Ingin ditumpahkannya tangisan itu pada dada lelaki yang selama ini selalu menyayangi dan memberinya perlindungan atas nama cinta.
Sementara pada sisi yang berseberangan, Galih berusaha untuk tidak membiarkan dirinya beranjak memeluk kekasihnya itu. Walaupun ingin...Â
Keegoisannya terhadap perempuan itu, sedang berusaha menekan semua keadaan.
"Kita sudahi semuanya sampai di sini saja," Dinda gamang sekali mengakhiri.
 Entah kekuatan apa yang membuatnya mampu berkata-kata seperti itu.
Dan Galih?
"Maafkan aku, Dinda. Aku harus kembali kepada keluargaku. Aku harus kembali pada rumah cintaku yang sesungguhnya. Ampuni, aku..."
Plak...
Seperti ada yang menampar hati terdalamku.Â
Ini kata-kata yang seperti pernah kukatakan padanya hampir dua tahun lalu. Â Hampir seluruhnya, juga suasana kedua tokoh imajiner yang dihadirkan Sofia. Dejavu? Akh!
Tak kulanjutkan membaca cerpen Sofia. Aku penasaran pada sosok penulisnya. Mungkinkah, penulisnya adalah dia?