Mohon tunggu...
Korisyah
Korisyah Mohon Tunggu... Guru - IRT, Guru Penulis

Ingin berbagi dan saling menginspirasi melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Harus Bahagia, Mengapa dan Bagaimana Caranya?

2 Desember 2024   19:05 Diperbarui: 3 Desember 2024   17:40 247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Persiapan Upacara Hari Guru Nasional 2024(Sumber: Humas SAMASATT)

Saat penulis sedang iseng skroling akun sosial media, tiba tiba aktifitas jemari penulis terhenti pada sebuah postingan reel yang menampilkan potongan video Mendikbud , Prof Abdul Mu'ti tentang guru yang bahagia. Menurut beliau ada dua syarat agar guru bisa berbahagia yakni cinta murid dan cinta ilmu. 

Lalu bagaimana dengan kesejahteraan guru berupa tunjangan? Apakah itu juga penting untuk kebahagiaan seorang guru dalam menjalani profesinya? Atau ada sisi lain yang lebih penting untuk diusahakan seorang guru agar menjadi guru yang bahagia.

Dalam kesempatan kali ini penulis tidak ingin membahas tentang besarnya penghasilan seorang guru, karena hal ini bisa menimbulkan perdebatan yang panjang. Penulis ingin membahas kebahagiaan dari sisi kepuasan hati seorang guru dalam memenuhi amanah yang sudah dia pilih. 

A. Makna Bahagia

Dalam  Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bahagia memiliki makna keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan); keberuntungan; kemujuran. Kata ini sering digunakan untuk menggambarkan kondisi emosional yang positif, penuh rasa puas, damai, dan nyaman.

Makna bahagia menurut para ahli psikologi dapat bervariasi tergantung pada pendekatan atau teori yang digunakan. Berikut adalah beberapa pandangan dari para ahli psikologi:

1. Martin Seligman (Teori Kebahagiaan Otentik)

Kebahagiaan terdiri atas tiga elemen utama: Pleasure (kesenangan), Engagement (keterlibatan), dan Meaning (makna).

Menurut Seligman, kebahagiaan otentik dicapai ketika seseorang tidak hanya merasakan emosi positif, tetapi juga menemukan keterlibatan mendalam dalam aktivitas dan makna hidup.

2. Ed Diener (Subjective Well-Being)

Kebahagiaan diartikan sebagai kesejahteraan subjektif, yaitu kombinasi dari emosi positif, rendahnya emosi negatif, dan tingkat kepuasan terhadap kehidupan.

Menurut Diener, kebahagiaan adalah evaluasi seseorang terhadap kualitas hidupnya secara keseluruhan.

3. Abraham Maslow (Teori Kebutuhan)

Kebahagiaan adalah hasil dari pemenuhan kebutuhan manusia, dimulai dari kebutuhan dasar (fisiologis) hingga kebutuhan puncak yaitu aktualisasi diri. Ketika seseorang mencapai potensi penuh mereka, mereka merasa bahagia dan puas.

4. Sonja Lyubomirsky

Kebahagiaan adalah pengalaman dari kegembiraan, kepuasan, atau kesejahteraan, digabungkan dengan perasaan bahwa hidup seseorang itu bermakna.

Ia berpendapat bahwa kebahagiaan 50% dipengaruhi oleh genetika, 10% oleh keadaan, dan 40% oleh aktivitas atau pilihan pribadi.

5. Carl Rogers (Psikologi Humanistik)

Kebahagiaan terjadi ketika seseorang dapat menjalani kehidupan yang otentik dan selaras dengan nilai-nilai pribadinya.

Kebahagiaan berasal dari penerimaan diri, hubungan yang baik dengan orang lain, dan pencapaian tujuan.

6. Mihaly Csikszentmihalyi (Teori Flow)

Kebahagiaan sering kali ditemukan dalam kondisi flow, yaitu keadaan di mana seseorang tenggelam sepenuhnya dalam aktivitas yang menantang namun sesuai dengan kemampuannya. Ketika berada dalam flow, seseorang merasa produktif, fokus, dan puas.

Kesimpulannya, kebahagiaan menurut psikologi melibatkan kombinasi antara emosi positif, keterlibatan, hubungan interpersonal yang baik, dan perasaan bahwa hidup memiliki makna.

Foto Tumpeng Memeriahkan Hari Guru 2024 (Sumber: Humas SMAN 1 Tumbang Titi)
Foto Tumpeng Memeriahkan Hari Guru 2024 (Sumber: Humas SMAN 1 Tumbang Titi)

B. Mengapa Guru Harus Bahagia?

Sebagai seorang guru tentu saja bahasan ini sangat menarik. Kebahagiaan menjalani profesi sebagai guru adalah cita cita saya selama ini. Karena jika saya bahagia menjalani hari hari bersama murid saya, tentu saja ini bearti saya berbahagia menjalani kehidupan saya. Saya fikir begitu juga halnya dengan rekan rekan guru yang lain. 

Waktu yang dihabiskan untuk membersamai murid di sekolah hampir sebanding dengan waktu seorang guru di aktifitas yang lain dan bahkan setelah sampai dirumahpun seorang guru masih harus memikirkan siswanya dan mengerjakan berbagai administrasi yang menjadi tanggungjawabnya.

Kebahagaian yang dirasakan seorang guru tidak hanya berakibat positif bagi kesehatan mental guru tersebut namun ternyata juga modal utama dalam membangun genarasi siswa yang berprestasi dan tentunya juga bahagia. 

Peneltian Jennings & Greenberg (2009) menunjukkan bahwa kesejahteraan emosioal guru terkait langsung dengan perkembangan sosial dan emosional siswa. 

Guru yang bahagia mampu memberikan dukungan emosional yang lebih baik kepada siswa. Hal ini tentu saja akan berdampak pada keterlibatan dan hasil belajar siswa.

Namun apakah saya dan rekan rekan guru sudah menjadi guru yang berbahagia? Itulah kemudian pertanyaan yang tiba tiba secara liar membuncah dari bathin saya. Tak jarang saya temukan keluhan keluahan terkait tugas dan tanggung jawab seorang guru yang semakin kesini semakin terasa berat. 

Dari menghadapi berbagai tugas keadministrasian yang terasa menumpuk dan sepertinya tidak akan pernah selesai, sampai dengan menghadapi tingkah polah murid yang juga beraneka ragam. Tambahan pula dari segi pendapatan guru yang dirasa masih belum sepadan dan belum merata.

Foto Kepala Sekolah bersama Guru Senior serta Dewan Guru selalu kompak dan berbahagia (Sumber: Dokumentasi Sekolah)
Foto Kepala Sekolah bersama Guru Senior serta Dewan Guru selalu kompak dan berbahagia (Sumber: Dokumentasi Sekolah)

C. Tips Mencapai Kebahagiaan Bagi Seorang Guru

Tentu saja kebagaian ini harus diusahan dan tidak datang dengan sendirinya. Berikut ini ada beberapa tips yang mungkin bisa diterapkan oleh bapak ibu guru dimanapun berada.

  • Menemukan Makna dalam Profesi

Pahami bahwa profesi guru adalah panggilan mulia yang dapat mengubah kehidupan siswa. Fokus pada dampak positif yang Anda berikan kepada mereka. Buat target pribadi, misalnya membantu siswa mencapai potensi terbaik mereka.

  •  Bangun Hubungan Positif

Ciptakan hubungan yang baik dengan siswa, rekan guru, dan orang tua murid. Lingkungan yang harmonis membantu menciptakan kebahagiaan. Dengarkan dan pahami kebutuhan siswa untuk meningkatkan rasa saling percaya.

  • Kelola Stres dengan Baik

Praktikkan manajemen waktu untuk menghindari beban kerja berlebihan Sisihkan waktu untuk relaksasi dan aktivitas menyenangkan, seperti berolahraga, meditasi, atau hobi.

  • Jaga Keseimbangan Hidup (Work-Life Balance)

Pisahkan waktu antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Jangan membawa beban pekerjaan ke rumah jika memungkinkan.

Luangkan waktu untuk keluarga, teman, dan diri sendiri.

  • Terus Belajar dan Berkembang

Ikuti pelatihan, seminar, atau kursus untuk meningkatkan keterampilan mengajar. Proses belajar memberikan kepuasan dan meningkatkan rasa percaya diri. Eksplorasi metode baru dalam mengajar untuk membuat pengalaman mengajar lebih menyenangkan.

  • Rayakan Keberhasilan Kecil

Hargai setiap pencapaian kecil, baik dari diri sendiri maupun siswa, seperti keberhasilan siswa memahami materi atau menciptakan lingkungan belajar yang aktif. Buat jurnal untuk mencatat momen-momen positif yang terjadi setiap hari.

  • Berikan Ruang untuk Kreativitas

Gunakan kreativitas dalam menyampaikan materi agar suasana belajar menjadi menyenangkan. Eksperimen dengan pendekatan baru, seperti pembelajaran berbasis proyek, teknologi, atau gamifikasi.

  • Berpikir Positif

Fokus pada hal-hal yang dapat Anda kendalikan dan jangan terlalu larut dalam kritik. Lihat setiap tantangan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang.

  • Bangun Dukungan Emosional

Cari teman sesama guru untuk berbagi pengalaman, ide, atau sekadar mendengarkan. Jangan ragu meminta bantuan atau bimbingan jika merasa kewalahan.

  • Ingat Tujuan Awal Menjadi Guru

Renungkan alasan Anda memilih profesi ini. Mengingat kembali tujuan awal dapat membangkitkan semangat dan rasa syukur.

* Artikel ini dibuat berdasarkan opini dan pengalaman penulis, dikembangkan dengan kolaborasi menggunakan AI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun