Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Pandangan tentang Bahaya Kandungan MSG pada Makanan

23 Mei 2016   10:30 Diperbarui: 24 Mei 2016   17:33 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bawang putih sebagai pengganti MSG. Shutterstock

Jumlah konsumsi glutamat ( baik bebas maupun ikatan) pada orang dewasa sekitar 10 gram per hari ( 100-150 mg/kg/hari asumsi berat badan 70 kg). Hal ini membuktikan penelitian sebelumnya pada hewan yang mengatakan bahwa MSG berhubungan dengan penambahan berat badan.

Sulit memang untuk menghindari pengunaan MSG hari ini . Banyak godaan makanan diluar sana yang banyak menyembunyikan keberadaannya dan tidak mungkin kita awasi penggunaannya. Di tambah lagi, jika sudah terbiasa terpapar MSG.

Efeknya hampir mirip dengan kecanduan karena melibatkan  reseptor di otak dalam merespon rasa sedap. Namun, tidak ada salahnya untuk memulai mengurangi dan mencoba untuk beralih ke pada penyedap rasa alami yang lebih aman atau cara lain adalah dengan memasak makanan di rumah sendiri sehingga penggunaan penyedap buatan seperti MSG mampu diawasi.

3. Tinggalkan MSG, Kembalilah ke Bahan Pangan dari Laut

Kompas/P Raditya Mahendra Yasa Pekerja memanen udang vanamei yang dikembangkan kelompok tani Sadewo Dadi di Desa Kartika Jaya
Kompas/P Raditya Mahendra Yasa Pekerja memanen udang vanamei yang dikembangkan kelompok tani Sadewo Dadi di Desa Kartika Jaya
Menurut Trisno Utomo ternyata, Monosodium Glutamate (MSG) untuk penyedap makanan itu pada awalnya terinspirasi dengan bahan pangan dari laut. Selama berabad-abad orang Jepang mampu menyajikan masakan yang sangat lezat.

Rahasianya adalah penggunaan sejenis rumput laut bernama Laminaria japonica. Kemudian Kikunae Ikeda (1908), seorang profesor di Universitas Tokyo, menemukan kunci kelezatan itu adalah terletak pada kandungan asam glutamatnya.

Pada tahun 1970, FDA menetapkan batas aman konsumsi MSG 120 mg/kg berat badan/hari yang disetarakan dengan konsumsi garam. Tahun 1986, Advisory Committee on Hypersensitivity to Food Constituent di FDA menyatakan, pada umumnya konsumsi MSG itu aman, tetapi bisa terjadi reaksi jangka pendek pada sekelompok orang.

Nah, apabila Anda khawatir dengan efek samping MSG, maka kini kembalilah lagi, perolehlah rasa sedap, gurih, atau lezat itu pada bahan pangan yang berasal dari laut. Beberapa produk pangan dari hasil laut yang dapat secara praktis digunakan sebagai pengganti MSG, antara lain adalah ikan teri, udang dan terasi.

Memang hasil penelitian efek MSG terhadap kesehatan manusia masih diliputi oleh kontroversi, akan tetapi ada satu kekhawatiran bahwa efek MSG ini memang bersifat lambat. Oleh karena itu, beralih ke penyedap rasa alami adalah alternatif yang lebih baik.

4. Ganti MSG, Beralih ke Bumbu Dapur dan Bawang Putih

Bawang putih sebagai pengganti MSG. Shutterstock
Bawang putih sebagai pengganti MSG. Shutterstock
Makanan dengan tambahan Penguat rasa atau monosodium glutamate (MSG) memang terasa lebih enak, gurih, mantap dan mampu menambah selera makan. Memang tidak berlebihan. Maka tidak heran jika banyak yang mencampurkan MSG pada makanan sehari-hari.

Suci Handayani Harjono tidak menamppik bahwa lidahnya merasakan perbedaan rasa saat menyantap makanan yang ditaburi MSG dan yang tidak. Namun beberapa tahun terakhir ia mengalami masalah pada tenggorokannya ketika menyantap makanan berMSG.

Karena itulah ia mulai menggunakan bumbu alternatif, yaitu bawang putih sebagai pengganti MSG. Untuk tetap mempertahankan aroma dan cita rasa, bawang putih tidak usah di tumbuk halus tetapi cukup di gecek/di geprak kasar saja. Serat bawang putih akan tetap menimbulkan aroma kuat dan rasa yang awet. Selain bawang, ditambahkan sedikit gula pasir untuk menambah cita rasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun