Ain Hussin, founder CH menyayangkan kepulangan saya. "Lepas tengah hari, giliran siswa-siswa yang juga bersekolah negeri belajar di CH. Seharusnya Bu Mus juga melihat mereka dulu.."
Duh, benar Ain. Sungguh sayang sekali. Masih banyak anak-anak CH yang belum saya hapal namanya. Masih di jelang tengah hari pula, Isabelle, gadis tanggung berumur 10 tahun tapi sudah setinggi saya yang 160an cm, sedang mulai ikut aktif sebagai relawan pengajar. Isabelle akan membantu tujuh relawan permanen yang aktif mengampu rutinitas belajar harian di CH.
Rutinitas belajar di CH saat ini, secara umum dibedakan sesuai ruang belajarnya, yakni;
Pertama, Ruang Montessory. Jeje dan Tania, dari Jawa Tengah, dua dari 7 Â volunteer permanen. Khusus Jeje, ia menandatangani kontrak dari September sampai November nanti. Jeje juga yang mengajak beberapa teman lainnya. Seperti Aufa yang dari Salatiga, dan beberapa gadis lain, yang sebenarnya sudah diperkenalkan tapi saya lupa mencatat baik nama mereka.
Kedua, Ruangan les Matematika dan Bahasa Inggris. Di kelas pagi dan siang, ruangan ini dipergunakan bergiliran. Pengaturan jam belajar dijaga tepat waktu oleh Ain. Tak ada yang boleh terlambat.Â
Ketiga, Ruangan Playgroup. Persis seperti namanya, ruangan ini membebaskan anak-anak bermain dengan barang-barang yang mereka sukai, namun tetap belajar untuk mengembalikan barang jika sudah selesai digunakan. Senja, misalnya. Ia sangat suka mengambil dan memasukkan kembali kumpulan buku bacaan bergambar. Sesekali ia memanjat, ingin meraih buku lain di rak yang lebih tinggi.
Keempat, Ruangan Private Lesson Home Schooling. Di Senin kemarin, beberapa anak saya lihat langsung mendapatkan kelas membaca, one by one tutor.Â
Kelima, Kantin. Kantin menjadi area khusus untuk makan bersama, belajar berwirausaha melalui perdagangan sederhana dan juga pembelajaran untuk memasak bersama.
Keenam, Play Area. Halaman persegi, dengan Pohon Curhat persis di tengah. Juga sebidang tanah di antara bangunan fisik di sisi kanan Villa Kayla. Ulang tahun Samuel, diadakan di petak ini. Lain waktu, lagi-lagi Rain, meraih dua tangan saya. Berdua kami memasukkan bola merah, ke basket kecil yang terpasang di sisi tembok di petak bermain ini.