Itu baru dari satu keahlian, SLB Negeri Tasikmalaya juga mengembangkan kriya kayu yang dilakukan oleh anak-anak dengan hambatan fisik.
Sedangkan anak-anak penyandang tunanetra yang memiliki suara-suara emas diarahkan ke seni musik dan puisi. Prestasinya juga tak kalah membanggakan, dari lomba cipta baca puisi sempat mendapat juara di tingkat Nasional.
"Kalau anak-anak dengan hambatan pendengaran dioptimalkan ke desain grafis dan komik strip," lanjutnya, manambahkan.
Hal terpenting dari hidup dengan anak-anak berkebutuhan khusus adalah memberi kepercayaan sepenuhnya pada si anak.
Walaupun berhambatan, kata Kompasianer Nuning, kami selalu ada believe dulu; sesusah dan seberat apapun hambatannya pasti tetap ada potensi yang bisa dikembangkan.
Pemahaman Orang Tua tentang Sekolah Luar Biasa
Sampai hari inipun masih ada saja orangtua yang menganggap Sekolah Luar Biasa itu seperti bengkel. Orangtua datang ke sekolah minta untuk dibimbing agar nantinya bisa dipindahkan ke sekolah umum.
Sayangnya, itu pemahaman yang keliru. Komapasianer Nuning mengatakan kalau itu tidak bisa dilakukan secara instan.
Sekolah Luar Biasa biar bagaimanapun tidak bisa menjanjikan, tetapi setiap kali berhadapan dengan orangtua seperti itu, maka Kompasianer Nuning akan menjelaskan bahwa butuh kolaborasi antara sekolah, pengajar, dan orangtua itu sendiri.
"Mari kita sama-sama, untuk progres tidak bisa menjanjikan tetapi kita dapat berkoordinasi bersama, berbagi harapan, berbagi program, kemudian bisa saling merefleksikan bersama," lanjutnya.
Hal demikian jadi jauh lebih penting untuk anak-anak berkebutuhan khusus ini, sehingga setiap waktu terlihat bagaimana perkembangan anak.
Setiap selesai sekolah, Kompasianer Nuning bercerita, banyak orangtua yang menanyakan anaknya belajar apa di sekolah dan bagaimana progresnya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya