“Pertama, Sarinah menjadi lokasi belanja dan juga ruang menikmati waktu luang kelas menengah urban. Kedua, Sarinah dekat dengan istana kepresidenan juga melambangkan kehadiran dari kuasa demokrasi liberal yang dirawat dari rangkai pemilu, koalisi dan oposisi politik.”
4. Wajah Kepolisian Pascateror di Thamrin
[caption caption="ilustrasi: ©Shutterstock"]
Kecenderungan yang terjadi, sisi buruk Polri terkesan lebih banyak dibandingkan sisi baiknya, dan ini jelas sebuah ironi yang sulit.
“Sampai kemudian, bom dan letusan senjata terjadi di Thamrin. Sederet nama dari Mabes Polri hingga Polda Metro Jaya sampai dengan aparat Polsek pun mencuat. Polisi kembali terlihat sebagai pahlawan—sekalipun masih ada saja yang meremehkan pertaruhan nyawa yang dilakukan anggota institusi tersebut.”
5. Teror Sarinah "Gagal", Teroris Diuntungkan
[caption caption="ilustrasi: ©Shutterstock"]
“Masyarakat masih sering menganggap bahwa ancaman teror terbesar adalah saat bom meledak. Padahal, di kehidupan sehari-hari benih radikalisme bisa diketahui. Contohnya di media sosial.”
6. Melawan Teror dengan Hashtag
[caption caption="ilustrasi: ©Shutterstock"]
Media sosial memiliki medium untuk menciptakan konten dan mendistribusikan informasi secara massal. Namun, media sosial juga perangkat dalam berkomunikasi dan mengungkapkan ekspresi.
“Di jam-jam awal kejadian, berseliweran saran untuk tidak menyebarkan foto atau video kejadian dan korban. Kekuatan besar #KamiTidakTakut itu lahir dari ketakutan, kemarahan dan kesedihan. Dalam teori sosial, rasa takut adalah salah satu pencetus terbesar sebuah perubahan besar di masyarakat.”
7. Ketika ISIS Harus Berhadapan dengan Tukang Sate, Polisi Ganteng dan Besan di Ciledug
[caption caption="ilustrasi: ©Shutterstock"]
Ade Armando sepakat bahwa pelaku teror di Jakarta kemarin gagal mencapai tujuan.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!