Kalau komposmu bau busuk dan terlalu basah, segera jemur di bawah sinar matahari dan tambahkan material kering. Jika komposmu dipenuhi belatung, lalat, semut, dan cacing, itu pertanda sampah dapur yang kamu kumpulkan mengandung lemak atau material hewani seperti keju, susu, tulang ayam dan tulang ikan.Â
Tapi, bukan berarti komposmu gagal.Â
"Belatung dan cacing bisa mempercepat proses dekomposisi kompos dan membuat komposmu cepat jadi. Tapi kalau kamu terganggu dengan kehadiran mereka, kamu bisa menambahkan material coklat atau sampah keringnya," kata Tutut.Â
Ketika kompos sudah jadi dan siap pakai, Tutut langsung mengaplikasikan kompos buatannya untuk pupuk. Hasilnya? Tanaman di pekarangan rumahnya tumbuh subur. Bahkan, jika aktivitas mengompos bisa dilakukan jangka panjang, Tutut terbesit untuk menjual hasil komposnya agar ekonomi sirkular bisa tercipta.Â
"Kalau saja kita mengompos semua sampah organik, lalu memilah sampah anorganik untuk dikumpulkan ke pengepul, alhasil sampah yang kita setor ke TPA bisa berkurang atau bahkan nol!," ucap Tutut.Â
Berbagi lewat Tulisan
Yang membuat istimewa, aksi ini tidak Tutut simpan sendiri. Sebagai Kompasianer, Tutut membagikan cerita, keresahan, dan aktivitas mengomposnya di Kompasiana. Tutut mengedukasi sesama Kompasianer untuk ikut terlibat menjaga lingkungan, dimulai dari rumah sendiri.
Lewat tulisan, Tutut merasa bisa merangkum pengalaman mengomposnya secara komprehensif. Jadi, ketika ada yang ingin mulai mengompos atau bertukar informasi soal kompos, Tutut berharap bisa menjawabnya lewat tulisan yang ia bagikan.Â
Harapan lainnya tentu agar cerita mengompos ini dapat menjangkau khalayak yang lebih luas dan menjadi amal jariyah saya untuk di akhirat. -Tutut Setyorinie
Kesabaran dan konsistensi Tutut pun berbuah manis. Siapa sangka, langkah kecil yang berawal dari keresahan pribadi, bisa mengantarkan Tutut untuk meraih penghargaan The Game Changer di Kompasiana Awards 2024. Penghargaan ini diberikan kepada Kompasianer yang aktif menyuarakan dan turut terlibat dalam mendukung kehidupan yang lebih lestari.Â