Mohon tunggu...
Kompasiana
Kompasiana Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Akun Resmi

Akun resmi untuk informasi, pengumuman, dan segala hal terkait Kompasiana. Email: kompasiana@kompasiana.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

5 Pandangan tentang Bahaya Kandungan MSG pada Makanan

23 Mei 2016   10:30 Diperbarui: 24 Mei 2016   17:33 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bawang putih sebagai pengganti MSG. Shutterstock

Monosodium glumate atau yang lebih dikenal sebagai MSG merupakan sebuah zat penguat rasa dan penyedap makanan. Bahan tambahan pangan ini membuat rasa makanan menjadi lebih gurih dan enak.

Namun dibalik nikmatnya makanan yang mengandung MSG ini, para ilmuwan menduga bahwa kandungan MSG pada makanan bisa membuat orang yang mengonsumsinya menjadi lebih gemuk dan buruk untuk kesehatan.

Bahkan tidak sedikit yang mengatakan bahwa MSG sangat berbahaya untuk kecerdasan manusia jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan. Meski diduga berbahaya untuk kesehatan, tidak sedikit masyarakat yang tetap mengonsumsi makanan mengandung MSG.

Tentu hal ini menjadi sangat menarik untuk dicermati dan Kompasianer memiliki pandangan-pandangan sendiri terhadap penggunaan MSG pada makanan ini. Berikut ini adalah 5 pandangan Kompasianer tentang penggunaan MSG pada makanan.

1. Penguat Rasa Alami Pengganti MSG Ada pada Jamur

KOMPAS/ADI SUCIPTO Warga Wringinanom Kabupaten Gresik Jawa Timur, Selasa (18/12/2012) memanen jamur tiram putih
KOMPAS/ADI SUCIPTO Warga Wringinanom Kabupaten Gresik Jawa Timur, Selasa (18/12/2012) memanen jamur tiram putih
Mengenai pro-kontra MSG pada makanan sudah sering sekali diulas dibicarakan dan diteliti sehingga suatu saat disarankan oleh ahli di bidang pakar penelitian agar tidak mengkonsumsi MSG yang ada pada makanan, tetapi pada suatu saat para ahli yang mengerti hal itu mengatakan tidak masalah mengkonsumsi MSG pada makanan asal masih dalam ambang toleransi, artinya jangan terlalu banyak. Itulah yang dituliskan Ngesti Setyo Moerni dalam ulasannya.

Masyarakat yang tau dan paham bisa menghindar, tetapi generasi muda yang selalu dicekoki dengan penganan yang diberisi zat adiktif penyedap rasa merasa nikmat dan ketagihan. Diperparah lagi oleh tukang penjual makanan yang sekelas warung. Alasan mengapa Ngesti bisa menyampaikan hal ini adalah karena makanan seperti martabak, bakso, mie ayam, makanan di restoran dan lainnya yang sekiranya menggunakan tambahan pada racikannya.

Untuk melindungi keluarganya dari bahaya MSG ini, Ngesti menggunakan gula dan jamur sebagai pengganti penyedap rasa. Menurutnya, memasak memang harus memiliki jurus jitu agar makanan selalu terasa enak dan biasanya tidak pelit dengan bumbu alami, seperti bawang merah dan bawang putih, jika perlu dibantu dengan kemiri.

Sudah tidak menjadi rahasia tukang masak jika selalu menambahkan gula pada masakan. Yang lebih menakjubkan lagi, jamur memiliki rasa gurih, terutama jamur shitake. Rebus dan ambil sarinya sampai mengental dapat membantu meyedapkan rasa masakan anda.

2. MSG Aman, tetapi Belum Tentu Menyehatkan

MSG. sumber: superlife.co
MSG. sumber: superlife.co
Ibarat sulap, makanan yang diberi tambahan mecin atau MSG akan sedap dirasa. Lebih mantap dan rasanya makin menggoda. Menurut Listhia H. Rahman secara fisik, MSG ini berbentuk butiran putih hampir serupa dengan garam. Namun, MSG sebenarnya tidak memiliki rasa . Rasa lezat tersebut baru muncul ketika ditambahkan ke dalam makanan.

Hal ini terjadi karena pada saat penambahan ke dalam makanan, akan terbentuk asam glutamat bebas yang kemudian akan ditangkap oleh reseptor otak dan akan memunculkan sensasi rasa  makanan lebih lezat dan gurih.

Dari kecil, sebenarnya kita sudah terbiasa dengan paparan asam glutamat bebas (kandungan yang juga ada di MSG). Perlu diketahui asam amino yang paling banyak terkandung di Air Susu Ibu (ASI) adalah glutamat (0,02 persen). Jadi jika seorang bayi memiliki berat 5 kilogram dan mengkonsumsi 800 ml ASI setiap hari, bayi tersebut juga mengkonsumsi sekitar 0,16 gram glutamat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun