nilai normal red blood cell. Pada perlakuan F1 dengan nilai 6.93 10^6/l yang mana F1 merupakan kontrol dari perlakuan, hasil tersebut bisa dikatakan bahwa nilai red blood cell F1 mengalami ketidaknormalan (mengalami penurunan nilai). Pada perlakuan F2 dimana diberikan 1 batang rokok per hari didapatkan hasil 10.61 10^6/l , hasil tersebut bisa dikatakan bahwa nilai red blood cell F2 mengalami ketidaknormalan (mengalami peningkatan nilai). Pada perlakuan F3 dimana diberikan 2 batang rokok per hari didapatkan hasil 10.26 10^6 /l, hasil tersebut bisa dikatakan bahwa nilai red blood cell F3 mengalami ketidaknormalan (mengalami peningkatan nilai). Pada perlakuan F4 dimana diberikan 3 batang rokok per hari didapatkan hasil 9.61 10^6 /l, hasil tersebut bisa dikatakan bahwa nilai red blood cell F4 mengalami ketidaknormalan (mengalami peningkatan nilai). Pada perlakuan F5 dimana diberikan 4 batang rokok per hari didapatkan hasil 11.64 10^6/l , hasil tersebut bisa dikatakan bahwa nilai red blood cell F5 mengalami ketidaknormalan (mengalami peningkatan nilai). Berdasarkan hasil - hasil tersebut didapatkan bahwa hasil dari perlakuan F1 mengalami penurunan nilai red blood cell sedangkan F2-F5  seluruhnya mengalami peningkatan nilai red blood cell. Sampel darah mencit yang telah diperiksa mendapatkan nilai yang berbeda - beda , bisa disebabkan oleh perbedaan waktu  paparan  dan jumlah rokok yang diberikan.

Hasil Hemoglobin 

Menurut (Agung Janika Sitasiwi, 2017) ,nilai normal hemoglobin pada mencit berkisar adalah 12,79 (g/dL). Berdasarkan  penelitian  yang  telah  dilakukan,  menurut tabel 3 didapatkan  bahwa semua perlakuan F1 hingga F5 mengalami peningkatan nilai hemoglobin. Pada perlakuan F1 dengan nilai 16.0 g/dl yang mana F1 merupakan kontrol dari perlakuan, hasil tersebut bisa dikatakan bahwa nilai hemoglobin F1 mengalami ketidaknormalan (mengalami peningkatan nilai). Pada perlakuan F2 dimana diberikan 1 batang rokok per hari didapatkan hasil 16.1 g/dl, hasil tersebut bisa dikatakan bahwa nilai hemoglobin F2 mengalami ketidaknormalan (mengalami peningkatan nilai). Pada perlakuan F3 dimana diberikan 2 batang rokok per hari didapatkan hasil 16.0 g/dl, hasil tersebut bisa dikatakan bahwa nilai hemoglobin F3 mengalami ketidaknormalan (mengalami peningkatan nilai). Pada perlakuan F4 dimana diberikan 3 batang rokok per hari didapatkan hasil 15.1 g/dl, hasil tersebut bisa dikatakan bahwa nilai hemoglobin F4 mengalami ketidaknormalan (mengalami peningkatan nilai). Pada perlakuan F5 dimana diberikan 4 batang rokok per hari didapatkan hasil 14.3 g/dl , hasil tersebut bisa dikatakan bahwa nilai hemoglobin F5 mengalami ketidaknormalan (mengalami peningkatan nilai). Berdasarkan hasil - hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar hemoglobin F1 hingga F5 berada pada nilai tidak normal. Adapun Faktor peningkatan hemoglobin pada perlakuan F1  bisa disebabkan banyak faktor ,seperti jarak perlakuan dari terpaparnya asap dalam lingkungan yang sama.

 Rentang nilai hematokrit yang normal untuk mencit adalah antara 45% hingga 53% (Ramadhan Sumarmin, 2017). Berdasarkan  penelitian  yang  telah  dilakukan,  menurut tabel 4 didapatkan  bahwa nilai normal hematokrit  yang normal hanya ada pada perlakuan F2 hingga F4  dengan nilai 49.42 %, 48.19%, 51.03 % . Perlakuan F1 yang mana F1 merupakan kontrol dari perlakuan didapatkan hasil 36.18%, hasil tersebut menunjukan bahwa nilai hematokrit F1 mengalami penurunan. Sedangkan, Pada perlakuan F5 dimana diberikan 4 batang rokok per hari didapatkan hasil 67.61%, hasil tersebut bisa dikatakan bahwa nilai hematokrit F5 mengalami ketidaknormalan (mengalami peningkatan nilai). Bersadarkan hasil - hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar hematokrit F2 hingga F4 berada pada nilai normal. Sedangkan nilai abnormal hematokrit dari mencit ada pada perlakuan F1 yang mengalami penurunan dan F5 yang mengalami kenaikan.

  Nilai Normal Trombosit 150 x 10^3 -- 450 x 10^3 /mm3 darah menurut (Agung Janika Sitasiwi, 2017). Berdasarkan  penelitian  yang  telah  dilakukan,  menurut tabel 5 didapatkan  bahwa nilai normal  platelet yang normal hanya ada pada perlakuan F1 dengan nilai 361 10^3/l yang mana F1 merupakan kontrol dari perlakuan dan perlakuan F5 dengan nilai 187 10^3/l  yang mana diberikan 4 batang rokok per hari. Pada perlakuan F2 dimana diberikan 1 batang rokok per hari didapatkan hasil 622 10^3/l, hasil tersebut bisa dikatakan bahwa nilai  Platelet  F2 mengalami ketidaknormalan (mengalami peningkatan nilai). Pada perlakuan F3 dimana diberikan 2 batang rokok per hari didapatkan hasil 1030 10^3/l, hasil tersebut bisa dikatakan bahwa nilai platelet F3 mengalami ketidaknormalan (mengalami peningkatan nilai). Pada perlakuan F4 dimana diberikan 3 batang rokok per hari didapatkan hasil 1260 10^3/l, hasil tersebut bisa dikatakan bahwa nilai platelet F4 mengalami ketidaknormalan (mengalami peningkatan nilai). Berdasarkan hasil - hasil tersebut didapatkan bahwa hasil dari perlakuan F2-F4  seluruhnya mengalami peningkatan nilai red blood cell. Sampel darah mencit yang telah diperiksa mendapatkan nilai yang berbeda - beda , bisa disebabkan oleh perbedaan waktu  paparan  dan jumlah rokok yang diberikan.

4.2 Pembahasan 

Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  adanya  pengaruh pemberian  paparan  asap rokok kretek terhadap profil hematologi mencit putih (Mus musculus). Kriteria mencit putih (Mus musculus) yang digunakan yaitu jantan berumur 6 sampai 8 minggu , dengan berat badan 25-35 gram sebanyak 10 ekor.  Sampel darah K3EDTA diambil dengan teknik Simple Random Sampling.

Mencit putih (Mus musculus) dilakukan aklimatisasi untuk pemeliharaan hewan coba dengan tujuan adaptasi terhadap lingkungan baru (Mustapa et al., 2018). Aklimatisasi hewan coba mencit (Mus musculus) sebanyak 10 ekor dipelihara di laboratorium terpadu 6 FIKKIA Universitas Airlangga  hewan selama 7 hari. Setiap kelompok tikus berisi tujuh ekor tikus diletakkan dalam kandang berukuran  sekitar  panjang  40cm  dan  lebar  30cm.  Pemberian  pakan  menggunakan  pur sebanyak kurang lebih 100 gr per hari pada satu kandang.

Perlakuan paparan asap rokok selama 14 hari dengan kelompok paparan yaitu kontrol nol batang  perhari,  tiga  batang  perhari,  lima  batang  perhari  dan  tujuh  batang  perhari.  Sampel darah  K3EDTA  diambil  dengan  menggunakan  spuit 1 cc  pada organ jantung , 

yang mana sebelumnya mencit sudah diberi cairan ether untuk membuat mencit kehilangan kesadaran. Sampel kemudian dilakukan pemeriksaan dengan alat hematology analyzer.

Hasil nilai White Blood Cell yang normal menurut Smith dan Mangkoewijojo (1988) berkisar antara 6,0- 12,6 10^3/l, menurut Bijanti dkk. (1993) adalah sebesar 7-15 10^3/l. Setelah dilakukan paparan asap rokok kretek dan telah di uji dengan alat hematology analyzer terdapat perubahan signifikan pada perlakuan F5 dengan nilai 1.65 10^3/l. Pada hasil red blood cell Menurut (Agung Janika Sitasiwi, 2017), Nilai  normal  Red Blood Cell  pada  mencit  berkisar  dari 8,77 (x10^6). Setelah dilakukan paparan asap rokok dari hasil uji hematology analyzer pada red blood cell seluruh perlakuan dari F1 hingga F5 terjadi peningkatan dengan hasil F1 ( 6.93 10^6/l ), F2 ( 10.61 10^6/l ), F3 ( 10.26 10^6 /l ), F4 ( 9.61 10^6 /l), F5 ( 11.64 10^6/l ). Pada nilai Hemoglobin Menurut (Agung Janika Sitasiwi, 2017) ,nilai normal hemoglobin pada mencit berkisar adalah 12,79 (g/dL). Hal tersebut tidak jauh beda pada hasil Red Blood Cell yaitu mengalami peningkatan di keseluruhan perlakuan dari F1 hingga F5 yang  setelah dilakukan paparan asap rokok kretek dengan hasil F1 ( 16.0 g/dl), F2 ( 16.1 g/dl ), F3( 16.0 g/dl ), F4 ( 15.1 g/dl ), F5 ( 14.3 g/dl ). Pada nilai hematokrit, rentang nilai hematokrit yang normal untuk mencit adalah antara 45% hingga 53% (Ramadhan Sumarmin, 2017). Setelah  dilakukan paparan asap rokok kretek nilai abnormal hanya pada F5 terjadi peningkatan dengan hasil 67.61%. Pada nilai platelet darah normal Trombosit  yaitu 150 x 10^3 -- 450 x 10^3 /mm3  menurut (Agung Janika Sitasiwi, 2017).   Setelah  dilakukan paparan asap rokok kretek nilai abnormal terjadi peningkatan  dari perlakuan F2 hingga F5 dengan hasil  F2 (622 10^3/l), F3 (1030 10^3/l), F4(1260 10^3/l), F5 (187 10^3/l).

Dengan hasil nilai - nilai tersebut disimpulkan bahwa terdapat pengaruh paparan asap rokok kretek terhadap profil hematologi mencit putih (Mus musculus). Pengaruh paparan asap rokok kretek ini dapat mengakibatkan nilai hematologi mencit mengalami kenaikkan ataupun penurunan. 

Nilai hematologi yang mengalami penurunan setelah pemaparan asap rokok kretek ada pada nilai white blood cell pada perlakuan F5 dimana hasilnya 1.65 10^3/l, yang mana nilai normal dari white blood cell adalah  6,0- 12,6 10^3/l menurut Smith dan Mangkoewijojo (1988). Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang mengungkapkan bahwa nikotin dapat mengganggu aktivitas hemopoitik yang ditandai dengan menurunnya aktivitas prekusor mieloid dan prekusor limfoid di dalam sumsum tulang yang menyebabkan berkurangnya leukosit matang untuk pertahanan. Turunnya aktivitas prekusor limfoid dapat menyebabkan produksi limfosit menurun (Serobyan et al. ,2005). Hal ini juga berkaitan dengan perlakuan yang diberikan pada F5 perharinya yakni pemaparan asap rokok diberikan 4 kali dalam 1 hari , perlakuan F5 merupakan perlakuan dengan dosis paling tinggi pada penelitian ini. Pada perlakuan F1 terdapat penurunan nilai hematologi pada nilai red blood cell dan hematokrit , hal ini ada kaitanya dengan anemia dimana hewan tersebut mengalami malnutrisi dan di dukung  faktor genetik 

Nilai hematologi yang mengalami kenaikan setelah pemaparan asap rokok kretek ada pada nilai red blood cell, hemoglobin, hematokrit, dan platelet, hal ini sesuai dengan penelitian Shah (2012) yang menyebutkan terdapat kenaikan  kadar  hemoglobin  manusia  perokok. Perubahan dari nilai - nilai hematologi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:

  1. Waktu Paparan Asap Rokok

Menurut  Christianty  (2017)  usia  sel  darah  merah  tikus  diperkirakan  sekitar  56 -- 69 hari.   Pada  penelitian wulandari,  dkk  (2016)  melakukan  penelitian  paparan  asap  rokok  selama 28  hari terdapat  pengaruh terhadap  kadar  hemoglobin  tikus. sedangkan  pada  penelitian  ini perlakuan paparan  asap  rokok  kretek  hanya 

diberikan selama 7 hari. Sehingga penelitian yang dilakukan selama 7 hari tidak signifikan untuk mempresentasikan  seluruh  efek  dari  paparan  asap  rokok  kretek.

2. Dosis Paparan Asap Rokok 

Penelitian Irma Yanti Rangkuti, dkk (2023) yang berjudul Rokok dan Pengaruhnya Terhadap Darah, didapatkan hasil penelitian  terdapat pengaruh paparan asap rokok terhadap kadar darah. Penelitian ini mengungkapkan bahwa pada umumnya nilai hemtaokrit meningkat pada perokok dibanding yang tidak merokok. Hal ini merupakan kompensasi tubuh akibat kurangnya pasokan oksigen ke jaringan akibat zat karbon moksida yang terdapat dalam rokok. Karbon monoksida mengurangi kemampuan eritrosit mengikat oksigen untuk disampaikan ke jaringan(Rosidah & Astuti, 2018).

Pada penelitian yang dilakukan terlihat bahwa terdapat perbedaan dosis yang diberikan pada penelitian ini. Pada penelitian yang telah dilakukan pemaparan asap rokok dengan dosis satu batang perhari, dua batang perhari, tiga batang perhari, dan empat batang perhari didapatkan hasil yaitu terdapat peningkatan pada kadar red blood cell, hemoglobin, hematokrit, dan platelet mencit putih (Mus musculus).

3. Makanan dan Lingkungan Laboratorium

Sturkie (1976) dalam Katari, dkk (2017) menyatakan bahwa kadar hemoglobin antara

lain  dipengaruhi  oleh  umur,  jenis  kelamin,  pakan  dan  lingkungan.  Idealnya  standar kandang  tikus  putih  (Rattus  norvegicus)  dengan  berat  badan  sekitar  150--250  gr memiliki luas lantai per ekor yaitu 148--187 cm2. Jika kandang yang digunakan tidak ideal sehingga kemungkinan untuk tikus cenderung stress lebih besar karena semakin padat populasi  pada  suatu  kandang  akan  semakin  stress  sehingga  dapat  menurunkan sistem imun(Madyowati & Muhajir, 2018).

Pada penelitian ini kandang yang digunakan peneliti dan yang berada  pada  laboratorium  yaitu  berukuran  sekitar   20 x 15 x 15 cm digunakan  untuk  satu  kelompok  yang  berisi  dua  ekor  tikus.  Sehingga  kandang  yang digunakan peneliti sudah sesuai dengan ketentuan yakni lingkungan tidak padat, namun pada penelitian ini kami tidak mengganti sekam ataupun membersihkan kandang karena kami membuat lingkungan seperti halnya lingkungan perokok,sehingga menyebabkan mencit stress.

Gizi   merupakan   salah   satu   faktor   yang   mempengaruhi   proses   pertumbuhan.

Kecukupan  gizi  dapat  dipengaruhi  oleh  umur,  jenis  kelamin,  aktifitas, berat  badan. Konsumsi  makanan  beraitan  erat  dengan  status  gizi.  Jika  makanan  yang  dikonsumsi mempunyai nilai gizi yang baik, maka status gizi juga baik. Sebaliknya jika makanan yang  dikonsumsi  kekurangan  nilai  gizinya  akan  mengakibatkan  kekurangan  gizi  dan dapat  menimbulkan  kurangnya  hemoglobin  dalam  darah  menurun (Hapzah  &  Yulita,2012).

Penelitian ini kami sudah menggunakan pakan pada umumnya diberikan pada mencit yakni pur yang berarti kami sudah memberikan gizi yang cukup untuk mencit, namun berat badan dari mencit yang diteliti berbeda- beda , berat dari mencit yang kami teliti rentang 18-30 gram , berat tersebut menandakan ada mencit yang tidak menyerap gizi dengan baik, hal ini bisa dikaitkan dengan perlakuan yang kami yakni pemaparan asap rokok setiap hari yang membuat mencit stress, dan faktor stress ini yang membuat penyerapan gizi tidak tersalur dengan baik.

  Kesimpulan

    Penelitian ini menunjukkan bahwa paparan asap rokok kretek memiliki dampak signifikan terhadap profil hematologi mencit putih (Mus musculus). Peningkatan jumlah eritrosit, kadar hemoglobin, dan hematokrit ditemukan pada kelompok mencit yang mendapatkan paparan asap rokok dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini mengindikasikan adanya mekanisme kompensasi tubuh terhadap hipoksia jaringan yang disebabkan oleh paparan karbon monoksida dalam asap rokok. Namun, peningkatan kadar tersebut tidak selalu berarti positif, karena dapat menunjukkan gangguan fisiologis yang berkaitan dengan adaptasi terhadap lingkungan yang penuh stres oksidatif.

   Sebaliknya, penurunan jumlah leukosit yang diamati pada kelompok dengan paparan tertinggi (empat batang rokok per hari) mengindikasikan terjadinya gangguan pada sistem imun mencit. Hal ini dapat dikaitkan dengan efek toksik nikotin dan komponen berbahaya lainnya yang merusak sel-sel hematopoietik di sumsum tulang. Akibatnya, terjadi penurunan produksi leukosit, yang berpotensi melemahkan respons imun tubuh mencit terhadap infeksi atau inflamasi.

   Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menegaskan bahwa paparan asap rokok kretek dapat menyebabkan perubahan signifikan pada parameter hematologi mencit putih. Perubahan tersebut mencerminkan dampak negatif asap rokok terhadap keseimbangan fisiologis tubuh. Oleh karena itu, penelitian ini memberikan bukti tambahan mengenai bahaya asap rokok tidak hanya bagi perokok aktif, tetapi juga terhadap organisme yang terpapar secara tidak langsung. Implikasi ini penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh asap rokok kretek.

Saran 

    

    Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan untuk melakukan kajian lanjutan dengan memperluas parameter yang diteliti. Selain profil hematologi, seperti jumlah eritrosit, leukosit, dan hemoglobin, analisis biomarker stres oksidatif atau inflamasi dapat membantu memahami mekanisme molekuler yang terlibat akibat paparan asap rokok kretek. Penelitian lebih lanjut juga dapat dilakukan dengan menggunakan variasi durasi dan intensitas paparan yang lebih spesifik untuk mengevaluasi dampak jangka pendek maupun jangka panjang terhadap kesehatan mencit. Selain itu, pengujian pada jenis hewan model lain juga perlu dipertimbangkan untuk memperkuat generalisasi hasil.

  Saran berikutnya adalah melakukan komparasi dengan jenis rokok lain, seperti rokok filter atau elektrik, untuk mengetahui perbedaan dampak yang ditimbulkan. Selain itu, analisis histopatologi pada organ-organ penting, seperti paru-paru, hati, dan limpa, dapat ditambahkan untuk memberikan gambaran yang lebih komprehensif tentang efek asap rokok kretek pada sistem tubuh mencit. Temuan dari penelitian ini juga dapat digunakan sebagai dasar edukasi kepada masyarakat tentang bahaya paparan asap rokok, baik bagi perokok aktif maupun pasif, guna meningkatkan kesadaran akan dampak buruknya terhadap kesehatan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun