Mohon tunggu...
Kompasiana News
Kompasiana News Mohon Tunggu... Editor - Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana: Kompasiana News

Akun ini merupakan resmi milik Kompasiana. Kompasiana News digunakan untuk mempublikasikan artikel-artikel hasil kurasi, rilis resmi, serta laporan warga melalui fitur K-Report (flash news).

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tutut Setyorinie, Game Changer Lingkungan lewat Ngompos di Rumah

31 Desember 2024   07:00 Diperbarui: 31 Desember 2024   13:45 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompasianer Tutut Setyorinie/Dok. Pribadi (Tutut Setyorinie)

Hasil kompos bisa bermanfaat untuk pupuk tanaman/Dok. Pribadi (Tutut Setyorinie)
Hasil kompos bisa bermanfaat untuk pupuk tanaman/Dok. Pribadi (Tutut Setyorinie)

Kalau komposmu bau busuk dan terlalu basah, segera jemur di bawah sinar matahari dan tambahkan material kering. Jika komposmu dipenuhi belatung, lalat, semut, dan cacing, itu pertanda sampah dapur yang kamu kumpulkan mengandung lemak atau material hewani seperti keju, susu, tulang ayam dan tulang ikan. 

Tapi, bukan berarti komposmu gagal. 

"Belatung dan cacing bisa mempercepat proses dekomposisi kompos dan membuat komposmu cepat jadi. Tapi kalau kamu terganggu dengan kehadiran mereka, kamu bisa menambahkan material coklat atau sampah keringnya," kata Tutut. 

Kegiatan mengompos di pekarangan rumah/Dok. Pribadi (Tutut Setyorinie)
Kegiatan mengompos di pekarangan rumah/Dok. Pribadi (Tutut Setyorinie)

Ketika kompos sudah jadi dan siap pakai, Tutut langsung mengaplikasikan kompos buatannya untuk pupuk. Hasilnya? Tanaman di pekarangan rumahnya tumbuh subur. Bahkan, jika aktivitas mengompos bisa dilakukan jangka panjang, Tutut terbesit untuk menjual hasil komposnya agar ekonomi sirkular bisa tercipta. 

"Kalau saja kita mengompos semua sampah organik, lalu memilah sampah anorganik untuk dikumpulkan ke pengepul, alhasil sampah yang kita setor ke TPA bisa berkurang atau bahkan nol!," ucap Tutut. 

Bumi Butuh Kompos lewat tanganmu!/Dok. Pribadi (Tutut Setyorinie)
Bumi Butuh Kompos lewat tanganmu!/Dok. Pribadi (Tutut Setyorinie)

Berbagi lewat Tulisan

Yang membuat istimewa, aksi ini tidak Tutut simpan sendiri. Sebagai Kompasianer, Tutut membagikan cerita, keresahan, dan aktivitas mengomposnya di Kompasiana. Tutut mengedukasi sesama Kompasianer untuk ikut terlibat menjaga lingkungan, dimulai dari rumah sendiri.

Lewat tulisan, Tutut merasa bisa merangkum pengalaman mengomposnya secara komprehensif. Jadi, ketika ada yang ingin mulai mengompos atau bertukar informasi soal kompos, Tutut berharap bisa menjawabnya lewat tulisan yang ia bagikan. 

Konsistensi Tutut yang menginspirasi kita semua/Dok. Pribadi (Tutut Setyorinie)
Konsistensi Tutut yang menginspirasi kita semua/Dok. Pribadi (Tutut Setyorinie)

Harapan lainnya tentu agar cerita mengompos ini dapat menjangkau khalayak yang lebih luas dan menjadi amal jariyah saya untuk di akhirat. -Tutut Setyorinie

Kesabaran dan konsistensi Tutut pun berbuah manis. Siapa sangka, langkah kecil yang berawal dari keresahan pribadi, bisa mengantarkan Tutut untuk meraih penghargaan The Game Changer di Kompasiana Awards 2024. Penghargaan ini diberikan kepada Kompasianer yang aktif menyuarakan dan turut terlibat dalam mendukung kehidupan yang lebih lestari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun