Desing  angin segar kala menancap pusaran emosi jiwa
Membahana semesta langit bergetar
Dari balik jendela ideologi, tampil kepermukaan wajah-wajah pribumi nan ganas beringas
Laksana anjing mengintai, menggongong mengejar mimpi
Siang malam, sunyi pekat berbilur membias angkasa
Tercerai-berai satu persatu di hari tanpa senyum itu
berserakan sepanjang jalan, membisu dari lorong ke lorong
Kala Medan perang mula-mula terhenti dari para pasukan pagar besi
Kala teriakan kebabasan itu diam seketika oleh tembakan gas air mata
Lalu dimanakah saudaramu yang sebagaian?
Dengan siapakah mereka pergi ?
Haruskah kuceritakan kembali pada anak cucu bahwa mereka adalah korban penculikan?
Haruskah keuraikan lagi bahwa sebagaian mereka mati terkapar seakan tanpa derita?
Sementara elit negaraku saja masih begitu rabun melihatnya !
Tak terandaikan nilai dirimu dengan ceritaku hari ini
Sungguh mulia dan bijaksana
Tegas ideologimuÂ
membawa hikmah dipusaran arus perubahan
Dari sederet idemu yang luhur
Kau pinta hanguskan budaya otoriter
Kau hadirkan kebebasan berpikir
Kau hadirkan kebebasan berpendapat
Bahkan dengan lantangnya teriakan-teriakanmu mengalir
Kala kau pinta kursi takta kebesaran harus digantikan
Jendela demokrasi akhir jua terbuka lebar
teriakan pergantian resim kepemimpinan tersuarakan dengan lantang
perlahan para pasukan pagar besi mulai tak berdaya melawan masa
gas air mata dan bahkan peluru panas
tak mampu lagi meredam amarah
meski ditangguhkan semua itu oleh saudaramu yang terpaksa menjadi bangkai
kabar segar kemenangan muncul bagaikan bola panas
gedung biru yang indah nan megah permai terinjak seketika
dengan modal suara lantang dan emosi jiwa
kau basuh kemenangan itu untuk generasi milenial yang baru dilahirkan hari ini
Â
1998 adalah kemerdekaan yang sesungguhnya
1998 adalah kebebasan hari ini
Era otoriter kau sulap menjadi demokrasi
Hak asasi manusia dan beratus-ratus kebebasan tampak muncul kepermukaan
Sayang, dia yang hilang dan tertembak mati tak tertuliskan namanya dalam sejarah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H