Padahal sekolah tempat Kompasianer Nuning bisa dibilang SLB Negeri terbesar di Kabupaten Tasikmalaya dan menjadi resource center yang memberi layanan untuk sekolah-sekolah umum yang memerlukan konsultasi.
"Jadi, biasanya (tim ini) terjun ke desa-desa setempat untuk mendata apakah ada anak berkebutuhan khusus hingga kunjungan ke rumah-rumah," lanjutnya.
Malah tidak jarang mendapat penolakan sendiri dari orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus.
Dari banyaknya terjun ke lapangan dan mendapat pengalaman yang beragam, Kompasianer Nuning berkesimpulan bahwa orangtua-orangtua ini mesti melewati fase yang mana sampai mereka bahwa anaknya istimewa.
Biar bagaimanapun karena tujuan dari program ini adalah memberi pelayanan pembelajaran, kemandiaran, hingga vokasional untuk anak-anak.
"Untuk goal-nya nanti anak-anak ini tidak lagi sekadar akademik, apalagi bagi anak-anak dengan hambatan intelektual, yakni bisa lebih mandiri ke depannya," ujar Kompasianer Nuning.
Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Tasikmalaya saat ini ada dari semua jenjang pendidikan, dari TK-LB sampai SMA-LB.
Siswa yang mendaftar juga ada dengan beragam kebutuhan seperti anak dengan hambatan penglihatan, pendengaran, kemudian anak autisme, anak dengan hambatan fisik, dan hambatan intelektual.
"Di sini setelah dikembangkan bahkan mengungguli anak-anak pada umumnya," kata Kompasianer Nuning.
Bantuannya yang diterima SLB Negeri Tasikmalaya tidak tanggung-tanggung, dari alat-alat lukis hingga pelatihan lukis dari Jerman.
"Ternyata anak-anak kami ini kemampuan lukisnya luar biasa, malah ada yang sampai lukisannya dikirim ke Jerman dan mampu terjual," ujar Kompasianer Nuning, ketika menceritakan lukisan anak-anaknya.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya