"Progres itu ada, dari anak itu bersosialisasi hingga tidak mengerti instruksi, malah sampai menyerang temannya, kini seiring berjalannya waktu anak lebih disiplin," katanya.
Fun Fact: Untuk sistem kenaikan kelas peserta didik di SLB itu sudah pasti otomatis naik kelas. Jadi, anak tetap difasilitasi dan bisa berkembang sesuai kapasitasnya.
Program kebutuhan khusus anak penyandang autisme yakni interaksi, komunikasi hingga kemampuan sensorik dan motorik itu diintegrasikan dalam setiap pembelajaran.
"Karena kalau tidak diperhatikan sedikit saja, anak ada yang bisa sampai naik ke lemari; lalu kalau pintu kelas tidak dikunci maka anak sudah (lari) ke mana-mana," lanjutnya, menceritakan pengalaman selama mengajar di kelas.
Pola pengajaran seperti itu nantinya dikomunikasikan ke orangtua, sehingga ketika di rumah pembelajaran masih bisa dilanjutkan dan dikembangkan.
Akan tetapi ada yang tidak kalah penting dari mengajarkan anak-anak berkebutuhan khusus, yaitu terapi.
Sekarang ini lebih baik dimasukan ke lembaga-lembaga terapi ataupun rumah sakit, karena itu semua sudah tercover oleh BPJS Kesehatan.
Hal tersebut justru bisa menghambat bagaimana perkembangan si anak dari apa yang sudah dapat di sekolah. Malah ada satu kasus yang mana anaknya justru ditarik dari TK-LB dan dimasukan ke TK umum.
"Melihat itu rasanya sangat kasihan, karena di sini ketika anak tidak bisa disatukan maka dibagi sesi, tetapi jika TK umum jadi tidak terperhatikan," ungkapnya.
Bayangkan saja, lanjutnya, jika anak masuk ke sekolah TK umum  betapa banyak siswa kemudian anak dengan anak yang terhambat komunikasi dan sosialisasinya malah terlihat dalam perundungan.
Ketika Sekolah Umum (Bisa) Mendampingi ABK
Latar belakang setiap guru itu penting, kata Kompasianer Putu Erry, dalam menghadapi anak-anak berkebutuhan khusus. Terlebih sekolah umum itu jadi tantang lebih.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya